Mengapa Allah Bersumpah dengan Waktu Fajar?

Surah Al-Fajr merupakan surat yang terletak pada nomor 89 dalam runtutan mushaf Al-Qur’an. Terdiri dari 30 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Seperti lazimnya bagian surat Al-Qur’an yang lain, Surat Al-Fajr merupakan salah satu surat yang diawali dengan rangkaian sumpah Allah dengan makhluk-Nya. Di antaranya dalam surat tersebut Allah bersumpah dengan waktu fajar di awal ayat sehingga suratnya diberi nama dengan nama surah Al-Fajr

Para ulama berbeda pendapat terkait makna kata “Al-Fajr” yang menjadi salah satu sumpah Allah dalam surat ini. Syekh Fakhr ad-Din ar-Razi dalam kitabnya Mafatih Al-Ghaib Juz 31 menyebutkan ada setidaknya 4 kemungkinan maksud dan alasan lafadz “Al-Fajr” menjadi salah satu sumpah Allah dalam Al-Qur’an:

Pendapat pertama, riwayat dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa maksud dari lafadz “Al-Fajr” dalam surat Al-Fajr tersebut ialah waktu subuh. Allah bersumpah dengannya dikarenakan waktu tersebut merupakan waktu terjadinya pergantian malam menuju siang, manusia dan hewan-hewan lainnya yang tadinya terlelap dalam tidurnya sedikit demi sedikit kemudian keluar dari sangkarnya untuk mencari penghidupan, rezeki. Selain itu, kejadian tersebut juga mirip dengan replika dibangkitkannya manusia dari kubur di hari kiamat kelak. Manusia yang “mati” tertidur kemudian “hidup” kembali, bangun dari tidurnya.

Pendapat kedua, maksud dari kata “Al-Fajr” tersebut ialah shalat fajar atau shubuh. Allah bersumpah dengannya dikarenakan shalat tersebut merupakan shalat yang dilakukan di awal pembuka waktu siang. Dan pada saat itu pulalah malaikat yang berjaga di waktu malam dan siang berkumpul. Mereka menyaksikan dan mendengar orang-orang yang membaca Al-Qur’an di waktu shubuh sebelum berganti jaga.

Pendapat ketiga, maksud dari waktu fajar yang disebutkan ialah bukan fajar yang terjadi setiap hari, melainkan waktu fajar pada hari-hari tertentu:

Pertama, fajar hari raya Kurban. Dengan alasan termasuk ke dalam bagian manasik yang merupakan di antara keistimewaan nabi Ibrahim As. Waktu tersebut juga masih tergolong ke dalam waktu pelaksanaan haji, hari yang besar di mana bangsa Arab yang menunaikan ibadah haji berbondong-bondong melakukan penyembelehan Kurban.

وكانت العرب لا تدع الحج وهو يوم عظيم يأتي الإنسان فيه بالقربان كأن الحاج يريد أن يتقرب بذبح نفسه, فلما عجز عن ذلك فدى بذلك القربان كما قال تعالى (وفديناه بذبح عظيم)

Bangsa Arab tidak meninggalkan ibadah haji, ia adalah hari yang agung  di mana umat manusia melakukan penyembelehan kurban. Seakan  orang yang berhaji hendak berkurban dengan menyembeleh dirinya sendiri. Dan ketika hal tersebut tidak mampu dilakukan, mereka menebusnya dengan menyembeleh kurban seperti yang difirmankan Allah Ta’ala (Al-Shaffat: 107): “dan kami tebus ia dengan sembelihan yang agung”. (Mafatih Al-Ghaib Juz 31 hal 162)

Kedua, fajar 10 hari dzulhijjah. Dengan alasan karena pada ayat selanjutnya Allah menyertakan dengan sumpah terhadap wa layalin ‘asyrin, 10 malam hari yang ditafsiri dengan 10 hari dzulhijjah. Selain juga dikarenakan ia merupakan awal dari bulan yang dipenuhi ibadah.

Ketiga, fajar awal bulan Muharram karena merupakan hari pertama dari kalender Islam. Di mana semua kegiatan umat Islam seperti puasa, haji dan zakat dimulai darinya setiap tahunnya dan akan terus terulang. Selain juga beberapa khabar menjelaskan bahwa Muharram merupakan bulan yang paling agung diantara bulan lainnya.

Pendapat keempat, maksud dari kata “Al-Fajr” tersebut ialah “al-Uyun al-lati yanfajir minha al-ma’” sumberan air yang darinya keluar air yang menjadi sumber kehidupan. Oleh karenanya Allah menjadikannya sumpah melihat semua kehidupan berasal darinya.

Wallahu a’lam

BINCANG SYARIAH

Hadapi Ujian Hidup, Mualaf Yefta: Ada Bisikan Jaga Sholat dan Wudhu

Mualaf Yefta Marantika berusaha untuk tak meninggalkan sholat dan wudhu

Hidayah bisa menghampiri siapa saja, meski berada di lingkungan yang berbeda agama. 

Hal itu diakui seorang mualaf, Yefta Marantika. Lelaki kelahiran Ambon, Maluku, itu memeluk Islam setelah menerima hidayah Illahi. Padahal, ia tumbuh besar di tengah lingkungan-dekat yang non-Muslim.

Pria yang kini berusia 47 tahun itu menuturkan kisahnya. Pertama-tama, latar keluarganya tidak bisa dikatakan jauh dari Islam. Memang, kedua orang tuanya beragama non-Islam. Mereka pun termasuk taat menjalankan ibadah agama itu.

Bagaimanapun, Yefta masih memiliki garis keturunan Muslim. Nenek dari ayahnya merupakan putri seorang kiai asal Jember, Jawa Timur. Bahkan, lanjutnya, nasabnya sampai pada Sunan Giri, salah satu Wali Songo. Adapun ibundanya mempunyai darah Arab. Keluarga besarnya itu dahulu tinggal di Tanah Abang, Jakarta.

Sewaktu Yefta masih anak-anak, kedua orang tuanya sempat menetap di Ibu Kota. Sebab, Jakarta saat itu menawarkan banyak peluang bagi seniman-seniman bertalenta. 

Ya, keluarganya berkecimpung di dunia kesenian. Ia sendiri adalah keponakan dari seorang komponis dan penyanyi kondang, Simon Dominggus Pesulima atau yang akrab disapa Broery Marantika.

Selama tinggal di Jakarta, keluarga ini berada di tengah komunitas Islam. Yefta kecil pun mulai terbiasa dengan rutinitas kaum Muslimin. Misalnya, kumandang azan tiap lima kali sehari atau semarak Ramadhan dalam sebulan tiap tahunnya. Di sekolahnya pun, ia berkawan dengan banyak orang Islam.

Mungkin karena pengaruh teman pula, Yefta semakin tertarik untuk mengenal Islam. Malahan, ia pernah meminta kepada ayah dan ibunya agar dirinya dikhitan. Sebab, kebanyakan kawannya sudah disunat. Saat Ramadhan tiba, ia pun turut serta dalam semarak bulan suci tersebut. 

Momen-momen seperti ngabuburitatau malam takbiran membuat hatinya gembira bersama teman-teman.

Tentu, semasa anak-anak itu dirinya belum sampai kepikiran untuk berpindah agama.

Ia baru pada tahap senang membersamai kebiasaan orang-orang Islam, terutama kawan-kawannya sendiri. Inti ajaran Islam tak terlalu dipahaminya. Dan, belum muncul pula ketertarikan untuk mendalaminya.

Namun, segalanya berubah tatkala dirinya beranjak remaja. Ia mulai sering merenung tentang makna kehidupan. Dalam dirinya, timbul keyakinan bahwa agama adalah sesuatu yang begitu penting da lam hidup. Karena itu, seseorang harus menghayati betul ajaran agamanya.

Pada waktu itu, Yefta muda mulai berkenalan dengan seorang perempuan. Muslimah ini juga menjadi tempatnya berdiskusi tentang Islam. Kepadanya, ia sering bertanya tentang beberapa ajaran agama ini. 

Baca juga : Masjid Sehitlik Saksi Sejarah Hubungan Diplomatik Jerman-Turki

Begitu pula dengan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW, sebagai sosok yang mula-mula menyebarkan risalah Islam kepada dunia.

Masuk Islam

Pada 1994, Yefta telah memantapkan hatinya. Ia pun melafalkan dua kalimat syahadat untuk pertama kalinya. Proses berislam itu dilakukannya di hadapan imam dan sejumlah jamaah di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. 

Namun, sambungnya, pada masa itu komunitas-komunitas pembinaan mualaf terbilang minim. Ada kesan, orang-orang yang baru memeluk Islam seperti harus mencari kiat sendiri untuk mendalami Islam lebih lanjut. Ia pun merasakan hal yang sama.

“Saya dibimbing sekadarnya saja. Hanya tahu bah wa seorang Muslim itu, misalnya, wajib shalat lima waktu dan membaca Alquran. Setelah itu, saya belajar sendiri,” ujar dia kepada Republika beberapa waktu lalu. 

Namun, Yefta saat itu kian sibuk dengan pekerjaan nya. Sebagai seorang musisi, ia sering menghabiskan waktu di pelbagai gelaran konser. Popula ritasnya pun semakin melejit bersama dengan band-nya. 

Berbagai kota telah disambangi mereka untuk tampil di depan khalayak penonton. Pada 2004, ia memutuskan untuk hijrah ke Samarinda, Kalimantan Timur. Sebab, di sanalah jadwal panggungnya berlangsung lebih padat. 

Beberapa bulan kemudian, ujian hidup menghampirinya. Ia didera penyakit yang cukup parah. Yefta telah berkali-kali memeriksakan diri ke dokter. 

Namun, pelbagai penanganan medis yang diterimanya tak juga menyingkirkan sakit itu. Hampir-hampir saja ia menyerah. 

Pada suatu malam, Yefta merasa sangat ingin menyendiri. Di dalam kamarnya, ia berupaya mengingat-ingat lagi apa saja pencapaiannya selama ini. 

Tiba-tiba, dirinya tersadar bahwa sesuatu yang wajib disyukurinya ialah iman dan Islam. Kesadaran itu membuatnya sangat terharu. Tak terasa, air mata berlinang membasahi pipinya. 

“Saya lalu seperti mendapatkan bisikan untuk terus konsisten sholat dan selalu menjaga wudhu,” ujarnya mengenang. Mulai hari itu, ia berkomitmen untuk ikhtiar terus-menerus dalam meningkatkan keimanannya. Ketika jadwal manggung di Samarinda usai, Yefta segera kembali ke Jakarta. Ia kemudian mencari-cari komunitas Muslim yang bisa menjadi tempatnya belajar ilmu-ilmu agama. 

Akhirnya, pada 2006 seseorang memperkenalkannya dengan sebuah majelis taklim di daerah Sawangan, Depok. 

Sambil mengaji, dirinya juga terus berikhtiar dalam mengobati sakit. Alhamdulil lah, perlahan-lahan penyakit yang sempat menggerogoti kesehatannya dapat disingkirkan. 

Dengan kondisinya yang kembali sehat wal afiat, ia pun kembali bergiat mendalami agama.

Bangkit kembali 

Saat itu, Yefta merasa dirinya seperti hidup kembali. Ia berjanji tidak akan menghabiskan seluruh waktunya di dunia musik. Se lalu disempatkannya untuk ikut mengaji bersama dengan teman-teman komunitas Muslim.

Sebelumnya, ia merasa bagaikan di titik nadir. Sebab, penyakit yang sempat dideritanya itu tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga biaya. Bahkan, nyaris seluruh hartanya habis untuk pengobatan dirinya.

Namun, ia tidak berkecil hati. Prasangkanya selalu baik terhadap Allah SWT. Asalkan diri tidak putus asa, percayalah bahwa rahmat dan pertolongan-Nya akan datang.

Setelah pulih dari sakitnya, Yefta kembali menata ulang band-nya. Ia mulai mendidik personel baru. Bahkan, manajemen musiknya semakin baik. Beberapa kali band besutannya itu tampil di luar negeri, semisal China.

Selama beberapa tahun, ia merasakan peningkatan karier. Sayangnya, pada Maret 2020 pandemi Covid-19 mulai merajalela. In donesia pun tak luput dari sebaran epidemi ini.

Wabah yang disebabkan virus korona baru itu mengubah kondisi. 

Pemerintah mulai memberlakukan pembatasan kegiatan di tempat-tempat umum. Dunia hiburan pun terpaksa rehat sejenak. Bahkan, tidak sedikit kafe atau hotel yang menjadi tempat Yefta rutin manggung tutup atau bangkrut.

Bagaimanapun sulitnya, peluang harus ditemukan. Maka, ia pun beralih profesi menjadi peternak ikan cupang. Ternyata, bisnis ini cukup menguntungkan. Ia berhasil menjual berbagai jenis ikan cupang, mulai dari yang termurah hingga yang berharga fantastis.

Alhamdulillah, dengan usahanya ini Yefta bisa menghidupi keluarganya serta 30 orang tim yang di bawah manajemennya. Bagaimanapun, bisnis ikan cupang mengalami pasang surut. Setelah tren meredup, ia harus kembali memutar otak untuk terus bertahan.

Yefta bersyukur karena memiliki lebih dari satu keahlian. Tidak hanya bermusik, tetapi juga mengolah masakan. Orang-orang pun mengakui, hasil olahannya terasa enak.

Ia pun tertantang untuk membuka usaha katering. Dan, bisnis ini baginya tidak hanya sebagai ajang mencari keuntungan. Lebih dari itu, ada keberkahan yang ingin diraihnya.

Karena itu, Yefta rutin bersedekah dari hasil usahanya, setidaknya tiap hari Jumat. Banyak sajian sengaja digratiskannya untuk berbagai kalangan yang membutuhkan. Katering yang dikenal dengan nama Coolshiva Creative ini kemudian turut menggalang donasi bagi siapapun yang ingin ikut serta dalam program Jumat Berkah.

“Setiap porsi makanan, baik yang harganya termurah maupun termahal, saya banderol sama rata dengan harga Rp 10 ribu. Itu hanya jika untuk sedekah, katanya.

Pada saat kebanyakan orang sulit bertahan, di masa pandemi ini Yefta cukup tangguh. Bahkan, anak-anaknya mampu menyelesaikan pendidikan tinggi dan mendapatkan gelar sarjana pada masa ini. Ia memang bertekad kuat, pendidikan adalah yang utama walau pun situasi ekonomi sedang tak menentu.

Selain itu meski berbeda agama dengan keluarga besarnya, Yefta selalu mendidik anaknya untuk tetap berhubungan baik dengan keluarga ayahnya. “Saya selalu mengajarkan mereka untuk hidup bertoleransi, tegasnya.     

sumber : Harian Republika

Atlet Tinju Rocky Memutuskan Masuk Islam

Rocky Pasarani masuk Islam atas pilihannya sendiri, tanpa ada paksaan.

Atlet tinju amatir nasional Rocky Pasarani memutuskan untuk masuk Islam. Pelatih tinju mantan menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri ini memutuskan masuk Islam tanpa paksaan dari siapapun.

Kabar Rocky bersyahadat diinfokan dalam akun @hanifdhakiri. Dalam unggahannya, Hanif menggugah foto Rocky sedang bersyahadat dipandu oleh Ust Muhammad Nur Hayid.

Selain itu, Hanif menuliskan keterangan yang berbunyi:

Namanya Rocky Pasarani, asal Semarang, atlet petinju amatir nasional. Sdh pensiun skrg. 5 th-an Rocky melatih saya, istri dan anak saya Elang bertinju scr privat. Saya sih males2 berlatih, makanya cuma bisa lawan Nibras..😁

.

Profesi Rocky skrg pelatih tinju privat. Muridnya mayan banyak. Stlh pandemi lbh banyak lg. Gara2 pandemi org banyak di rumah dan pny waktu luang. Rocky beruntung. Ia pelatih yang baik, pribadi yang baik.

.

3 th lalu Rocky mengutarakan niatnya masuk Islam. Dia non-Muslim, sama spt driver saya. Ga ada angin ga ada hujan dia minta dibantu mjd seorang Muslim. Mungkin itu yg namanya hidayah.

.

Saat itu sy minta dia berpikir benar2. Jika sungguh2 dan tdk ada paksaan dr siapapun, sy siap bantu dia masuk Islam. Entah knp, habis itu Rocky gak pernah bicara lg soal masuk Islam. Latihan tinju berjalan spt biasa.

.

Minggu pagi kmrn kita berlatih tinju. Usai latihan Rocky mengutarakan niat lg unt membaca dua kalimat syahadat. Rupanya 3 th terakhir ini ia sdh belajar agama Islam. Belajar rukun Islam dan Iman, wudlu, sholat, menghafal surat2 pendek, dll. Bahkan ia sdh puasa penuh tiap Ramadhan 3 th terakhir.

.

Stlh nanya bbrp hal kemantapan dia dan stlh memastikan tdk ada paksaan dr siapapun, sy telpon Kiai Muda @gushayid unt bantu membimbing Rocky bersyahadat. Tadinya mau minta @cakiminow atau Kiai @saidaqilsiroj53 atau Gus @yahyacstaquf Ketum PBNU terpilih. Tapi mengingat waktu dan kesiapan Rocky, jadilah dg Gus Hayid.

.

Sore itu di rumah sy, disaksikan bbrp teman, Gus Hayid membimbing Rocky bersyahadat. Alhamdulillah. Semua berjalan lancar. Kita doakan Rocky istiqomah di jalan Islam, senantiasa memperoleh pertolongan dan berkah Allah SWT. Smg Rocky & keluarga selalu sehat, lancar rezeki, bahagia berkah dunia akhirat. Aminnn..

.

Welcome to the club, Muhammad Rocky Pasarani.

KHAZANAH REPUBLIKA

Doa untuk Orang Sakit

Doa untuk orang sakit harus dihafalkan, karena setiap muslim dianjurkan untuk mendoakan muslim lainnya.

Tidak akan ada ruginya ketika Anda mendoakan muslim lain dengan kebaikan, karena doa tersebut sejatinya akan kembali kepada diri Anda.  

Lafal Doa untuk Orang Sakit

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan lafal doa untuk orang sakit dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Berikut ini beberapa riwayat lafal doa tersebut:

  • Lafal pertama

لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ

Laa ba’sa thohuurun insyaaAllah.

Artinya:

“Tidak apa-apa, penghapus dosa, InsyaAllah.” (HR. Bukhari).

  • Lafal kedua

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

As-alullaahal ‘adhim robbal ‘arsyil ‘adhim an-yasyfiyak.

Artinya:

“Aku meminta kepada Allah yang Maha Mulia, Rabb pemilik ‘Arsy yang Agung agar Dia menyembuhkanmu.” (HR. Tirmidzi)

Doa ini disunnahkan untuk dibaca sebanyak tujuh kali.

  • Lafal ketiga

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِىَ إِلاَّ أَنْتَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Allahumma robbannaasi mudzhibal baasiisyfi antasy-syaafii laa syaafiya illaa anta syifaa’an laa yughoodiru saqoman.

Artinya:

“Wahai Allah Tuhannya manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanlah ia. Hanya Engkau yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi.” ( HR. Bukhari)

  • Lafal keempat

الَّلهُمَّ اشْفِ فُلاَنًا

Allahummasyfi fulaanaan.

Artinya:

“Wahai Allah sembuhkanlah fulan.”

Perlu diketahui, fulan harus diganti dengan nama orang. Sebagai contoh, Apabila yang sakit itu bernama Abdullah, maka lafal doanya menjadi ‘Allahummasyfi Abdullah’. 

Dalam riwayat Imam Muslim, doa ini pernah dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebanyak dua kali untuk mendoakan sahabat Sa’ad bin Abi Waqash.

اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا ,اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا

Allahummasyfi Sa’ad, Allahummasyfi Sa’ad.

Artinya:

“Wahai Allah sembuhkanlah Sa’ad, wahai Allah sembuhkanlah Sa’ad.”

Doa ini boleh dipanjatkan sebanyak dua kali, tiga kali, bahkan lebih.

Doa untuk Orang Sakit Dibaca oleh Siapa?

Doa untuk orang sakit dibaca oleh setiap muslim yang menjenguk orang lain, baik itu dari anggota keluarga, teman, hingga tetangga.

Perlu diketahui, doa tersebut tidak terbatas untuk orang-orang yang beragama Islam saja, karena orang-orang kafir juga boleh didoakan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Dalil bolehnya seorang muslim mendoakan orang kafir agar sembuh dari sakitnya disampaikan oleh sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.

“Ada sekelompok sahabat yang melakukan safar, dan tibalah mereka di sebuah kampung. Para sahabat meminta izin untuk menginap di kampung tersebut, namun mereka tidak diizinkan hingga akhirnya mendirikan tenda di luar kampung untuk bermalam.

Tiba-tiba kepala kampung disengat binatang, dan mereka berusaha untuk mengobatinya, namun tidak ada satu pun yang berhasil hingga ada yang mengusulkan untuk memanggil para sahabat, barangkali mereka mempunyai obat untuk menyembuhkannya. Utusan mereka kemudian mendatangi para sahabat, dan menyampaikan kondisi kepala suku.

Salah satu sahabat bersedia mengobati dengan sebuah syarat, apabila berhasil, penduduk kampung tersebut harus memberikan upah beberapa ekor kambing.

Lalu sahabat tersebut membacakan surat al-Fatihah sembari meniupkannya kepada kepala suku. Atas izin Allah Ta’ala, kepala suku sembuh dan sehat kembali.

Setelah itu para sahabat membawa kambing hasil upah kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau mengizinkan perbuatan para sahabat tersebut.” (HR. Bukhari 2276)

Kisah yang disampaikan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu merupakan dalil yang kuat dibolehkannya seorang muslim mendoakan orang kafir, karena ruqyah merupakan bagian doa kepada Allah Azza wa Jalla. 

Perlu diketahui, orang yang sakit juga dianjurkan untuk membaca doa kesembuhan untuk dirinya sendiri. 

Berikut ini lafal doanya:

بِاسْمِ اللَّهِ (3x)

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7x)

Bismillah. (3x)

A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. (7x)

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah.” 

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan yang aku takuti.” (HR. Muslim)

Doa tersebut dibaca dengan meletakkan tangan di atas bagian tubuh yang sakit sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada sahabat ‘Utsman bin Abu Al-Asy’ash Ats-Tsaqafi.

Adab-adab Menjenguk Orang Sakit

Setelah mengetahui doa yang harus dibaca ketika menjenguk orang sakit, hal penting lain yang harus diketahui adalah adab-adab ketika menjenguk orang sakit.

Mengetahui adab menjenguk orang sakit ini penting sekali, karena di dalamnya juga terdapat ganjaran yang besar dari Allah Ta’ala. 

Berikut ini adab-adab ketika menjenguk orang sakit:

  • Ikhlas

Di dalam ajaran agama Islam menjenguk orang sakit termasuk ibadah yang agung, bahkan Allah Ta’ala mengganjarnya dengan pahala yang sangat besar, yaitu surga.

“Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berbuat mulia dan mulia pula langkahmu, serta akan kau tempati rumah di Surga’.” (HR. Ibnu Majah no. 1433)

Mengingat ganjaran yang Allah Ta’ala berikan adalah surga, menjenguk orang sakit harus benar-benar diniatkan hanya untuk mencari ridho Allah Ta’ala.

  • Melihat sikon

Memperhatikan situasi dan kondisi merupakan hal penting yang harus diperhatikan ketika hendak menjenguk orang sakit.

Pastikan orang yang hendak dijenguk benar-benar dalam keadaan longgar, sehingga tidak mengganggu waktunya untuk beristirahat.

Selain itu, pastikan waktu menjenguk tidak terlalu lama, karena bisa jadi yang dijenguk merasa terganggu.

  • Mendoakan

Orang yang sakit pasti ingin segera sembuh. Oleh karena itu, setiap penjenguk harus memanjatkan doa kepada Allah Azza wa Jalla agar sakit tersebut segera diangkat.

Mendoakan saudara muslim yang sakit dianjurkan dalam Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

“Apabila beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengunjungi orang yang sakit, beliau mengucapkan, Laa ba’sa thohuurun insyaaAllah.” (HR. Bukhari no. 5656)

  • Memberikan nasihat

Ketika diuji oleh Allah Ta’ala dengan sakit, tidak semua orang bisa menerimanya dengan baik. 

Oleh karena itu, penjenguk harus memberikan beberapa nasihat agar orang yang sakit tersebut tidak berkeluh kesah, karena keluh kesah hanya akan mendatangkan dosa.

Sebaliknya, apabila orang yang sakit itu bersabar, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikannya ganjaran yang besar dan segera mengangkat penyakitnya.

  • Memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala

Selain memanjatkan doa kesembuhan kepada orang yang sakit, penjenguk juga harus memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla atas sakit yang diderita orang lain. 

Memohon perlindungan penting untuk dilakukan agar musibah orang yang dijenguk tidak menimpa diri Anda.  

Berikut ini lafal doanya:

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً

Alhamdulillahilladzii ‘aafaanii mimmab talaaka bihi, wa faddholanii ‘ala katsiirim mimman kholaqo tafdhilaa.

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan diriku dari musibah yang menimpamu dan memberi keutamaan kepadaku atas banyak orang.”

Doa tersebut harus dihafalkan, karena penggunaannya tidak terbatas pada orang sakit saja, melainkan bisa diterapkan di semua keadaan. 

Itulah pembahasan terkait doa untuk orang sakit. Adapun untuk pembahasan doa-doa yang lain, silakan kunjungi website Hidayatullah.com 

Jangan Takut Miskin

Kebanyakan manusia tidak mau jatuh pada jurang kemiskinan.

Kebanyakan manusia tidak mau jatuh pada jurang kemiskinan. Tak heran jika banyak sebagian dari kita yang berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya, bahkan sampai ada yang menukar agama hanya untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi. 

Bila ditelusuri, akar penyebab munculnya sikap takut miskin adalah kecintaan terhadap dunia. Orang yang mencintai dunia tentu saja khawatir dan ketakutan bila kehilangan kenikmatannya, salah satunya adalah nikmat harta.

Kategori semacam itu bukanlah sifat dan sikap mukmin sejati. Sebab, ia yakin bahwa Allah adalah Zat Mahakaya yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS al-Isra [17]: 31).

Dalam Tafsir Ibn Katsir, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya. Allah mengedepankan perhatian terhadap rezeki anak-anak orang tua tersebut (hamba Allah) di saat orang tuanya hendak membunuh anaknya ketika tiada harta yang sanggup untuk diwariskan.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Jangan sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan takut! Yang penting kita berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal, berdoa dan bertawakal kepada Allah.

Karena sesungguhnya Allah SWT telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya. “Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS Huud [11]: 6).

Bahkan sesuatu yang harus ditakutkan adalah ketika dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari No 3.158, Muslim No 2.961).

Bagi siapapun yang tengah merasakan ketakutan akan jatuh miskin, sejenak menengok petuah hikmah dari Syekh Imam Ibn Rajab dalam Kitab Jami’ul Ulum wa Hikam: “Kau takut miskin? Abu Hazim menjawab, pelindungku adalah pemilik apa yang ada di bumi, apa yang ada di langit, dan apa yang ada di antara keduanya, serta apa yang ada di bawah tanah. Kenapa aku harus takut?”

Keterangan ini mengingatkan kita akan Mahabesarnya Allah. Allah sang pemiliki jagad raya ini. Allah yang punya. Jika benar kita merasa dan mengakui bahwa Allah adalah pelindung dalam kehidupan ini, mengapa masih merasa takut miskin?

Takut miskin sering mendorong seseorang menjadi pelit, curang, bahkan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan harta.

Wallahu a’lam.

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN

IHRAM

Sunah yang Sering Ditinggalkan

Khotbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ

فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan di antara bentuk menaati serta menjalankan perintah Allah Ta’ala di dalam kehidupan sehari-hari adalah menghidupkan sunah-sunah nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di setiap gerakan kita, masa luang kita, dan di setiap perkataan maupun perbuatan kita. Sehingga setiap titik dan inci kehidupan kita selaras dengan sunah nabi Muhammad dari terbitnya mentari hingga tenggelamnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Imam Hasan Al-Basri pernah berkata,

“Tanda cintanya para ulama’ kepada Nabi Muhammad itu terlihat dari bagaimana seriusnya mereka di dalam mengikuti sunah-sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Kedudukan seorang mukmin itu diukur dari sejauh mana ia mengikuti sunah nabinya. Maka, semakin banyak mereka mengikuti sunah beliau, semakin tinggi kedudukannya di sisi Allah dan semakin mulia. Berpegang teguh di dalam mengikuti sunah nabi memiliki beberapa keutamaan, di antaranya adalah:

  1. Meraih cinta Allah Ta’ala.
  2. Menutup kekurangan dan ketidaksempurnaan seorang hamba pada ibadah wajib.
  3. Terhindar dari terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah.
  4. Mengagungkan syiar Allah Ta’ala.

Jemaah Jum’at yang dicintai Allah Ta’ala, marilah kita menghidupkan sunah sunah Rasulullah di kehidupan kita sehari-hari. Kalau bukan kita yang melakukan, lalu siapa lagi? Karena itu merupakan bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini adalah beberapa sunah yang sering ditinggalkan dan dilupakan oleh kebanyakan manusia, semuanya benar telah datang dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

  1. Menjilati jari-jemari setelah selesai makan sebelum mencucinya, berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya nabi Muhammad bersabda,

إذا أكل أحدكم؛ فلا يمسح يده؛ حتَّى يَلعقها أو يُـلعقها

“Jika salah seorang dari kalian telah selesai dari makannya, maka janganlah ia mencuci tangannya, kecuali sesudah ia menjilati jari-jemarinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa kita dianjurkan melakukan hal itu? Karena kita tidak tahu letak keberkahan makanan kita ada di mana. Bisa jadi makanan yang ada di jari jemari kita itulah yang berkah.

  1. Mengambil napas ketika minum sebanyak tiga kali di luar gelas. Dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata,

كان رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم يتنفَّس في الشَّراب ثلاثاً ويقول:(إنَّه أروى، وأبرأ، وأمْرأ)

“Bahwasannya Rasulullah bernapas sebanyak tiga kali ketika minum. Lalu ia bersabda, ‘Sesungguhnya dengan begini haus lebih hilang, lebih lepas, dan lebih enak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Memperbanyak istigfar/ meminta ampun ketika sedang bermajelis. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

إن كنَّا نعد لرسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم، في المجلس الواحد مائة مرة: رب اغفر لي، وتب عليَّ، إنَّك أنت التَّواب الرَّحيم

“Sesungguhnya kami pernah menghitung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sekali majelis mengucapkan istigfar sebanyak seratus kali, yaitu: Rabbighfir li wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rahim. (Artinya: Ya Tuhanku, ampunilah saya serta terimalah taubat saya, sesungguhnya Engkau adalah Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang).” (HR. Imam Abu Dawud dan Tirmidzi)

  1. Bersedekah semampu kita ketika bertobat dari sebuah dosa. Imam Bukhari dan Muslim menuturkan kisah Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata,

قلت: يا رسول الله!! إنَّ من توبتي أن أنخلع من مالي صدقة إلى الله وإلى رسوله، قال رسول الله: أمسك عليك بعض مالك، فهو خيرٌ لك

“Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya termasuk bagian dari tobatku, aku ingin melepaskan semua hartaku sebagai sedekah untuk Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah pun bersabda, ‘Sisihkan sebagian hartamu, maka itu lebih baik.”

Ibnu Qayyim menyebutkan di kitabnya Zaadul Ma’ad, “Perkataan Ka’ab ini merupakan dalil akan disunahkannya bersedekah ketika bertobat semampunya.”

  1. Tidak melepas tangan kita saat berjabat tangan dengan orang lain, kecuali orang tersebut yang melepasnya lebih dahulu. Dari sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كان رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم إذا صافح رجلاً لم يترك يده؛ حتَّى يكون المصافح هو التَّارك ليد رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم

“Dahulu, jika Rasulullah menjabat tangan seseorang, ia tidak akan melepaskan tangannya, kecuali orang yang dijabat tangannya itu melepasnya terlebih dahulu.”

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah Kedua.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/71587-sunnah-yang-sering-ditinggalkan.html

Sifat Murka Bagi Allah

Ahlussunnah meyakini Allah Ta’ala memiliki sifat al ghadhab (murka). Dengan kata lain, Allah Ta’ala bisa murka. Di antara dalilnya, Allah Ta’ala berfirman,

وَّيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكٰتِ الظَّاۤنِّيْنَ بِاللّٰهِ ظَنَّ السَّوْءِۗ عَلَيْهِمْ دَاۤىِٕرَةُ السَّوْءِۚ وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا

“Dan Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka serta menyediakan neraka Jahanam bagi mereka. Dan (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Al Fath: 6).

Allah Ta’ala juga berfirman,

مَنْ كَفَرَ بِاللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِهٖٓ اِلَّا مَنْ اُكْرِهَ وَقَلْبُهٗ مُطْمَىِٕنٌّۢ بِالْاِيْمَانِ وَلٰكِنْ مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

“Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar” (QS. An Nahl: 106).

Allah Ta’ala juga berfirman tentang li’an,

وَالْخَامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللّٰهِ عَلَيْهَآ اِنْ كَانَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ

“Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar” (QS. An Nur: 9).

Dalam hadis, dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَمَّا قَضَى اللَّهُ الخَلْقَ كَتَبَ في كِتابِهِ فَهو عِنْدَهُ فَوْقَ العَرْشِ إنَّ رَحْمَتي غَلَبَتْ غَضَبِي

“Ketika Allah Ta’ala menetapkan takdir para makhluk, Allah Ta’ala menulis dalam kitab-Nya (Lauhul Mahfuzh). Yang kitab tersebut ada di sisi-Nya, di atas Arsy. Allah menuliskan, ‘sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku’” (HR. Bukhari no. 3194).

Sifat al-ghadhab juga disebutkan oleh Allah dengan lafaz al-maqtu. Allah Ta’ala berfirman,

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Sungguh besar murka Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan” (QS. Ash Shaff: 3).

Juga terkadang disebutkan dengan lafaz as sukhtu. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Ali Imran: 162).

Dan ayat-ayat serta hadis-hadis lainnya.

Ahlussunnah meyakini dan memaknai ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut apa adanya, bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat murka. Namun murka Allah tentu adalah sifat murka yang layak bagi keagungan Allah Ta’ala, tidak sama seperti murkanya makhluk.

Ath Thahawi dalam Al Aqidah Ath Thahawiyah mengatakan,

والله يغضب ويرضى لا كأحدٍ من الورى

“Allah Ta’ala bisa murka dan bisa rida, namun (dengan murka dan rida yang) tidak sama seperti salah satu makhluk-Nya.”

Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi dalam Syarah Thahawiyah mengatakan,

ومذهب السلف وسائر الأئمة إثبات صفة الغضب والرضا والعداوة والولاية والحب والبغض ونحو ذلك من الصفات التي ورد بها الكتاب والسنة

“Mazhab salaf dan para imam kaum Muslimin menetapkan sifat murka, rida, al ‘adawah (memusuhi), al wilayah (cinta), al hubb (cinta), al bughdhu (benci), dan sifat lainnya bagi Allah. Dan semua sifat yang terdapat dalam Al Kitab dan As Sunnah.”

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, “Al-ghadhab (murka) adalah lawan dari rida (senang). Di antara akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah meyakini bahwa Allah memiliki sifat al-ghadhab (murka) dan meyakini bahwa Allah murka kepada orang-orang yang layak dimurkai, seperti orang-orang kafir atau selainnya. Dalam ayat tentang li’an Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar” (QS. An Nur: 9). Maka sifat al-ghadhab adalah salah satu sifat fi’liyah Allah” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).

Orang-orang yang melakukan ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah) mereka juga menolak sifat al-ghadhab (murka). Demikian juga orang-orang ateis dan liberal, mereka mengatakan “masak tuhan kok marah?!” Mereka ini sejatinya melakukan demikian karena menyamakan Allah dengan makhluk. Dan ini jelas kekeliruan.

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, “Orang-orang yang melakukan ta’thil, mereka berkata, ‘Allah tidak disifati dengan sifat murka, karena definisi murka itu adalah mendidihnya darah, dan Allah tidak mungkin demikian.’ Maka kita katakan, memang benar bahwa marah itu adalah mendidihnya darah. Karena Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

ألا وإنَّ الغضبَ جمرةٌ في قلبِ ابنِ آدمَ

“Ketahuilah bahwa kemurkaan itu adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia” (HR. Ahmad no. 11587, dinilai dha’if oleh Syekh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).

Sehingga ketika marah, pembuluh nadi membengkak, emosi meradang, serta wajah memerah. Namun ini adalah murkanya makhluk! Adapun murkanya Allah tidak demikian. Murkanya Allah adalah murka yang layak bagi keagungan dan kemuliaan Allah ‘azza wa jalla” (Syarah Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah, hal 243).

Murka Allah adalah murka yang penuh dengan keadilan dan tidak ada kezaliman di dalamnya. Allah Ta’ala murka kepada orang-orang yang layak dimurkai dan kemurkaan Allah berupa azab dari-Nya yang selalu sepadan dengan maksiat dan dosa yang dilakukan. Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا

“Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’” (HR.  Muslim no. 2577).

Bahkan Allah banyak telah memberikan ampunan dan tidak murka kepada para pelaku dosa. Sehingga terkadang seseorang berbuat 10 dosa, Allah murka pada 1 dosanya saja dan Allah ampuni 9 dosa lainnya. Andaikan pelaku dosa selalu mendapat murka dan hukuman dari setiap dosanya, maka tidak ada orang yang selamat. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30).

Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa bertakwa kepada Allah dan dijauhkan dari murka-Nya. Wallahu waliyyut taufiq.

Penulis: Yulian Purnama

Sumber: https://muslim.or.id/71591-sifat-murka-bagi-allah.html

Rabithah Haji Indonesia Sarankan Umroh Ditunda

Ketua Rabithah Haji Indonesia Ade Marfudin menyarankan pemerintah menunda ibadah umroh. Saran ini berdasarkan pertimbangan dari meningkatnya kasus Covid-19 varian baru omicron.

“Tentunya upaya memulai umroh harus ditunda kembali, kerena akan membahayakan jamaah umrah bila terus dipaksakan,” kata Ade Marfudin saat dihubungi Republika, Senin (3/1).

Menurut Ade, apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani laju omicron dengan membatasi keberangkatan jamaah ibadah umroh sudah tepat. Karena apa yang dilakukan pemerintah demi kemaslahatan umat manusia yang datang ke Arab Saudi untuk umroh.

“Langkah yang diambil pemerintah saya kira sudah baik. Lebih baik lindungi, amankan jamaah dari wabah covid baru omicron,” ujarnya.

Ade meminta semua pihak patuh terhadap ketentuan syariat yang melarang umat manusia mendatangi pusat wabah. Ketentuan ini perlu disosialiasikan kepada penyelenggara dan juga jamaah agar tidak memaksakan berangkat ke tanah suci untuk umroh.

“Prinsipnya jangan mendatangi tempat wabah yang akan berakibat fatal bagi yang mendatanginya. Lebih baik urungkan demi kemaslahatan dan keselamatan jiwa, sekalipun itu wajib,” katanya.

Menurutnya, pada kondisi saat ini, sudah sepatutnya semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan ibadah umroh mengikuti kebijakan pemerintah. “Saya yakin dan percaya pemerintah lebih mencintai warganya, bangsanya dan nyawa manusia., dibandingkan harus memaksakan,” katanya.

Ade berdoa pandemi ini dapat segera berakhir dan jamaah bisa kembali melaksanakan ibadah umroh secara normal. Sudah dua tahun jamaah tertunda keberangkatannya karena pandemi Covid-19.

“Semoga saja wabah ini cepat sirna sehingga kerinduan jamaah untuk umroh akan segera terlaksana,” katanya.

IHRAM

Nikmat Bukan Cuma Harta, Melainkan Juga Hidayah Islam

Nikmat berupa hidayah Islam juga wajib disyukuri

Manusia harus bersyukur atas nikmat hidayah kepada islam. Ini juga merupakan syarat masuk ke dalam surga.  

“Ketika kita dijadikan muslim, syukuri nikmat ini, pertahankan sampai meninggal dunia,” kata pendakwah lulusan Universitas Islam Madinah, Ustadz Abu Yahya Badrusalam dalam kajian pembahasan Kitab Syarhus Sunnah di Masjid Al Muttaqin, Bekasi pada Selasa (4/1). 

Allah SWT berfirman, اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ… “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam” (QS Ali Imran ayat 19).  

Ustadz mengungkapkan, agama semua nabi sama yakni islam. Allah berfirman: 

 مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS Ali Imran ayat 67). Begitu pula dengan agama Nabi Musa, Isa dan lainnya yakni Islam. 

“Rasulullah ﷺ menyifati surga, surga tidak akan dimasuki kecuali jiwa Muslim saja. Sadari nikmat terbesar adalah Islam. Pencinta dunia tidak menyadari itu, pecinta dunia mengganggap harta, kedudukan,” kata Ustadz. 

Ustadz Abu Yahya mengatakan, lewat islam, seseorang akan mengenal Tuhannya, juga tujuan hidupnya. Dunia yang ditinggali tidak akan selamanya, dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah. Islam agama yang sesuai dengan fitrah, membimbing manusia kepada jalan yang lurus.  

“Orang yang merasakan nikmatnya islam dia tidak mau menggadaikan keislamannya untuk mendapatkan dunia. Islam ini luar baisa, untuk mendapatkan kesenangan abadi dengan islam, kenikmatan dunia dibandingkan dengan kenikmatan surga tidak ada apa-apanya,” kata Ustadz.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Nasihat Ali kepada Orang yang Punya Banyak Utang

Ada sebuah tentang permohonan doa kepada Allah SWT agar segala urusan dunia dimudahkan. Kisah ini terjadi saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Wa’il, seorang pria mendatangi Ali bin Abi Thalib dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku tidak bisa membayar hutangku. Tolong bantu aku.”

Kemudian Ali bin Thalib berkata, “Apakah kamu mau aku ajarkan tentang sesuatu yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang jika kamu membacanya maka Allah SWT akan membuat hutangmu lunas meski sebesar gunung?” Si pria mengiyakannya.

Lalu Ali bin Abi Thalib menyampaikan sebuah doa, sebagaimana berikut ini:

اَللّهُمَّ اكْفِنِىْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

‘Allahummakfinii bihalaalika ‘an haroomika wa aghninii bi fadhlika ‘amman siwaaka’

Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan apa yang Engkau halalkan dari apa yang Engkau karuniakan. Dan dengan karunia-Mu, jadikanlah aku tidak membutuhkan kecuali kepada Engkau.” (HR Tirmidzi dan terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal)

Nabi Muhammad SAW melarang umatnya berputus-asa dari rahmat Allah SWT dan tidak boleh menyerah serta harus meyakini bahwa semua yang terjadi itu baik. Selain itu, seorang Muslim juga harus yakin bahwa qadha dan qadar itu ada di tangan Allah SWT.

KHAZANAH REPUBLIKA