Kalau Hijrah Jangan Lebay

Buya Yahya: Kalau Hijrah Jangan Lebay

Tak ada manusia yang tak berdosa. Tak ada insan yang suci dari maksiat. Saban manusia, tentu pernah terjerumus dalam dosa. Setiap insan Tuhan, pernah tercemplung dalam kubangan dosa.  Namun, di balik itu semua, berbahagialah mereka yang sadar akan dosa, lantas taubat dan kembali pada Tuhan.

وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ

Artinya; Mohon ampunlah pada Tuhan kalian dan bertobatlah kepada-Nya (Q.S al Hūd/11; 52)

Taubat merupakan pintu kembali manusia kepada Tuhan. Sejatinya, taubat  menurut Abdul Qadir Isa dalam kitab al Haqaiq at Tasawuf adalah kembali dari segala sesuatu yang tercela dalam pandangan syariat menuju sesuatu yang mulia. Taubat adalah kunci menggapai ridha Tuhan. Kunci utama untuk meniti jalan dalam syariat Allah.

Era sekarang, taubat ini kian populer di kalangan anak muda, tetapi dengan menggunakan istilah hijrah. Kata taubat pun, bertranformasi  menjadi hijrah. Meskipun  istilah antara keduanya—hijrah dan taubat—, masih menjadi perdebatan. Namun, mau tak mau, kata hijrah ini populer di kalangan anak muda. Tentu dengan nuansa taubat.

Kata hijrah ini, memainkan peran sentral di kalangan anak muda kota. Di pelbagai kota ada saja gerakan hijrah ini. Tergabung dalam pelbagai komunitas dan gerakan. Ada  gerakan hijrah di komunitas pecinta otomotif. Ada pemuda hijrah di kalangan pemain olahraga. Pun hijrah dari kalangan publik figur; artis, selebgram, aktor, dan penyanyi.

Gerakan  pemuda hijrah ini bak jamur di musim hujan. Dalam beberapa tahun belakangan muncul kepermukaan. Dengan pelbagai variannya. Meskipun terkadang ada sebagian gerakan ini terbilang kontroversial. Misalnya gerakan pemuda hijrah yang menganjurkan nikah muda. Anak muda dianjurkan menikah, meskipun pendidikan terkait rumah tangga nol besar. Yang penting nikah agar tak zina.

Ada juga gerakan hijrah lantas mengharamkan kerja di bank. Pasalnya kerja di bank itu riba. Dosa besar. Sebab adanya bunga bank. Kampanye ini massif. Bertaburan. Dan tak sedikit yang manusia yang terpengaruh. Alasan utama tadi, hijrah.

Belakangan juga, ada gerakan hijrah, boikot musik. Pasalnya, menganggap musik itu  haram. Profesi sebagai musisi terlarang dalam ajaran Islam. Musik itu pintu masuk maksiat. Gerakan ini ada saja yang meminatinya. Dan tergabung dalamnya.

Ada juga tersebar, anak muda yang baru hijrah lantas berangkat ke Suriah. Untuk berbait pada ISIS. Lantas menganggap Indonesia negara thagut. Pun di pelbagai aksi terorisme yang ada di Indonesia, pelakunya orang-orang yang memutuskan diri hijrah.

Inilah pelbagai corak gerakan hijrah yang ada di Indonesia. Tentu dengan pelbagai mode varian. Yang terkadang membuat kita heran. Pasalnya, membuat agama terlihat baku dan kaku. Cara hijrah gerakan ini membuat gambaran agama seram dan menakutkan.

Nasihat Bijak Buya Yahya terkait Hijrah  

Menurut Ustadz Yahya Zainul Maarif—yang lebih akrab disapa Buya Yahya—, banyak manusia yang ingin hijrah. Tentu itu merupakan sesuatu yang baik. Namun, pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Cirebon itu memberikan catatan penting bagi anak muda yang baru hijrah.

Menurut Buya Yahya, ketika seseorang ingin hijrah, ia harus menjadikan dirinya nyaman dan orang lain juga nyaman. Buya Yahya mencontohkan  bila seseorang yang menganggap dirinya hijrah,  lantas tidak mau bersalaman dengan seorang wanita, cukup menghindar dengan halus tanpa diketahui oleh wanita tersebut.

Tak perlu sampai  bilang “Astgfirullahal adzim, ini haram,”katanya. Pasalnya itu akan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Pun merasa orang lain melakukan perbuatan dosa. Orang yang menganggap dirinya hijrah, cukup  menghindar dengan halus.

Pun ketika seseorang yang baru mengikrarkan diri hijrah, bila ingin memberikan menasehati pada orang lain, cukup dengan kata yang halus. Tak usah menggap diri paling benar. Tak perlu mengucapkan  “Ini loh kek saya ini syar’i, ahli surga”. Dengan begitu orang lain akan nyaman. Orang lain tidak merasa terganggu.

Hijrah itu kata Buya Yahya dengan ucapan yang lembut. Baik. Dengan akhlak mulia. Mengajak dengan lembut dan pesan indah. Demikianlah yang diperbuat Nabi Muhammad dalam dakwahnya. Rasulullah senantiasa berdakwah dan mengajak manusia dengan akhlak.

Terakhir, Buya Yahya juga berpesan,  bagi mereka yang baru hijrah, jangan terlalu lebay. “Jangan dikit-dikit qāla Rasulullah, malah enek nanti”. Seorang yang ingin mengajak manusia untuk hijrah harus memahami waktu dan tempat tepat. Pasalnya menyampaikan nasihat itu ada waktu.

Hal itu yang dipraktikkan Nabi selama 10 tahun di Mekah, dan 13 tahun di Madinah. Berdakwah dengan perlahan demi perlahan. Tidak dengan sekaligus. Pun tidak dengan kata-kata yang kasar dan memojokkan orang lain. Demikian nasihat Buya Yahya terhadap anak muda yang baru hijrah.

BINCANG SYARIAH