Bertemu untuk Berpisah

Bertemu untuk Berpisah

Dalam kehidupan yang kita jalani, ada banyak sekali babak dan fase hidup yang kita alami. Di antaranya adalah pertemuan dan perpisahan. Ketika kita menjumpai pertemuan, kita juga akan mengakhiri dengan perpisahan. Entah berpisah karena urusan dunia (safar, pindah) atau karena sudah tutup usia (mati).

Ada empat keadaan terkait kondisi pertemuan dan perpisahan sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Ta’ala maupun sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagi seorang mukmin hendaknya memperhatikan keempat hal ini.

Keadaan pertama: Mereka yang bertemu di dunia, namun tidak berjumpa di akhirat

Mereka inilah golongan orang-orang kafir dan musyrik. Allah Ta’ala telah berfiman,

يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (11) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (12) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (13) وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ

“Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al-Ma’arij: 11-14)

Lantaran saking takutnya ia pada hari itu, Allah Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir bahwa ia berangan-angan untuk menebus dirinya dari azab yang pedih dengan anak-anaknya, atau dengan istrinya, atau dengan bapak dan ibunya dan kerabat-kerabatnya yang lain, asalkan ia bisa selamat dari azab Allah Ta’ala. Bahkan, ia rela semuanya masuk neraka asalkan dirinya bisa selamat. (lihat Tafsir Ath-Thabari, 23: 606)

Ayat ini sebagai gambaran ketika pertemuan itu didasarkan atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, mereka hanya bertemu di dunia dan berpisah di akhirat, bahkan rela untuk menggadaikan keluarga yang sangat ia cintai di dunia. Seorang anak menggadaikan ayah dan ibunya. Orang tua saling menggadaikan anaknya. Seorang suami menggadaikan istrinya dan seorang istri menggadaikan suaminya. Tiada petemuan yang kekal di antara mereka, kecuali di dunia.

Baca Juga: Tiga Pesan Agung Dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

Keadaan kedua: Mereka yang tidak pernah bertemu di dunia, namun akan bersua di akhirat

Mereka adalah orang-orang yang beriman. Mereka akan bertemu dan bersua dengan para Nabi, para shidiqin, para syuhada`, dan orang-orang saleh, meskipun di dunia mereka tidak pernah bertemu.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa`: 69)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata, “Yakni dengan berkumpul bersama mereka dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan.” (lihat Tafsir As-Sa’di dalam https://tafsirweb.com/1601-surat-an-nisa-ayat-69.html)

Keadaan ketiga: Mereka bertemu di dunia dan akan bermusuhan di akhirat

Mereka adalah golongan yang menyandarkan pertemuan dan persahabatan di dunia untuk sekedar bersenang-senang, berfoya-foya, hanya saling mengajak perihal dunia, harta, tahta, dan selainnya. Mereka tidak mengingatkan untuk beribadah dan beramal saleh. Allah Ta’ala telah memberi kabar dan peringatan untuk mereka dalam firman-Nya,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang berteman akrab dalam kemaksiatan kepada Allah di dunia, sebagian dari mereka akan berlepas diri dari sebagian yang lain di hari kiamat. Padahal mereka di dunia saling mencintai dan mengasihi. Akan tetapi, di akhirat justru saling berlawanan. Demikianlah jika menyandarkan pertemuan tanpa dasar ketakwaan. Sebaliknya, orang-orang yang bersahabat atas dasar takwa kepada Allah, maka persahabatan mereka tetap langgeng di dunia dan akhirat. (lihat Tafsir Muyassar, 1: 494)

Segala pertemuan yang tidak didasari saling menasihati dalam kebaikan, ketakwaan, dan amal saleh akan berakhir pada permusuhan. Seorang anak akan menuntut bapak ibunya karena tidak di ajari untuk mengenal Allah dan syariatnya. Seorang istri akan menggugat suaminya karena hanya sibuk kerja tanpa memberikan arahan agama. Seorang teman akan saling menjatuhkan sahabatnya karena tidak pernah mengajak kepada amal saleh.

Keadaan keempat: Mereka bertemu di dunia dan bertaut di akhirat

Mereka adalah orang-orang yang sewaktu hidup di dunia saling mengingatkan dan menasihati tentang kebaikan. Bersama-sama mengerjakan ketaatan dan amal saleh. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan benar. Mereka saling mencintai dan mengasihi atas dasar keimanan dan ketakwaan. Ketika salah satu dari mereka jatuh dalam keburukan dan lalai dari Allah, mereka pun saling menasihati. Sehingga kelak Allah akan mempertemukan mereka di tempat yang lebih baik, yaitu di surga-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur: 21)

Ayat ini adalah bentuk pemuliaan Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang beriman. Bahkan, tatkala seseorang telah masuk surga, akan tetapi ternyata anak-anaknya atau orang tuanya berada beberapa derajat surga di bawahnya, maka di antara bentuk pemuliaan terhadap mereka adalah Allah akan setarakan derajat mereka. (lihat At-Tibyan fi Aqsam Al-Quran li Ibnu Al-Qayyim, hal. 276)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat di mana tiada naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah,

وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga pertemuan kita dengan keluarga, kerabat, dan sahabat bukanlah pertemuan sesaat yang tiada lagi pertemuan setelahnya. Kita memohon agar di kumpulkan kembali di akhirat dengan selamat. Aamiin.

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/83918-pertemuan-dan-perpisahan.html