Buta Aksara Alquran Masih Memprihatinkan

Buta Aksara Alquran Masih Memprihatinkan

Literasi Alquran menjadi salah satu solusi menekan angka buta aksara Alquran.

Memasuki hari Nuzulul Quran atau diturunkannya Alquran, umat Islam menghadapi permasalahan yang pelik. Meski tercatat sebagai agama mayoritas di Indonesia, angka buta aksara Alquran masih memprihatinkan. Mengutip data Sensus Nasional Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, buta huruf Alquran mencapai 53,57 persen. 

Penanggung Jawab Program Indonesia Bisa Baca Quran (IBBQ) Cinta Qur’an Denny Rahman Hakim menjelaskan, masih banyak masyarakat Indonesia di pedalaman yang buta huruf Alquran. Dalam perjalanannya ke beberapa daerah, Denny menyaksikan minimnya kemampuan peserta dalam membaca Alquran. 

Selama 2022 ini, Denny mengaku sudah pergi ke berbagai daerah untuk melakukan pelatihan Alquran di pedalaman. Dia menyusuri berbagai kepulauan di Kalimantan Barat yang mayoritas penduduknya merupakan mualaf suku Dayak.

“Di daerah Empanang dan Kenelang (Kabupaten Kapuas Hulu), Muslim di situ kebanyakan mualaf Dayak. Selama 30 tahun ini baru kali ini mereka mendapatkan guru Alquran,” ujar dia saat berbincang dengan Republika di Bogor, Jawa Barat, kemarin. 

Tidak hanya daerah dengan Muslim sebagai minoritas, dia menjelaskan, ada pula masyarakat di daerah perbatasan Aceh yang belum mengenal bacaan Alquran. Fenomena tersebut pun membuat Denny merasa heran, mengingat Aceh dikenal sebagai Serambi Makkah.

“Di masyarakat perkotaan di daerah Kali Code, Yogyakarta, pun tingkat kemampuan bacaan Alqurannya juga masih memprihatinkan,” ujar dia. 

Untuk itu, Denny bersama Yayasan Cinta Quran menggemakan kampanye IBBQ yang bertujuan membebaskan masyarakat nusantara dari buta huruf Alquran. Program ini menargetkan satu juta Muslim mendapatkan pelatihan dengan metode tahrir agar bisa mengenal huruf-huruf Alquran secara cepat dan tepat. Saat ini, peserta program masih berkisar 100 ribu orang.

Pelatihan yang menggunakan metode bercerita ini diikuti warga di Jalan Ceremai Ujung, Bogor Utara.  Para peserta tampak antusias dengan training yang dilakukan dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB tersebut. Mereka pun memeragakan berbagai gerakan instruksi Ustaz Ahmad Ruba’i Muslim yang juga trainer IBBQ. Terkadang gerakan tersebut pun diikuti oleh nyanyian yang sudah familiar.

Denny menjelaskan, tujuan pelatihan ini memang bukan untuk bisa baca Alquran langsung lancar. Menurut Denny, pelatihan ini dilakukan untuk mengenalkan huruf hijaiyah meski dengan terbata-bata. Peserta pun tidak langsung dikenalkan huruf hijaiyah, melainkan bunyi yang terkandung lewat huruf latin. “Peserta diminta untuk hafal dulu ceritanya baru ditampilkan huruf hijaiyahnya,” ujar dia. 

Setelah pelatihan tersebut, peserta diarahkan untuk mengikuti kelas membaca Alquran yang lebih intensif. Menurut dia, antusiasme peserta meningkat selama Ramadhan mengingat pada bulan ini merupakan bulan diturunkannya Alquran ke bumi. 

Denny menjelaskan, program ini bekerja sama dengan pengurus dewan kemakmuran masjid (DKM) setempat. “Mereka mendaftar lewat DKM kemudian pelatihannya kami yang fasilitasi,” ujar dia. 

Salah satu peserta, Muhammad Ngaidin (47 tahun), mengaku baru pertama kali mendapatkan pengajaran Alquran lewat metode tahrir ala Cinta Quran. Menurut dia, metode tersebut mudah dipahami oleh orang yang baru belajar Alquran seperti dirinya. 

Dia pun berpesan agar setiap Muslim yang belum bisa membaca Alquran agar tidak minder dalam belajar. “Belum bisa baca hindari rasa minder dan rasa malu karena ilmu kewajiban,” kata dia. 

KHAZANAH REPUBLIKA