dakwah

Dakwah Islam Jangan Dijadikan Bahan Tertawaan

RASULULLAH acapkali bercanda. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) suka bersendagurau dan saya tidak akan mengatakan kecuali yang benar-benar.”

Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia (nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa hanya orang muda saja penghuni surga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk surga). Karena Allah Taala berfirman: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung “. Maksudnya: tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. “Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan”

Pada hadis tersebut dan hadis-hadis yang lain, banyak menceritakan bagaimana Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercanda, dan sesungguhnya bercanda yang benar saja yang diperbolehkan. Beberapa dai banyak yang menggunakan banyolan-banyolan dalam penyampaian dakwahnya, terkadang sudah keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang serius, bukan dijadikan bahan tertawaan.

Masyarakat yang mendengar dai-dai ini berbanyol, hanya mendapatkan ketawanya saja, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak tawanya. Dan sesungguhnya Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa. Padahal dalam suatu hadis yang menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda itu menyempitkan hati. Di hadis tsb, menerangkan bahwa Rasullulllah tak pernah terlihat palate (langit-langit tenggorokan)-nya bila beliau sedang ketawa, hanya senyuman-lah yang selalu menghiasi pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wasllam.

 

INILAH MOZAIK