Cara Rasulullah dalam Mendidik Anak Nakal

MENDIDIK anak ternyata tidak mudah, namun tirulah yang dilakukan Rasulullah ini. Memahami bakat dalam mendidik anak dan mengembangkan kreatifitasnya adalah hal yang sangat penting dan patut dimiliki oleh sorang ayah. Sebab bakat dan potensi anak tak akan berkembang dengan baik jika tidak dilatih dan dikembangkan. Itulah mengapa Rasulullah memerintahkan kepada orang tua agar buah hati diajari dan dibekali sesuatu hal yang berkaitan dengan potensinya.

Dua kisah ini adalah potret bagaimana Rasulullah menjaring potensi/mendidik anak menjadi kreatif dan berbakat:

Sahabat Zaid Bin Tsabit, bukanlah keluarga Rasulullah secara langsung. Ia adalah anak dari sahabat nabi. Rasulullah melihat Zaid begitu cakap dalam hal ilmu faraid (yakni ilmu tentang hal Waris) maka rasulullah mengajarinya tentang ilmu faraid melalui pedoman Alquran secara intens. Hingga suatu hari beliau bersabda diantara kaum muslimin:

“Orang yang paling paham tentang ilmu faraid di antara kalian adalah Zaid Bin Tsabit.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An NasaI, dan Ibnu Majah)

Hal yang sama pun dilakukan Rasulullah kepada Khalid Bin Walid. Ia adalah sahabat yang gagah dan berani, serta pandai di medan perang. Maka Rasulullah menghadiahinya sebuah pedang seraya berkata: “Khalid Bin Walid adalah salah satu pedang diantara pedang-pedang Allah yang menumpas orang-orang musyrik.” (HR Ahmad)

Dan benar saat dewasa Khalid adalah sosok panglima Muslim yang tak penah gentar dalam perjuangan menyelamatkan agama Allah. Melihat dua kisah diatas, betapa Rasululah sangat memberikan contoh bagaimana membaca potensi anak dan melakukan hal yang tepat untuk memahami, mendukung, serta memotivasi bakat yang dimiliki sehingga mendatangkan kebaikan. Inilah pelajaran yang perlu diteladani orang tua.

Bagaimana jika anak mulai bebal dan tidak mengindahkan perintah (Bandel)? Kisah ketiga akan menjawabnya:

Kisah ini diilhami oleh seorang sahabat yakni Anas Bin Malik yang telah menjadi pelayan Rasululah kala berusia anak-anak, 10 tahun di dalam riwayat disebutkan. Pada suatu hari Rasulullah memerintahkan Anas untuk pergi ke suatu tempat karena keperluan. Karena perintah itu bukan berasal dari Rasulullah secara langsung maka Anas yang sedang asik bermain tidak mau pergi dan kembali bermain bersama temannya.

Kala itu Anas bukan bermaksud tidak patuh, ia hanya ingin yang mengatakan perintah tersebut adalah Rasulullah. Wajar sajalah kala itu usianya adalah anak-anak yang masih menginginkan dunianya bersama kawan-kawannya. Tak lama kemudian Rasulullah menemui Anas yang tengah bermain dan menarik telinga anas (menjewer) dengan senyum dan nada gurauan kemudian bersabda:

“Hai Anas! Apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan?

Anas pun menjawab, “Insya Allah saya akan berangkat wahai Rasulullah!” lalu saya segera berangkat melaksanakan perintah Rasulullah (HR Muslim dan abu Dawud)

Sahabat, lihatlah bagaimana Rasulullah berlaku tegas dalam mendidik anak-anak, kita harus bisa membedakan mana tegas dan mana marah. Tidak serta merta Rasulullah membentak Anas bahkan memukul atas kebandelannya, Beliau mencoba menanyakan terlebih dahulu disertai dengan senyuman pula dan gurauan. Maka inilah yang disebut keteladanan dan kebijaksanaan.

Nah itu tadi kisah yang menyajikan bagaimana Rasulullah mendidik anak dan memotivasi potensi anak dan mengajari kedisiplinan, semoga sebagai orang tua kita senantiasa bersabar dan dikaruniai kekuatan untuk menjaga amanah-Nya. Amin. [ihram.asia]

 

INILAH MOZAIK