Seri Dua Contoh Yang Berbeda dalam Al-Qur’an (Bag 2)

2. Kisah putra Nabi Nuh as dan Nabi Ibrahim as.

Kisah putra Nabi Nuh as dan putra Nabi Ibrahim as di abadikan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an. Di satu sisi ada putra yang sangat berbakti dan di sisi lain ada putra yang sangat durhaka.

Kisah putra Nabi Ibrahim as yaitu Ismail terekam dalam Surat As-Shofat dari ayat 100-107.

Terdapat banyak perbedaan yang mencolok antara putra Nuh dengan
putra Ibrahim (Ismail), antara lain :

Ismail memiliki beberapa sifat, yaitu :

1. Sholeh.

Nabi Ibrahim as jauh sebelumnya telah memohon kepada Allah Swt agar di anugerahi keturunan yang Sholeh.

رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.” (QS.Ash-Shaffat:100)

2. Putra yang sangat penyabar.

Ismail adalah putra yang sangat penyabar. Karena kesabaran adalah gandengan dari keshalehan.

فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ

“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” (QS.Ash-Shaffat:101)

3. Sangat patuh terhadap perintah Allah dan perintah ayahnya.

Ismail merespon perintah Allah yang bersumber dari mimpi ayahnya dengan sangat siap da lapang dada tanpa mempertanyakan atau menolak atau berdebat terlebih dahulu dengan ayahnya.

قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ

“(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”

4. Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhannya.

Spontan Ismail menjawab :

قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS.Ash-Shaffat:102)

Ismail dalam ayat ini masih menggunakan kata Insya Allah karena ia yakin bahwa kesabaran ini adalah pemberian Allah Swt yang luar biasa. Seorang takkan mungkin mampu bersabar tanpa bantuan dan pemberian Allah berupa ketenangan dalam hatinya.

5. Dia sangat beriman kepada Tuhannya dan sangat berbakti kepada ayahnya.

Dalam kisah ini kita tidak pernah mendengar ada keluh kesah dari sisi ayah ataupun anak. Semuanya hidup dalam penuh kesadaran dan kepasrahan kepada ketentuan Allah Swt.

Sementara Kan’an, putra Nabi Nuh as memiliki beberapa sifat berikut ini, seperti yang disebutkan dalam Surat Hud.

1. Panggilan Nabi Nuh as kepada putranya menunjukkan bahwa Kan’an tinggal di sebuah termpat yang jauh, tidak seperti pengikut Nuh yang selalu menyertai beliau.

وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبۡنَهُۥ وَكَانَ فِي مَعۡزِلٖ يَٰبُنَيَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” (QS.Hud:42)

2. Kan’an lebih memilih bergabung bersama orang-orang kafir dengan segala kesombonvan dan kecongkaannya saat menolak ajakan ayahnya.

يَٰبُنَيَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

“Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” (QS.Hud:42)

Tapi Nabi Nuh terus berusaha menyadarkan putranya.

قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلۡيَوۡمَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَۚ

(Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” (QS.Hud:43)

Dan kedurhakaan inilah yang membuatnya tenggelam.

وَحَالَ بَيۡنَهُمَا ٱلۡمَوۡجُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُغۡرَقِينَ

“Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (QS.Hud:43)

Dan pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah :

Perbuatan Kan’an tidaklah benar.Tentu ia tidak beriman bukan karena satu sebab saja. Walaupun ada hubungan yang sangat dekat dengan Nabi saw.

Mari kita bandingkan antara dua putra Nabi ini :

1. Ismail adalah contoh sempurna bagi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia rela mengorbankan dirinya demi meraih kerelaan Allah Swt.

Sementara Kan’an, sama-sama hidup di lingkungan kenabian namun ia menolak mentah-mentah ajakan dari ayahnya. Padahal itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.

Ismail di ajak oleh ayahnya kepada kematian dan ia tidak menolak karena baktinya sementara Kan’an di ajak kepada kehidupan dan ia tetap menentang ayahnya. Itulah fenomena bakti dan durhaka yang di abadikan dalam Al-Qur’an.

2. Ismail adalah seorang yang meyakini yang Ghaib. Ia meyakini bahwa mimpi dari ayahnya adalah kebenaran dan perintah dari Allah Swt.

Sementara Kan’an menolak jalan keselamatan yang ada di depan matanya. Sungguh perbedaan yang sangat menyimpang. Karena ia tidak meyakini hari pembalasan.

3. Balasan bagi Ismail yang menjalankan perintah Allah adalah keselamatan dan digantikannya ia dengan kambing.

Sementara balasan bagi Kan’an adalah kesengsaraan hidup yang abadi. Karena ia telah menentang Sang Pencipta Alam ini.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Doakan Keburukan untuk Orang lain, Diijabah?

BAGAIMANA seharusnya kita bersikap ketika ada saudara kita mendoakan keburukan secara terang-terangan di hadapan kita? Bukankah doa itu akan tercatat? Lalu bagaimana dengan seseorang yang mendoakan keburukan untuk orang lain, apakah akan diijabah?

Pertama, tidak semua doa buruk yang diucapkan manusia, akan dikabulkan Allah.

Allah berfirman,

“Manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa,” (QS. al-Isra: 11).

Ayat ini semisal dengan firman Allah di ayat lain,

“Kalau sekiranya Allah menyegerakan doa keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka…” (QS. Yunus: 11).

Para ahli tafisr, diantaranya Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan yang lainnya mengatakan,

Bahwa ini doa buruk seseorang untuk dirinya, atau anaknya, ketika dia marah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukai ketika doa itu dikabulkan. Andai Allah mengabulkan doa keburukan itu, akan banyak diantara mereka yang binasa. Namun dengan karunia-Nya, Allah tidak mengabulkan doa ini.

Kedua, ada doa buruk yang diperingatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita waspadai, yaitu doa buruk dari orang yang mendzalimi diri kita.

Dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Takutlah kalian terhadap doa orang yang didzalimi, karena tidak ada hijab antara dia dengan Allah,” (HR. Bukhari 1496 & Muslim 130).

Orang yang didzalimi, diizinkan oleh syariat untuk mendoakan keburukan bagi orang yang mendzaliminya.

Allah befirman,

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. an-Nisa: 148).

Kata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, maksud dari ayat di atas adalah doa buruk dari orang yang didzalimi kepada orang yang mendzalimi. (Tafsir Ibn Katsir, 2/442)

Ketiga, mendoakan keburukan kepada orang lain, padahal orang yang didoakan tidak bersalah, termasuk tindakan kedzaliman. Karena hukum asal mendoakan keburukan kepada orang lain, mencela, menghina, adalah dilarang oleh Allah. Doa buruk dibolehkan ketika ada sebab, yaitu didzalimi orang lain.

Allah befirman,

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. an-Nisa: 148).

Oleh karena itu, jika Anda didoakan keburukan oleh orang lain, sementara kita tidak bersalah, Anda tidak mendzaliminya, gantungkan tawakkal kepada Allah. Selanjutnya lupakan, dan hiduplah dengan normal. Agar pikiran kita tidak terlalu terganggu dengan doa ini.

Anda juga bisa memohon kepada Allah kebalikannya. Misalnya, Anda didoakan semoga tidak bahagia, maka Anda segera berdoa, Ya Allah berikanlah aku kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga doa baik Anda lebih mustajab karena anda didzalimi. Allahu a’lam. []

Sumber: Konsultasi Syariah

ISLAMPOS






Keutamaan dan Keberkahan Waktu Pagi

Kebiasaan Salafus Shalih di Pagi Hari

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Waa’il radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Kami mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud di pagi hari setelah shalat subuh. Kami mengucapkan salam di depan pintu, kemudian kami diizinkan untuk masuk. Kami pun menunggu sejenak. Kemudian keluarlah seorang budak perempuan dan berkata, “Mengapa kalian tidak masuk ?“ Kemudian kami masuk ke dalam rumah sementara ‘Abdullah bin Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir. Beliau berkata kepada kami, “Apa yang menghalangi kalian untuk segera masuk padahal sudah aku beri izin ?“ Kami menjawab, “Kami mengira sebagian anggota keluargamu sedang tidur.” Beliau berkata, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku adalah orang yang lalai?“

Kemudian beliau pun terus melanjutkan berdzikir hingga kira-kira matahari telah terbit. Beliau memerintahkan kepada budaknya, “Lihatlah apakah matahari sudah terbit?“ Budaknya pun melihat keluar. Apabila ternyata belum terbit, maka beliau melanjutkan berdzikir. Apabila beliau menyangka matahari telah terbit, beliau pun memerintahkan kembali kepada budaknya, “Lihatlah apakah matahari sudah terbit?” Budaknya pun kembali melihat keluar. Apabila matahari sudah terbit, maka beliau mengucapkan,

الحمد لله الذي أقالنا يومنا هذا، ولم يُهلكنا بذنوبنا

Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami pada pagi hari ini dan tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami. ” (HR. Muslim no. 822)

Kisah di atas menjadi renungan tentang berharganya waktu -terutama waktu subuh- bagi para salafus shalih, khususnya para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka pun bersemangat untuk mengisinya dengan kebaikan karena mengetahui tentang keutamaan yang ada di dalamnya.

Waktu kunjungan Abu Waail ke kediaman ‘Abdullah Ibnu Mas’ud adalah waktu yang berharga dan penuh berkah. Ini adalah waktu untuk berdzikir kepada Allah dan waktu untuk bersungguh-sungguh serta bersemangat berbuat kebaikan. Sayangnya, kebanyakan manusia mengabaikan dan meremehkannya dan tidak mengetahui keagungan yang ada di dalamnya sehingga akhirnya menyepelekannya, baik dengan tidur, bermalas-malasan, kegiatan sia-sia, atau kesibukan lain yang tidak penting.

Keberkahan Waktu Pagi

Bagi orang yang menjaga dzikir di waktu pagi akan menjadikan dirinya memiliki kekuatan dalam sepanjang harinya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

خضرت شيخ الإسلام ابن تيميه مرةً صلى الفجر، ثم جلس يذكر الله تعالى إلى قريب من انتصاف النهار، ثم التفت إليّ وقال: هذه غدوتي ، ولو لَم أتغذَّ هذا الغِذاء سقطت قوتي، أو كلاماً قريباً من هذا

“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah shalat subuh. Kemudian setelahnya beliau berdzikir kepada Allah hingga pertengahan siang. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata, “Ini adalah aktifitas sarapanku di pagi hari. Jika aku tidak sarapan dengan makanan ini (dzikir), maka kekuatanku akan hilang – atau ucapan yang semisal ini- ” (Al Waabilus Shayyib)

Dijelaskan dalam hadits bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berdoa kepada Alah agar memberi keberkahan di waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللهم بارك لأمتي في بكورها

Ya Allah, berilah keberkahan bagi umatku di pagi harinya.

Di antara kebiasan Nabi adalah ketika mengutus pasukan, maka beliau mengutusnya di pagi hari. Sahabat Shakr radhiyallahu ‘anhu adalah seorang pedagang. Beliau biasa mengirim dagangannya sejak pagi hari sehingga dia menjadi kaya dan banyak harta. (HR. Abu Daud)

Dibenci Tidur di Pagi Hari

Memperhatikan pentingnya waktu ini dan agungnya keberkahan di dalamnya serta banyaknya kebaikan yang ada, maka para salafus shalih terdahulu membenci tidur dan menyia-nyiakan waktu pagi dengan bermalas-malasan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Termasuk perbuatan yang dibenci para salafus shalih adalah tidur antara subuh dan terbitnya matahari karena itu adalah waktu yang sangat berharga. Siapa yang melewati waktu tersebut akan mendapat keuntungan yang besar.  Sampai-sampai apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rezeki, waktunya pembagian, dan waktu datangnya keberkahan. Dari situlah bermulanya perjalanan hari dan semua hukum yang terjadi. Semestinya tidur di waktu itu akan menjadi tidur yang gelisah dan tidak nyenyak.”

Di antara atsar dari salaf mengenai pentingnya waktu pagi adalah yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ketika beliau melihat anaknya tidur di waktu pagi. Beliau menegur dengan mengucapkan :

قُم، أتنام في الساعة التي تقسَّم فيه الأرزاق

Bangun! Apakah Engkau tidur pada waktu di mana rezeki sedang dibagikan?

Demkianlah beberapa penjelasan mengenai keutamaan pagi hari setelah subuh dan keberkahannya serta semangat para salafus shalih untuk beramal di waktu tersebut. Semoga bermanfaat.

Penulis: Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Sumber bacaan  : https://www.al-badr.net/ebook/112

Hukum Menjual Jilbab Gaul dan Tidak Syar’i

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hukum menjual jilbab gaul dan tidak syar’i.
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga ustadz selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ustadz, saat ini saya buka toko pakaian Syar’i di Mall di Jakarta Timur, Niat awal khusus jual pakaian Syar’i yang sesuai sunnah tapi melihat situasi sekarang ini yang laku pasmina dan jilbab segi 4 yang ukuran standart, akhirnya sekarang saya campur dengan yang tidak sunnah, bagaimanakah hukum jualan saya ini ustazd?
Jazakallahu khairan

(Disampaikan oleh Fulanah, Member grup WA BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Alhamdulillāh wa shalātu wa salāmu ‘alā rasūlillāh.

Yang dilihat dari pakaian syar’i seorang wanita adalah apakah menutup dan tidak menampakkan perhiasan yang dia kenakan ataupun lekuk tubuhnya.

Jika jilbab tersebut tidak memenuhi tugasnya sebagai jilbab yang menutup perhiasan, dada, dan lekuk tubuh seorang wanita, dan kemungkinan besar para wanita membelinya untuk pakaian keluar rumah. Maka jangan menjual barang tersebut, karena termasuk ke dalam tolong menolong dalam kemaksiatan. Allah berfirman:

وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ

“Janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan”
(QS. Al – Maidah: 2).BACA JUGA

Wallahu a’lam

BIMBINGAN ISLAM

Dapatkan produk-produk rumah tangga yang bisa Anda jual kembali sebagai Reseler, Kunjungi Toko Albani (Open Reseler)


Beli Barang Lelang dari Pegadaian, Apa Boleh?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang bolehkah membeli barang lelang dari pegadaian?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga ustadz selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pertanyaan saya, bolehkah membeli barang dari lelang di pengadaian, seperti logam mulia, perhiasan dan barang elektronik?
Jazaakallahu khayran

(Disampaikan oleh Fulan, Member grup WA BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Alhamdulillāh wa shalātu wa salāmu ‘alā rasūlillāh.

Pada asalnya barang gadai diadakan sebagai jaminan, tatkala debitur (orang yang berhutang) tidak bisa membayar, maka barang tersebut dijual untuk menutupi hutangnya. Al-khatib Asy-syirbini berkata:

جَعْلُ عَيْنِ مالٍ وثِيقَةً بِدَيْنٍ يُسْتَوْفى مِنها عِنْدَ تَعَذُّرِ وفائِهِ

“Rahn (gadai) adalah menjadikan sebuah harta sebagai jaminan hutang, yang akan digunakan untuk menutup hutang tatkala hutang tersebut tidak bisa dilunasi”
(Mughnil muhtaj : 3/38).

Namun, persoalan yang ada di negeri kita adalah tatkala pegadaian menetapkan suku bunga untuk setiap pinjaman. Sehingga bisa jadi orang yang berhutang sebenarnya sudah melunasi pokok hutangnya jika bunga (riba) tidak ada, dan hutangnya dianggap tidak lunas oleh pegadaian, karena belum bisa menutupi pokok dan ribanya.BACA JUGA

Lalu, apakah halal barang yang dijual pegadaian untuk dibeli?

jika barang gadai tersebut memang dijual murni untuk menutupi pokok hutang, karena debitur tidak bisa membayar, maka halal untuk dibeli.
namun jika dijual untuk membayar riba pinjaman, maka tidak boleh dibeli, karena syariat mengharamkan adanya riba, dan tidak ada kewajiban debitur untuk membayarnya, yang hakikatnya pegadaian merampas harta tersebut, dan harta rampasan haram untuk dibeli.

Wallahu a’lam.

Dijawab oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Senin, 01 Rabiul Akhir 1442 H / 16 November 2020 M

BIMBINGAN ISLAM

Buku Karya Mualaf yang Membuat Zionis ‘Kebakaran Jenggot’

Mualaf Roger Garaudy menulis buku yang membuat zionis kebakaran jenggot

Roger Garaudy merupakan seorang pakar dari Prancis yang mendedikasikan hidupnya untuk Islam, setelah mengikrarkan syahadat pada 1982. 

Karya-karnya menginspirasi bahkan terdapat bukunya yang membuat Zionis berang Zionis, yaitu “The Founding Myths of Israel Policy” (edisi Inggris 1997) bahwa banyak wilayah-wilayah Israel yang steril dari bangsa Arab, yaitu wilayah seperti kota-kota Carmiel, Nazareth, Illith, Hatzor, Arad, Mitzpehn-Ramen dan lain-lainnya. 

Hal ini bukan karena bangsa Arab takut untuk berdomisili di sana, namun karena memang undang-undang tidak membolehkan mereka (hal.95). Dengan diskriminasi telanjang Israel seperti ini wajar bila Koran Davar (8/10/1991) mengatakan bahwa 46 persen keluarga Arab di Israel hidup di bawah garis kemiskinan dan dengan perbandingan hanya 8 persen keluarga Yahudi mengalami hal serupa.

Hal ini, menurut harian Yahudi itu, bukan terjadi secara alami, namun karena ulah politik dan kebijaksanaan Zionis dalam menghancurkan fondasi material dan ekonomi Arab di Palestina. Bahkan ini merupakan bagian dari upaya melenyapkan eksistensi mereka secara keseluruhan.

Dasar rasisme Zionis Mencermati fenomena rasisme di tubuh entitas Israel, tidaklah terlalu aneh, bila hal itu kita rujukan pada hal-hal yang mendasarinya. Apalagi negara ini memang berdiri di atas fondasi mitos “Suatu negeri tanah tanpa warga untuk warga tanpa negeri.”

Mitos ini tidak berada di dunia peripheral, namun itu berdasarkan pada postulasi yang ditulis di dalam kitab Genesis mereka (15:18-21) yang mengatakan “Tuhan telah bersekutu dengan Abraham dalam kalimatnya.

Hal ini teruntuk keturunanmu bahwa Aku berikan negeri ini, dari sungai Mesir (Nil) hingga ke sungai besar, sungai Eufrat.” (R Garaudy hal. 91) Hal ini berarti bahwa satu juta lebih bangsa Palestina, Kristen dan Yahudi yang sama-sama hidup bersama sebelum terjadi eksodus kaum Zionis ke bumi Palestina dianggap tidak ada.

Menurut hemat Omer bin Abdullah, ini berarti bahwa Zionis hanya mengakui bangsa Yahudi yang dikualifikasi sebagai human, sementara non-Yahudi tidak. Kalau tidak demikian mengapa Palestina disebut dengan “a land without people”? Hal ini dipertegas lagi oleh Perdana Menteri Zionis pertama Israel, Mrs Golda Meir, dalam statemennya di The Sunday Times (June 15, 1969) bawha “Tidak ada bangsa yang disebut warga Palestina… Ini bukan berarti kedatangan kami yang telah mengusir mereka. Tapi memang mereka tidak ada.”

(Roger Garaudy, p. 91) Pasal 4 b undang-undang dasar negara Israel mendefinisikan bahwa “Seseorang dianggap sebagai Yahudi bila ia lahir dari seorang ibu Yahudi, atau telah murtad.” Yang paling ditakuti dan dimusuhi oleh para pimpinan Zionis adalah asimilasi. (R Garaudy, hal 25 dan 36). Hal ini dianggap sebagai kesuksesan Theodore Herzl, sang god-father Zionis yang telah berhasil mengubah definisi Yahudi dari status agama menjadi suatu trademark ras unggulan.

Dengan demikian, kendati perjalanan PBB dan yang paling mutakhir dengan konferensinya di Durban gagal untuk mengutuk rasisme Israel, namun kita layak untuk bertanya, salahkah bila kita berkesimpulan bahwa Zionism is a form of racism and racial discrimination? Hanya Tuhan yang lebih tahu.

*Naskah bagian dari artikel opini Ahmad Dumyathi Bashori yang tayang di Harian Republika pada 2001  

KHAZANAH REPUBLIKA

Dibuat Pingsan Sebelum Menyembelih, Halalkah Dagingnya?

Jika ada hewan yang disembelih dengan metode stunning, dimana hewan dikejutkan sebelum disembelih, tapi tidak sampai mati. Kemudian baru disembelih. Apakah dagingnya halal?

Jawab:

Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Metode penyembelihan semacam ini, termasuk kasus kontemporer, sehingga jawabannya tidak kita jumpai dalam kitab-kitab fikih klasik. Alhamdulillah, kami mendapatkan keterangan yang disampaikan dalam fatwa Syabakah Islamiyah yang mengacu kepada keputusan Majma’ al-Fiqh al-Islami di bawah.

Berikut isi fatwa,

فإن كان التخدير أو الصعق المذكور لا يقضي على حياة الذبيحة حتى تتم ذكاتها بطريقة شرعية، فإنه يعتبر حلالا ولا حرج فيه إن شاء الله تعالى، فقد جاء في قرار المجمع الفقهي

Jika efek kejut seperti yang disebutkan tidak menyebabkan kematian hewan yang akan disembelih, sehingga nanti bisa disembelih secara syar’i, maka status sembelihannya halal, tidak ada masalah in syaa Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam keputusan al-Majma’ al-Fiqhi al-Islami (di bawah Rabithah Alam Islami),

لا يحرم ما ذكي من الحيوانات بعد تدويخه باستعمال مزيج ثاني أكسيد الكربون مع الهواء أو الأكسجين، أو باستعمال المسدس ذي الرأس الكروي بصورة لا تؤدي إلى موته قبل تذكيته

Hewan yang disembelih setelah dipingsankan baik dengan menggunakan gas campuran CO2 dengan oksigen atau menggunakan pistol kejut yang tidak sampai menyebabkan kematian sebelum disembelih, statusnya tidak haram. (Keputusan Majma’ no. keputusan: 10/3/95)

وأما إن كانت تلك العملية تؤدي إلى الموت قبل الذكاة الشرعية، فإنها تعتبر ميتة ولا يجوز أكلها،
ثم إن هذه الصورة المذكورة ليست هي الصورة الأصلية التي توافق الهدي النبوي في الذكاة، والأولى تركها لمن استطاع واستعمال الذكاة بصورة طبيعية بحيث تضجع الذبيحة برفق وتذبح مباشرة كما أوصى النبي صلى الله عليه وسلم بقوله: وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة وليحد أحدكم شفرته وليرح ذبيحته. رواه مسلم

Namun jika metode stunning bisa menyebabkan hewannya mati sebelum disembelih, maka hewan ini seperti bangkai, tidak boleh dimakan.

Kemudian, sebenarnya metode semacam ini, bukanlah metode yang sesuai dengan penyembelihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebaiknya tidak dilakukan dan gunakan metode penyembelihan normal, di mana hewan direbahkan pelan-pelan, lalu disembelih. Sebagaimana pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Apabila kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya dia tajamkan pisaunya dan buat sembelihannya cepat mati.” (HR. Muslim 5167).

Sumber: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/55507/

Demikian.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

KONSULTASI SYARIAH

Ayat-ayat Penyemangat Hidup Bikin Hati Tentram

TASAWUF SASTRA FIQIHMOZAIKSelasa 17 November 2020

waspada virus corona, kenali dan pahami pencegahannya - inilah.com
  1. Home
  2.  Mozaik
  3.  Tasawuf

Ayat-ayat Penyemangat Hidup Bikin Hati Tentram

INOleh inilahcomSenin 16 November 2020 DENGAN banyaknya masalah dalam kehidupan, hati manusia kerap gundah. Terkadang pula hidup yang dijalani monoton dan tidak ada perubahan berarti, sehingga hidup terasa bosan.


Hati memang tercipta untuk selalu berubah-ubah, tidak bisa menetap dalam satu kondisi. Ketidakstabilan jiwa bisa jadi karena sebuah ujian, bisa pula karena dosa yang kita lakukan. Namun terkadang pula agar kita menggapai tingkatan lebih dari apa yang sudah diraih.

Allah Swt berfirman bahwa hati tenang karena mengingatNya; “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS: Al Ra`d:28).

Namun jika merujuk dalam ayat-ayat lainnya, Alquran banyak mengungkap kiat-kiat agar manusia hatinya tenang dan tentram. Ilmu pengetahuan merupakan pokok utama sumber ketenangan dan ketentraman itu. Simak ayat-ayat berikut:

1. Orang yang sadar bahwa semua perbuatannya meski sebutir atom akan dipehitungkan. Manusia yang meyakini hal ini akan membuat hidupnya semangat dan memberi arti dalam setiap langkahnya.

” Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

2. Orang yang mengetahui bahwa ia diciptakan atas dasar rahmat dan kasih sayang Allah. Jika kesadaran ini timbul maka hidupnya akan penuh harap akan kasih sayangNya dan jauh dari rasa putus asa.

3. Orang yang mengetahui bawa Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan tidak menciptakan satu mahluk pun dengan sia-sia, pandangan hidupnya akan senantiasa positif.

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka” (QS. Hud: 119)

4. Orang yang mengetahui bahwa Allah senantiasa mengawasi perbuatan orang-orang zalim. Artinya Allah yang Maha Tahu mengawasi perbuatannya sehinga tidak akan berlaku aniaya pada sesama yang menimbulkan ketidaktenangan dalam hidupnya.

MOZAIKSelasa 17 November 2020

waspada virus corona, kenali dan pahami pencegahannya - inilah.com
  1. Home
  2.  Mozaik
  3.  Tasawuf

Ayat-ayat Penyemangat Hidup Bikin Hati Tentram

INOleh inilahcomSenin 16 November 2020 DENGAN banyaknya masalah dalam kehidupan, hati manusia kerap gundah. Terkadang pula hidup yang dijalani monoton dan tidak ada perubahan berarti, sehingga hidup terasa bosan.


Hati memang tercipta untuk selalu berubah-ubah, tidak bisa menetap dalam satu kondisi. Ketidakstabilan jiwa bisa jadi karena sebuah ujian, bisa pula karena dosa yang kita lakukan. Namun terkadang pula agar kita menggapai tingkatan lebih dari apa yang sudah diraih.

Allah Swt berfirman bahwa hati tenang karena mengingatNya; “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS: Al Ra`d:28).

Namun jika merujuk dalam ayat-ayat lainnya, Alquran banyak mengungkap kiat-kiat agar manusia hatinya tenang dan tentram. Ilmu pengetahuan merupakan pokok utama sumber ketenangan dan ketentraman itu. Simak ayat-ayat berikut:

1. Orang yang sadar bahwa semua perbuatannya meski sebutir atom akan dipehitungkan. Manusia yang meyakini hal ini akan membuat hidupnya semangat dan memberi arti dalam setiap langkahnya.

” Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

2. Orang yang mengetahui bahwa ia diciptakan atas dasar rahmat dan kasih sayang Allah. Jika kesadaran ini timbul maka hidupnya akan penuh harap akan kasih sayangNya dan jauh dari rasa putus asa.

3. Orang yang mengetahui bawa Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan tidak menciptakan satu mahluk pun dengan sia-sia, pandangan hidupnya akan senantiasa positif.

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka” (QS. Hud: 119)

4. Orang yang mengetahui bahwa Allah senantiasa mengawasi perbuatan orang-orang zalim. Artinya Allah yang Maha Tahu mengawasi perbuatannya sehinga tidak akan berlaku aniaya pada sesama yang menimbulkan ketidaktenangan dalam hidupnya.Baca jugaHidup Sederhana Teladani Rasulullah


Lukman Al-Hakim dan Firaun


Menjadi Kekasih Allah, Tak Pernah Sedih-Bingung

“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al Fajr: 14)

5. Orang yang mengetahui bahwa jalannya terang dan masa depannya akan lebih baik dari masa lalunya, maka hidupnya penuh semangat dan hari-hari yang dijalaninya pun akan tenang.

“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al Fajr: 17)

6. Orang yang mengetahui bahwa perbuatan baiknya akan dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat bahkan tidak terbatas, sementara perbuatan buruknya hanya dihitung satu. Orang yang meyakini hal ini hidupnya akan penuh semangat dan selalu gembira.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)

7. Orang yang mengetahui bahwa Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik senantiasa hidupnya penuh optimis untuk selalu melakukan amal kebaikan.

“dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195)

8. Orang yang mengetahui bahwa Tuhannya senantiasa menyembunyikan perbuatan buruknya namun senantiasa menampakan perbuatan baiknya, hidupnya akan tentram dan yakin dengan kasih sayang Tuhannya yang tanpa batas.

INILAH MOZAIK

Seri Dua Contoh Yang Berbeda dalam Al-Qur’an (Bag 1)

1). Pemilik Dua Kebun dan Kawannya.

Dalam Surat Kahfi Allah Swt menceritakan tentang pemilik dua kebun yang congkak dengan kawannya yang mukmin dan miskin. Kisah ini di abadikan dalam 12 ayat, mulai dari ayat 32 hingga 44.

Perbedaan antara pemilik dua kebun yang congkak ini dengan kawannya yang mukmin dan miskin adalah :

a.) Pemilik dua kebun adalah orang kaya yang memiliki kebun anggur dan tumbuhan lainnya. Bahkan ditengah kebun mereka mengalir sungai yang deras.

Ini adalah perumpaan dari hiasan dunia yang membuat pemiliknya menjadi silau dan terbuai olehnya. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah :

“Apa yang terjadi kepada pemilik dua kebun setelah memiliki semua ini ?”

1. Dua kebun dengan hasil yang melimpah ini membuat pemiliknya lupa hingga ia menjadi congkak dan keluar kata-kata dari lisannya :

أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا

“Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS.Al-Kahfi:34)

2. Dia pun akhirnya dikuasai oleh syahwat dunia hingga ia berkata :

مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدٗا

“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.” (QS.Al-Kahfi:35)

3. Kesombongannya semakin melampaui batas hingga akhirnya ia pun mulai mengingkati hari kiamat.

وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ

“Dan aku kira hari Kiamat itu tidak akan datang.” (QS.Al-Kahfi:36)

4. Kecongkaannya pun semakin memuncak hingga ia berani berkata :

وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا

“Dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada ini.” (QS.Al-Kahfi:36) 

Itulah kesombongan dan kecongkaan yang dimiliki oleh dua pemilik kebun. Dan begitulah manusia ketika merasa kaya dan hebat seperti yang digambarkan jelas oleh Firman Allah Swt

كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ – أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ

“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS.Al-‘Alaq:6-7)

Pemilik dua kebun ini di butakan oleh kenikmatan-kenikmatan yang ia miliki. Ia tenggelam dalam kekayaan sehingga lupa daratan. Ia sombong, dzalim dan mulai tidak percaya dengan adanya hari pembalasan.

b.) Sementara kawannya adalah seorang mukmin yang tidak memiliki kekayaan seperti pemilik dua kebun tersebut. Harta termahal yang ia miliki adalah keimanan yang kuat dalam hatinya. Sehingga ia berkata kepada pemilik dua kebun itu :

فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ

“Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini).” (QS.Al-Kahfi:40)

Perbedaan antara dua orang ini, pemilik kebun yang sombong dan seorang mukmin yang miskin adalah :

1). Pemilik kebun tenggelam dalam kenikmatan dunia sehingga ia lupa dan tidak lagi mengingat Allah Swt, Pemberi semua kenikmatan termasuk dua kebunnya.

Sementara kawannya yang miskin memiliki keimanan kepada Allah dan hari akhir. Dia memiliki keyakinan yang mutlak bahwa Allah dengan mudah akan merubah kondisi hamba-Nya.

فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرۡسِلَ عَلَيۡهَا حُسۡبَانٗا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِيدٗا زَلَقًا

Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia mengirimkan petir dari langit ke kebunmu, sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin. (QS.Al-Kahfi:40)

2. Pemilik dua kebun mengingkari hari kebangkitan sementara kawannya yakin pasti akan datang.

3. Pemilik dua kebun menganggap seluruh kekayaannya akan kekal.

مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدٗا

“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.” (QS.Al-Kahfi:35)

4. Sementara kawannya yang miskin yakin bahwa seluruh kenikmatan duniawi pasti akan habis.

وَيُرۡسِلَ عَلَيۡهَا حُسۡبَانٗا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِيدٗا زَلَقًا

“Dan Dia mengirimkan petir dari langit ke kebunmu, sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin.”

5. Bagi pemilik dua kebun yang congkak itu, kemuliaan ada pada harta, jabatan, anak dan pengikut.

أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا

“Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS.Al-Kahfi:34)

Sementara kawannya yang miskin tidak pernah menganggap semua itu adalah tolok ukur kemuliaan manusia. Dia tidak pernah merasa bahwa kekayaan adalah jaminan kebahagiaan dan keselamatan di masa depannya. Dia yakin bahwa kepasrahan kepada Allah adalah sumber kekuatan dan sumber kebahagiaan.

Nah, pelajaran yang dapat kita ambil dari dua kisah ini adalah :

Pemilik dua kebun adalah contoh orang yang dilupakan oleh kekayaan sehingga dia lupa kepada Pemilik kekuatan yang sebenarnya yaitu Allah Swt yang mengatur segalanya di alam wujud ini. Ia menganggap kekayaannya akan kekal dan tidak ada kekuatan yang mampu mengalahkannya.

Sementara kawannya adalah gambaran indah tentang seorang mukmin yang  bangga dengan imannya, ia selalu pasrah dan bergantung total dengan Allah Swt. Ia selalu bersyukur dan yakin bahwa tiada kekuatan yang mampu memberinya sesuatu selain kekuatan Allah Swt.

Dan pada akhir cerita Allah Swt menghancurkan dua kebun yang dimiliki oleh orang congkak tersebut. Sebagai pelajaran bahwa dunia ini hanya sementara dan jangan menghina dan merendahkan orang miskin.

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Kajian Rumahan; Islam Adalah Agama Kemanusiaan

 Ustad Taufiqurahman, Dekan Fakultas Dakwah PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an) menyampaikan bahwasanya Islam merupakan agama kemanusiaan. Karenanya, ajaran Islam semuanya adalah tentang memanusiakan manusia.

Lihatlah bagaimana di dalam Quran, Allah menyebutkan 240 kali kata “insan” dan turunannya. Bahkan, firman Allah yang pertama kali disampaikan kepada Rasulullah (Al-‘Alaq 1-5), sudah disebut kata “insan”.

Maka tentu tidak mengherankan jika menyebut Islam adalah agama kemanusiaan. Tema utama Islam adalah manusia, baik sebagai subjek maupun objek.

Karena itu, dapat kita lihat bahwa misi utama Nabi Muhammad adalah memanusiakan manusia. Nabi saja pernah lupa rakaat shalat Ashar. Karena sifat basyariyah, maka lupa menjadi salah satu hal yang dimaafkan dalam syariat Islam.

Syariat Islam penuh dengan dimensi kemanusiaan. Misal dalam Surat Al-Maun, orang yang mendustakan agama itu adalah orang yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, sementara hanya rajin shalat saja. Dalam ayat ini, agama mengajarkan agar tidak hanya memperbaiki ke dalam diri, tapi berbuat baii ke sesama.

Selain itu jika diperhatikan dalam Al-Quran, porsi muamalah jauh lebih banyak dari ibadah. Dalam ibadah yang sifatnya mahdhah pun, banyak dimensi muamalah. Contohnya naik haji, menggerakkan perekonomian, bayar zakat, dll.