Hukum Puasa di Bulan Sya’ban

Pertanyaan:

Bagaimana hukum puasa di bulan Sya’ban?

Jawaban:

Puasa di bulan Sya’ban hukumnya sunnah. Memperbanyak puasa di bulan tersebut juga hukumnya sunnah. Sebagaimana ucapan ‘Aisyah radhiallahu’anhu,

ما رأيته أكثر صياما منه في شعبان

Aku tidaklah melihat bulan yang paling banyak beliau berpuasa padanya selain bulan Sya’ban” (HR. Muslim no. 1162)

Oleh karenanya, hendaknya seorang muslim memperbanyak puasa di bulan Sya’ban berdasarkan hadits di atas.

Ulama rahimahumullah mengatakan bahwa puasa di bulan Sya’ban ibarat shalat sunnah rawatib bagi shalat fardhu. Puasa di bulan Sya’ban seakan-akan pembuka bagi bulan Ramadhan yakni bagaikan rawatib bagi bulan Ramadhan. Sebab itu, disunnahkan puasa di bulan Sya’ban. Demikian pula, disunnahkan puasa enam hari di bulan Syawwal. Seolah-olah puasa sunnah tersebut adalah rawatib sebelum dan sesudah puasa wajib. Puasa di bulan Sya’ban juga mengandung faidah yang lain yaitu memperkuat dan menyiapkan diri untuk berpuasa. Tujuannya supaya ia siap sedia menyambut puasa Ramadhan sehingga ia pun mudah dalam menjalankannya.

***

Diterjemahkan dari Fatawa Arkanil Islam karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Al-Khairiyah, cetakan ketiga, tahun 1437 H, hal. 589-590.

Penerjemah: Ummu Fathimah

Artikel Muslimah.or.id

Mendamaikan Hubungan Dua Orang yang Bermusuhan

Mendamaikan hubungan antara dua orang muslim yang saling bermusuhan adalah salah satu di antara amal dan akhlak yang mulia. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan keutamaan amal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَالصُّلْحُ خَيْرٌ

“Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-Nisa’ [4]: 128)

Allah Ta’ala berfirman,

فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ

“Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS. Al-Anfaal [8]: 1)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 10)

Di ayat yang lain, Allah Ta’ala bahkan memerintahkan hal ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang, hendaklah kamu damaikan antara keduanya.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 9)

Bentuk “al-ishlaah” (mendamaikan) hubungan antar manusia adalah jika ada sikap permusuhan dan kebencian antara dua orang, maka ada seseorang yang mendamaikan dan memperbaiki hubungan di antara mereka berdua. Sehingga hilanglah rasa kebencian dan permusuhan di antara dua orang tersebut. Semakin dekat hubungan kekeluargaan antara dua orang yang bermusuhan, maka perdamaian di antara keduanya tentu akan lebih ditekankan. Dengan kata lain, jika putusnya hubungan di antara dua orang yang bermusuhan itu lebih besar bahayanya, maka mendamaikan di antara keduanya menjadi semakin ditekankan. Jadi, jika seorang ayah dan anak itu berseteru, tentu mendamaikan di antara keduanya lebih afdhal dibandingkan jika yang berseteru adalah dua orang teman biasa. Hal ini karena putusnya jalinan silaturahmi antara seorang ayah dan anak tentu perkara yang lebih besar bahayanya.

Mendamaikan dan berusaha menjadi penengah antara dua orang yang berselisih adalah salah satu amal yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,

لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’ [4]: 114)

Yang dimaksud dengan “najwa” dalam ayat di atas adalah perkataan yang tersembunyi antara seseorang dengan saudara atau sahabatnya (semacam bisikan). Maka dalam ayat di atas, mayoritas najwa itu tidak ada kebaikan di dalamnya, kecuali pada ajakan untuk memberi sedekah, berbuat kebaikan (ma’ruf), dan mengadakan perdamaian di antara manusia.  Kemudian Allah Ta’ala sebutkan pahala yang besar dari amal tersebut, yaitu:

وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

“Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 114)

Oleh karena itu, jika kita melihat ada di antara saudara sesama muslim yang berselisih, bermusuhan, atau berseteru, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk mendamaikan di antara keduanya. Meskipun ketika dalam prosesnya, kita mungkin mengeluarkan sejumlah harta (uang) yang kita miliki.

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

 Artikel: Muslim.or.id

Ketika Allah Memberi Perumpamaan Nyamuk dalam Alquran

Bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan mempunyai hikmah.

Dalam Alquran, ada banyak hewan yang dijadikan sebagai perumpamaan. Semisal laba-laba, nyamuk, lalat, lebah, semut dan sebagainya.

Tak lain itu dimaksudkan agar manusia bertafakur tentang makhluk-makhluk lainnya yang Allah ciptakan. Bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan mempunyai hikmah. 

Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 26.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik. 

Dalam tafsir Tahlili Al Baqarah ayat 26, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa menurut Ibnu Abbas ayat tersebut diturunkan berhubungan dengan tuduhan orang-orang Yahudi bahwa perumpamaan yang ada dalam Aquran itu tidak mempunyai nilai yang berarti. Karena dalam perumpamaan itu disebut sesuatu yang tidak berarti, bahkan termasuk binatang kecil lagi hina.

Selain nyamuk dalam Al Baqarah ayat 26, Allah juga memberikan perumpamaan lain seperti zubab yang berarti lalat pada surat al Hajj ayat 73 atau juga laba-laba pada surat Al Ankabut ayat 41. Seandainya orang Yahudi itu mengetahui maksud perumpamaan itu, tentu mereka akan menyatakan bahwa perumpamaan dalam Alquran merupakan perumpamaan yang tepat dan benar. 

Dalam Al Baqarah ayat 26, Allah dengan tegas menyatakan tak segan untuk membuat contoh dan perumpamaan dalam penjelasan informasinya dengan menggunakan perumpamaan seekor nyamuk atau bahkan lebih kecil dari itu. Orang yang beriman pasti dapat menerima keterangan ini, namun orang kafir dan munafik tak mau memahami tujuan Allah membuat perumpamaan semisal nyamuk dalam Alquran. 

Mari sekilas kita menyelami hikmah dibalik penciptaan seekor nyamuk. Ada beberapa jenis nyamuk, seperti jenis anapheks atau anopheles yang hidup di air kotor, ini merupakan jenis nyamuk berbahaya yang menyebabkan malaria.

Ada juga jenis nyamuk Aedes aegypti yang hidup di air bersih dan menyebabkan demam berdarah. Namun ada juga nyamuk tak berbahaya seperti culex. Kekuasaan Allah yang telah menciptakan predator bagi nyamuk seperti cecak, karak, tokek dan lainnya. 

Ketika mencoba memahami perikehidupan nyamuk, kita akan mengetahui betapa rumit dan kompleksnya sistem yang berjalan. Secara umum kita mengetahui makhluk ini adalah penghisap darah manusia dan binatang lainnya.

Akan tetapi, pengetahuan demikian ini tidak sepenuhnya benar. Karena tidak semua individu nyamuk hidup dari mengisap darah. Hanya nyamuk betina saja yang memerlukan darah dalam dietnya.

Nyamuk betina memerlukan protein dari darah dalam proses akhir pembentukan telur. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk meyakinkan akan berlanjutnya kehidupan jenisnya.

Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang mengagumkan. Ada fase yang panjang dalam perkembangan nyamuk yang tak bisa penulis jabarkan secara detail dalam tulisan ini. 

Selain fase perkembangan nyamuk yang menakjubkan, nyamuk juga dilengkapi perangkat sistem canggih. Nyamuk dilengkapi dengan organ yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu, udara, kelembaban dan juga bau.

Bahkan, nyamuk mempunyai kemampuan untuk melihat melalui perubahan suhu yang menolongnya saat mencari mangsanya, walaupun keadaan sangat gelap. Bahkan berkaitan dengan teknik nyamuk menghisap darah ternyata juga  merupakan seperangkat sistem yang sangat kompleks dan rumit.

Dengan rancangan tubuh yang demikian, walaupun hanya ada pada nyamuk yang kecil, ini merupakan bukti akan kerja penciptaan. Di dalam Alquran, nyamuk yang kecil ini dijadikan contoh untuk memperlihatkan kekuasaan Allah. Mereka yang beriman mengerti, sedangkan mereka yang kafir menyangkalnya. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Khutbah Jumat 2021: Keutamaan Bulan Syakban

Berikut ini adalah teks Khutbah Jumat 2021: Keutamaan Bulan Syakban.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: ﴿الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ﴾. ويقولُ: ﴿يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Hadirin pendengar khutbah Jumat yang berbahagia

Ungkapan rasa syukur selalu kita ucapkan pada Allah yang telah memberikan kepada kita kesehatan dan kesempatan, sehingga kita bisa berkumpul untuk melaksanakan ibadah salat Jumat. Syukur adalah rasa terima kasih seorang Hamba kepada Tuhannya. Dan lebih dari itu, syukur hakikatnya adalah kesadaran diri.

Salawat kita haturkan keharibaaan nabi yang sangat mulia. Seorang manusia yang memiliki sumbangsih besar pada dunia. Manusia pertama yang memperkenalkan Hak Asasi. Seorang Rasul yang baik akhlak dan perilakunya. Seorang manusia sejati, yang mengajarkan kepada manusia untuk memuliakan manusia. Dialah Baginda Nabi, Muhammad SAW. Akhlak tauladan Rasul tampaknya, sangat penting untuk direnungi manusia modern saat ini.

Dengan lafadz:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Sebagai khatib, sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kami secara pribadi untuk mengajak kita semua, mari sama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Hanya dengan Iman dan takwa hidup akan bahagia dunia dan akhirat kelak.

Saya ingin mengingatkan kita nasehat Lukman Al-Hakim

wahai anak ku sesungguhnya dunia adalah lautan yang sangat dalam. Banyak manusia terjebak dan tenggelam di dalamnya., maka jadikanlah iman sebagai sampan, takwa kepada Allah sebagai layar agar engkau tak tenggelam dalam gemerlap lautan dunia ini”

Kami juga tak bosan-bosan mengajak kepada kita untuk selalu menjaga kebersihan, karena kita masih dalam keadaan pandemi Covid 19. Jangan lupa 3 M; Menjaga jarak, Memakai masker, dan Mencuci tangan.

Hadirin pendengar khutbah Jumat 2021 yang berbahagia

Kini kita tengah berada di Bulan Syakban. Bulan nan sangat agung. Bulan penuh kemuliaan. Bulan nan penuh keutamaan. Untuk itu pada kesempatan mulai ini, khotib akan membawa tema khutbah Jumat berjudul “Keutamaan bulan Syakban”.

Syahdan, bulan Syakban sejatinya bulan yang dimuliakan oleh Baginda Nabi.  Wajar saja, karena dalam bulan Syakban, terdapat pelbagai keutamaan. Salah satunya adalah diangkatnya amalan manusia dalam setahun penuh. Amalan tersebut diangkat ke langit.

Hal itu sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW dalam kitab Fathul Bari karya al-Hafidz Ibn hajar al Asqallani;

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ» رواه أبو داود والنسائي وصححه ابن خزيمةhttps://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-7817204943932406&output=html&h=280&adk=3590147207&adf=3118794976&pi=t.aa~a.86673156~i.33~rp.4&w=696&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1616712644&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=8600742471&psa=1&ad_type=text_image&format=696×280&url=https%3A%2F%2Fbincangsyariah.com%2Fkhazanah%2Fkhutbah-jumat-2021-keutamaan-bulan-syakban%2F&flash=0&fwr=0&pra=3&rh=174&rw=696&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&adsid=ChEI8OnwggYQv7O0z47d34_1ARIqAA3mWlUUHyVcg_4qFSwXci3rzukBUSULTabDyIdA3PW_HvThjAuhCUOq&dt=1616712643418&bpp=4&bdt=3218&idt=4&shv=r20210322&cbv=r20190131&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3D5ac3879318488a40-223e1b6216c6004e%3AT%3D1613755104%3ART%3D1613755104%3AS%3DALNI_MYr7KueNKgu5FvJouxGPdbjzDeMTQ&prev_fmts=0x0%2C696x280%2C696x280%2C324x250&nras=5&correlator=7698005477040&frm=20&pv=1&ga_vid=1084666844.1608538875&ga_sid=1616712643&ga_hid=1149035617&ga_fc=0&u_tz=420&u_his=1&u_java=0&u_h=1024&u_w=1280&u_ah=984&u_aw=1280&u_cd=24&u_nplug=2&u_nmime=2&adx=98&ady=3460&biw=1263&bih=824&scr_x=0&scr_y=400&eid=21068083%2C31060031%2C44740079%2C44739387&oid=3&pvsid=1423676080264806&pem=771&rx=0&eae=0&fc=1408&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1280%2C0%2C1280%2C984%2C1280%2C824&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=8320&bc=31&jar=2021-03-25-07&ifi=6&uci=a!6&btvi=4&fsb=1&xpc=dIeKR7H6PY&p=https%3A//bincangsyariah.com&dtd=1287

Sya’ban merupakan bulan yang  sering dilupakan oleh  manusia. Psalnya ia berda antara bulan Rajab dan Ramadlan. Ada pun bulan Sya’ban  merupakan bulan yang diangkat Allah amal ibadah  manusia kepada Allah. Oelh karena itu saya senang amal amalku diangkat ke sisi Tuhan, sementara aku dalam kondisi berpuasa” (H.R Imam Nasai dan  Abu Dawud, dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).\

Untuk itu, sejatinya seorang muslim mengisi Bulan Syakban dengan amal kebaikan. Kelak tatkala diangkat dan dicatat, semua amal kita berisi kebaikan. Dan dihadapan Allah berisi pahala, bukan pelaku bejat dan keburukan semata.

Hadirin pendengar khutbah Jumat 2021 yang berbagia.

Pelbagai amalan yang bisa kita lakukan dalam Syakban adalah dengan melaksanakan puasa sunah. Demikian itu juga sejatinya yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad. Beliau mengisi bulan Syakban dengan puasa.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, baginda Nabi bersabda;

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ, فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.

Artinya; dari Aisyah semoga Allah meridhainya, sesungguhnya dia berkata; Adalah Rasulullah berpuasa, sampai kami menyangka bahwa Nabi tidak berbuka, dan ketika berbuka, sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa.  Maka saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa dalam sebulan, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Syakban.

Dan ada juga hadis yang Nabi yang lain;

كَانَ أَحَبَّ الشُّهُوْرِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَصُوْمَهُ شَعْبَان ثُمَّ يَصِلَهُ بِرَمَضَانَ. أَخْرَجَهُ أحمدُ وأبو داودَ والنَّسَائِيُّ

artinya; Adalah Bulan  yang disukai oleh Rasullulah untuk berpuasa sunnah di dalamnya adalah Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadlan.

Tak dapat tidak, puasa Syakban merupakan amalan yang secara jelas dilaksanakan Nabi Muhammad. Bagaimana tidak?  Selain itu mengisi keutamaan Syakban, puasa di bulan Sya’ban berfungsi sebagai “persiapan”.  Puasa Syakban seyogianya merupakan latihan, untuk memasuki bulan Ramadhan.  Bulan Syakban adalah star untuk memulai pendakian menuju puncak di bulan Ramadhan kelak.

Ada juga keutamaan dalam bulan Syakban, yakni Nisfu Sya’ban. Sesuai sebutannya, nisfu Syakban berada pada malam pertengahan bulan Syakban. Malam Nisfu Syakban merupakan malam yang mengandung pelbagai kebaikan dan kebaikan.

يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى  إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِـجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Artinya; Allah  memandang melihat kepada makhluk-Nya (hamba-Nya) saat malam Nisfu Syakban,kemudian Allah mengampuni seluruh  hamba-Nya kecuali orang-orang musyrik dan orang-orang yang saling bermusuhan.

Dan juga hadis Nabi Muhammad ;

‎مَنْ أَحْيىَ لَيْلَةَ العِيْدَيْنِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ القُلُوْبُ

Artinya; barang Siapa yang menghidupkan malam hari raya  Idul fitri dan Idul Adha dan juga malam Nisfu Syakban, niscaya tidak akan pernah mati hatinya, padahal banyak hati menjadi mati.

وَقَالَ الإِمَامُ الشَّافِعِيُّ فِي كِتَابِهِ الأُمِّ: وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مَنْ رَجَب، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Artinya;  berkata Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm;  Kami menerima kabar bahwa ia pernah berkata: sesungguhnya doa seorang hamba dikabulkan pada lima malam, yakni: malam Jumat, malam idul adha, malam idul fitri, malam satu Rajab, dan pad malam Nisfu Syakban.”

Demikian khutbah jumat 2021 tentang keutamaan bulan Syakban.

Khutbah Kedua

إنَّ الحَمدَ لله نحمدُهُ ونستعينهُ ونستهديهِ ونشكرُهُ ونعوذُ بالله من شرورِ أنفسِنَا ومن سيئاتِ أعمالنا، مَن يهدِ الله فلا مُضِلَّ لهُ ومن يُضلِل فلا هاديَ له، وأشهدُ أنْ لا إلـهَ إلا الله وحدَهُ لا شريكَ لهُ وأنَّ محمّدًا عبدُهُ ورسولُهُ صَلَواتُ الله وسلامُهُ عليهِ وعلى كلّ رسولٍ أَرْسَلَهُ. أمّا بعدُ عبادَ الله فإنّي أوصيكُمْ ونفسي بِتَقوَى الله العليّ القديرِ واعلَموا أنَّ الله أمرَكُمْ بأمْرٍ عظيمٍ، أمرَكُمْ بالصلاةِ والسلامِ على نبيِهِ الكريمِ فقالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ اللّهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم، وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ، إنّكَ حميدٌ مجيدٌ

اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وََارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

BINCANG SYARIAH

Bermacam Doa dalam Surat Al-Qashas

Doa adalah sebuah ekspresi rasa lemah, hina dan miskin dihadapan Allah Swt.

Sebenarnya manusia memang tidak memiliki apa-apa. Semua urusannya berada ditangan Allah, maka karenanya Rasulullah Saw menjadikan doa sebagai inti ibadah dan senjata bagi orang mukmin.

Di dalam Surat Al-Qashas kita temukan banyak doa yang menemani Nabi Musa as sepanjang perjalanan hidupnya, sebelum beliau menjadi Nabi dan sesudahnya.

Doa-doa ini adalah pegangan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan. Khususnya para aktivis dan pejuang di jalan kebenaran agar memperoleh kekuatan, kesabaran dan keselamatan.

Nah berikut ini adalah doa-doa yang di abadikan di dalam Surat Al-Qashas :

(1).

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. (QS.al-Qashas:16)

Pengakuan dihadapan Allah bahwa diri kita serba kurang dan sering berbuat dzalim kepada diri sendiri.

(2).

قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”. (QS.al-Qashas:21)

Memohon keselamatan dari orang-orang dzalim

(3).

قَالَ عَسَىٰ رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ

ia berdoa : “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”. (QS.al-Qashas:22)

Memohon kekuatan dan petunjuk dalam setiap kondisi kehidupan.

(4).

فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”. (QS.al-Qashas:24)

Adab yang begitu luar biasa, Nabi Musa as tidak membatasi apapun dalam doanya. Karena beliau merasa membutuhkan secara total dengan seluruh kebaikan yang diberikan oleh Allah Swt, apapun bentuknya.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Ketika Kebatilan Tampak Seperti Kebenaran

Tidak ada sesuatu yang lebih sesat dan lebih merugi dari orang yang berada dalam kebatilan namun ia selalu merasa di jalan yang benar. Berada dalam kesesatan namun ia selalu merasa dalam hidayah. Berada dalam kesalahan namun ia selalu merasa sedang berbuat kebaikan.

Dia menggali air dan merasa sedang menggali tanah. Dia melukis di atas pasir dan merasa sedang memahat bebatuan.

Hasilnya? Dia lelah melakukan banyak hal yang sia-sia. Berjuang meraih sesuatu yang tidak nyata. Beramal tanpa pahala. Bahkan dia hanya akan mendapatkan efek negatif dari kesalahan yang ia lakukan, yang nantinya pasti akan kembali pada dirinya sendiri.

Karena ketulusan niat tidak akan berarti bila ditujukan untuk selain kebenaran. Setulus apapun niatmu akan sia-sian bila kau salah dalam menentukan antara kebenaran dan kebatilan.

Allah Swt berfirman tentang mereka yang punya niatan baik namun amalnya buruk :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا- الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS.Al-Kahfi:103-104)

Dari sini kita bisa memahami begitu pentingnya hidayah dan petunjuk bagi manusia. Kita juga akan memahami mengapa kita diwajibkan dalam setiap sholat kita untuk mengulang kalimat :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS.Al-Fatihah:6)

Karena kondisi yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah ketika hatinya berbalik. Dia melihat keburukan amalnya sebagai kebaikan. Dia melihat kebatilan sebagai kebenaran. Dia melihat kesesatan sebagai hidayah. Dan dia melihat kesalahan sebagai sesuatu yang indah.

Oleh karena itu, kita harus selalu memohon kepada Allah agar ditetapkan di jalan kebenaran, mencintai kebaikan dan menbenci keburukan. Dan satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran adalah mengikuti para utusan Allah Swt.

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS.al-Hujurat:7)

Allah Swt menjelaskan bahwa Dia akan memperindah keimanan dalam hati kaum mukminin dan membuat mereka tidak menyukai kekufuran, kemaksiatan dan keburukan. Dan sebaliknya, siapa yang berpaling dari Allah dan lebih menuruti hawa nafsunya, maka setan akan menjadikan amal buruknya terasa indah di matanya, hingga ia merasa sedang melakukan kebaikan disaat ia melakukan keburukan.

أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنًا ۖ

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik.” (QS.Fatir:8)

Maka setan pun mulai menguasainya sehingga ia melihat keburukan sebagai kebaikan, kebatilan sebagai kebenaran dan kesesatan sebagai hidayah.

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (QS.an-Naml:4)

Ketika seorang hamba telah sampai pada kondisi melihat keburukan sebagai kebaikan, maka itulah adzab terbesar dari Allah swt karena ia telah berpaling dan menentang-Nya.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Berikut Doa Bulan Syakban dan Malam Nisfu Syakban

Berikut penjelasan Amalan Doa Bulan Syakban dan Malam Nisfu Syakban.

Syahdan, saat ini kita tengah berada di bulan Syakban. Bulan yang sangat mulia dan penuh berkah. Pada bulan ini Rasulullah mengisinya dengan memperbanyak puasa dan beramal kebajikan. Pasalnya, menurut hadis Nabi Muhammad, pada bulan ini amal manusia diangkat oleh Allah. Untuk itu, seharusnya manusia mengisinya dengan amal kebaikan.

Di bulan Syakban manusia dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Nah, menurut Dar Ifta Mesir berikut doa yang dianjurkan dibaca ketika  bulan Syakban.

Berikut doa bulan Syakban;

اللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالإِنْعَامِ. لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِئينَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيرِينَ، وَأَمَانَ الْخَائِفِينَ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي، وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ: ﴿يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ﴾، إِلَهِي بِالتَّجَلِّي الْأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ، الَّتِي يُفْرَقُ فِيهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ وَيُبْرَمُ، أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Artinya; Ya Tuhan ku yang Maha Pemberi,  dan Engkau Tuhan tak butuh. Wahai Tuhan  yang memiliki memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala kenikmatan. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau Tuhan tempat minta pertolongan, dan tempat berlindung orang orang yang dari ketakutan, dan engkau adalah tempat aman dari rasa takut.

Ya Allah, jika  engkau menuliskan catatan ku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka,  atau orang  sial, atau  yang celaksa, dan orang yang sempit rezeki, maka aku mohon hapuskanlah itu Ya Allah.

Ya Allah hapuslah segera di Luh Mahfuz  dengan kemuliaan mu akan kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezeki ku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan

Ya Allah, jika Engkau berkata, maka pasti perkataan Mu adalah suatu kebenaran sebagaimana kitab yang diturunkan  melalui ucapan Rasul utusanMu (Muhammad), (Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki).

Ya Allah dengan tajalli mu yang mulia di malam Nisfu syakban yang mulia ini, yang semua amal kebajikan diangkat pada bulan ini, bahwa engkau jauhkan dari kamu dari segala bala (musibah) dari yang kami ketahui dan yang tak kami ketahui, dan tak ada yang mengetahuinya kecuali Engkau. Engkaulah yang maha agung dan mulia.

Semoga Allah memberikan salawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah Ta’ala.

Dan juga baca tambahan doa bulan Syakban berikut

اللهم أحيينا حياة السعداء وأمتنا ممات الشهداء ، واحشرنا في زمرة الأنبياء والأصفياء إنك أنت الغفور الرحيم وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين ، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Allohumma ahyina hayata as sua’da wa amitna ma matas asy syuhada, wah syurna fi dzumroti al aulia, wal ashfia , innaka anta al ghofurul rohimi , wa so lallohu a’la alihi wa ashabihi ajma’in. wa akhiru dakwana anil hamdulillahi robbil a’lamin.

Artinya: Ya Allah hidupkanlah aku dalam kebahagiaan dan matikanlah aku dalam keadaan mati oran-orang yang syahid, dan kumpulkanlah daku di akhirat dengan  barisan para nabi dan kekasih Mu. Sesungguhnya engkau pengampun dan pengasih. Dan shalawat atas nabi Muhammad dan sahabat dan keluarganya. Dan demikian pinta ku pada Mu ya Allah, segala puji bagi Mu. Tuhan sekalian alam.

Demikian amalan doa bulan Syakban dan sekaligus doa malam Nisfu Syakban

BINCANG SYARIAH

Sudah Gajian? Jangan Lupa Sisihkan untuk Membayar Zakat Penghasilan

Zakat adalah salah satu bentuk ajaran dalam kehidupan sosial dari agama Islam untuk kemaslahatan umat. Dalam ketentuan fiqih, ada zakat fitrah, zakat mal dan zakat profesi atau zakat penghasilan. Pengertian zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim sebagai santunan kepada orang-orang miskin, tanda berakhirnya bulan Ramadhan sebagai pembersih dari hal-hal yang mengotori puasa. Sedangkan zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang wajib dikeluarkan jika harta telah mencapai lebih dari satu nisab.

Lalu, bagaimana dengan zakat profesi atau zakat penghasilan?

Apabila ada seorang muslim yang telah mempunyai penghasilan bulanan, maka ia wajib membayar zakat penghasilan. Sebab, zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu, sesuai dengan ketentuannya sebagai wujud kepatuhan seorang hamba kepada Allah SWT.

Persoalan zakat penghasilan memang tidak ditemukan penjelasannya dalam ketentuan fiqih klasik. Meskipun tidak ada keterangan dalam ketentuannya dalam fiqh klasik, bukan berarti bahwa gaji tidak wajib dizakati. Ada beberapa ulama seperti Syekh Muhammad al-Ghazali, Dr. Yusuf al-Qaradlawi yang telah melakukan upaya untuk memecahkan persoalan ini dengan mencari rujukan dalam fiqh klasik.

Sebagai misal, ijtihad yang dilakukan Syaikh Muhammad al-Ghazali bahwa orang yang bekerja dengan penghasilan yang melebihi petani wajib mengeluarkan zakat penghasilannya. Hal ini berarti, zakatnya gaji diqiyaskan dengan zakatnya pertanian.

Berikut penjelasannya:

إن مَنْ دَخْلُهُ لَا يَقِلُّ عَنْ دَخْلِ الْفَلَّاحِ الَّذِي تَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ يَجِبُ أَنْ يُخْرِجَ زَكَاةً؛ فَالطَّبِيْبُ، وَالْمَحَامِي، وَالْمُهَنْدِسُ، وَالصَّانِعُ، وَطَوَائِفُ الْمُحْتَرِفِيْنَ وَالْمُوَظَّفِيْنَ وَأَشْبَاهُهُمْ تَجِبُ عَلَيْهِمُ الزَّكَاةُ، وَلَابُدَّ أَنْ تُخْرَجَ مِنْ دَخْلِهِمْ الكَبِيْرِ –محمد الغزالي، الإسلام وأوضاعنا الإقتصادية، مصر-دار النهضة، الطبعة الأولى، ج، 1، ص. 118 

“Sesungguhnya orang yang pemasukkannya tidak kurang dari petani yang diwajibkan zakat, maka ia wajib mengeluarkan zakat. Karenanya, dokter, pengacara, insinyur, pengrajin, para pekerja professional, karyawan, dan sejenisnya, wajib zakat atas mereka. Dan zakatnya harus dikeluarkan dari pendapatan mereka yang besar”. (Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa Audla’una al-Iqtishadiyyah)

Apabila pendapatan bersih seorang pekerja selama setahun seperti dokter atau karyawan sebuah perusahaan atau pegawai pemerintahan mencapai nishab yang telah ditentukan, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya ketika menerima pendapatan tersebut. Sebagai misal, jika seseorang selama setahun memperoleh pendapatan bersih sekitar 48 juta, dengan asumsi ia menerima pendapatan bersih setiap bulan 4 juta. Ia wajib mengeluarkan zakat setiap bulannya 2,5 % dari 4 juta tersebut, yaitu sebesar 100 ribu. Apabila dijumlahkan, maka selama setahun ia mengeluarkan zakat sebesar 1,2 juta.

Zakat penghasilan ini bisa langsung diberikan kepada golongan yang berhak menerima zakat sesuai dengan firman Allah SWT:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ–التوبة: 60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah [9]: 60)  

Sudah seyogyanya kita sebagai seorang muslim yang ta’at kepada Allah SWT untuk menyisihkan rezeki untuk orang-orang yang membutuhkan. Bukankah Allah SWT sudah berjanji akan menambah rezeki kita apabila kita membagikannya kepada orang yang membutuhkan? Seharusnya, jangan ada lagi keraguan bagi kita untuk mengeluarkan zakat penghasilan terutama bagi kita seorang muslim yang penghasilannya memenuhi ketentuan untuk mengeluarkan zakat.

PECIHITAM

Adakah Doa Khusus Saat Malam Nisfu Sya’ban?

Sebagian umat Islam membaca Yaasin di malam nisfu Sya’ban.

Pada pertengahan bulan Sya’ban, sebagian umat Islam memperingati malam nisfu Sya’ban. Pada malam itu, mereka membaca Yaasin menjelang bulan suci Ramadhan.

Selain membaca Yaasin, adakah doa khusus yang diucapkan ketika malam nisfu Sya’ban? Pendiri Rumah Fiqih Indonesia Ustadz Ahmad Sarwat mengatakan dalam situs resminya, anjuran berkumpul di malam nisfu Sya’ban memang ada.

Akan tetapi dari haditsnya, para ulama umumnya menilai hadits tentang hal tersebut dhaif. Adapun haditsnya yaitu:

Dari Ali bin Abi Thalib secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila datang malam nisfu Sya’ban, maka bangunlah pada malamnya dan berpuasalah siangnya. Sesungguhnya Allah turun pada malam itu sejak terbenamnya matahari ke langit dunia dan berkata, “Adakah orang yang minta ampun, Aku akan mengampuninya. Adakah yang minta rizki, Aku akan memberinya rizki. Adakah orang sakit, maka Aku akan menyembuhkannya sampai terbit fajar,” (HR Ibnu Majah dengan sanad yang dhaif).

Sementara itu, ritual yang dilakukan oleh umat Islam selama ini seperti berkumpul untuk berdzikir dan berdoa khusus pada malam nisfu Sya’ban di masjid-masjid belum ditemui saat zaman Rasulullah maupun zaman sahabatnya. Ritual ini baru ditemukan pada zaman Tabi’in, yakni zaman satu lapis generasi setelah generasi para sahabat.

Shaikh al-Qasthalani menjelaskan dalam kitabnya Al-Mawahib Alladunniyah jilid 2 halaman 59, para tabiin di negeri Syam seperti Khalid bin Mi’dan dan Makhlul telah berjuhud atau mengkhususkan ibadah pada malam nisfu Sya’ban. Oleh karena itu, orang-orang mencontoh mereka.

Dikutip situs NU Online, Rabu (24/3), pada malam nisfu Sya’ban umat Islam membaca surat Yaasin sebanyak tiga kali di sela doa. Sayyid Utsman bin Yahya menyebutkan doa yang dibaca saat malam nisfu Sya’ban yang tercantum dalam Kitab Maslakul Akyar karya Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya.

اللَهُمَّ يَا ذَا المَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ.

اللَهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِي، وَاكْتُبْنِي عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الحَقُّ فِي كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

Allahumma ya dzal manni wa la yumannu ‘alaik, ya dzal jalali wal ikram, ya dzat thawli wal in‘am, la ilaha illa anta zhahral lajin wa jaral mustajirin wa ma’manal kha’ifin. Allahumma in kunta katabtani ‘indaka fi ummil kitabi syaqiyyan aw mahruman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullahumma fi ummil kitabi syaqawati wa hirmani waqtitara rizqi, waktubni ‘indaka sa‘idan marzuqan muwaffaqan lil khairat. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fi kitabikal munzal ‘ala lisani nabiyyikal mursal, “yamhullahu ma yasya’u wa yutsbitu, wa ‘indahu ummul kitab” wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammad wa ala alihi wa shahbihi wa sallama, walhamdu lillahi rabbil ‘alamin.

“Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.” 

https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-1211-hadits-tentang-nisfu-syaban-dan-dalil-dalilnya.html

https://islam.nu.or.id/post/read/89717/doa-malam-nisfu-syaban

KHAZANAH REPUBLIKA

Menelisik Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban

Tahun ini, malam nisfu Sya’ban jatuh pada Ahad (28/3).

Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang memiliki keistimewaan di antara bulan-bulan lain. Terlebih, menjelang bulan suci Ramadhan, biasanya umat Muslim di beberapa negara merayakan malam nisfu sya’ban yang terjadi pada pertengahan Sya’ban.

Biasanya, nisfu sya’ban jatuh pada tanggal ke-15 sebelum bulan suci Ramadhan. Tahun ini, malam nisfu Sya’ban jatuh pada Ahad (28/3).

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan dalam situs resminya, bulan Sya’ban mempunyai kekhususan sendiri yang didapat berdasarkan hadits-hadits shahih. Di antaranya, pada bulan ini amal shaleh setiap hamba akan diangkat ke langit.

Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’I, dan Ibnu Huzaimah).

Selain itu, bulan Sya’ban seolah menjadi awal mula untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Jadi, kita perlu menyiapkan bekal ibadah untuk menyambut bulan Ramadhan.

Dalam hal ini, Rasulullah mencontohkan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah. Aisyah berkata, “Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban,” (HR Muslim).

Terkait dengan keutamaan malam pertengahan Sya’ban atau nisfu Sya’ban, para ulama berbeda pendapat tentang kekuatan derajat periwayatannya dari dalilnya. Sebagian kalangan menggunakan hadits dhaif dengan alasan jika hadits tersebut tidak terlalu parah kelemahannya boleh digunakan untuk landasan ibadah yang bersifat keutamaan. Sementara yang lain, bersikap agak ketat dalam menyeleksi hadits-hadits yang dianggap dhaif.

Di antara hadits-hadits yang dianggap dhaif misalnya. “Sesungguhnya Allah SWT bertajalli (menampakkan diri) pada malam nisfu Sya’ban kepada hamba-hamba-Nya serta mengabulkan doa mereka, kecuali sebagian ahli maksiat.”

Riwayat hadits tersebut tidak mencapai derajat shahih. Beberapa kalangan ulama memberi derajay hasan dan yang lainnya tegas memberi derajat dhaif. Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam nisfu Sya’ban. Begitu pula Ibnu Katsir telah mendhaifkan hadits yang menjelaskan tentang malam nisfu Sya’ban, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu sampai bulan Sya’ban tahun depan.

Sedangkan amaliyah yang dilakukan secara khusus pada malam nisfu Sya’ban, seperti yang kerap kali umat Islam lakukan, yaitu rangkaian ritual, tidak ada satu petunjuk pun yang memiliki dasar yang kuat. Seperti yang diketahui, sebagian umat Islam mengkhususkan malam itu dengan membaca surat Yasin atau melakukan sholat sunnah dua rakaat. Praktik tersebut dilakukan juga selain di Indonesia, contohnya Mesir dan Yaman. 

https://www.rumahfiqih.com/konsultasi-573-amalan-nisfu-syaban.html

KHAZANAH REPUBLIKA