tauhid

Dakwah Khilafah Ataukah Dakwah Tauhid? (5)

Khilafah, Hadiah untuk Hamba-Nya yang Bertauhid

Dengan kembali kepada ajaran tauhid-lah, umat Islam ini akan kembali menemukan kejayaannya sebagaimana yang pernah diraih oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabatnya dahulu. Allah Ta’ala telah berjanji kepada hamba-Nya, bahwa Allah akan memberikan kejayaan kepada ahli tauhid. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka menjelaskan hal ini,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka. Dan Dia akan benar-benar menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.” (QS. An-Nuur [24]: 55).

Di dalam ayat ini terdapat sesuatu yang dijanjikan, orang yang mendapat janji, dan kondisi (syarat) dimana janji tersebut dipenuhi. Adapun orang yang mendapat janji, mereka adalah orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih”, mereka adalah orang-orang yang mendapat janji.

Adapun sesuatu yang dijanjikan adalah tiga hal:

  1. Sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”. Maksudnya, jika mereka tidak memiliki kekuasaan, maka dalam jangka waktu yang panjang atau pendek, Allah Ta’ala akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Allah Ta’ala telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.
  2. Kemudian Allah Ta’ala berfirman tentang janji yang kedua yang artinya,“Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka”. Masalah terbesar yang diusahakan dan diinginkan oleh orang-orang yang beriman adalah mereka dapat beribadah kepada Allah Ta’ala dengan penuh keteguhan. Mereka tidak takut dan tidak merasa lemah di dalam melaksanakan agama Allah Ta’ala. Bahkan mereka adalah orang-orang yang dihormati. Itu semua sesuai dengan janji Allah Ta’ala.
  3. Adapun janji yang ketiga adalah firman-Nya yang artinya,“Dan Dia akan benar-benar menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa”. Setelah mereka merasakan sedikit ketakutan serta setelah Allah Ta’ala memenangkan dan meneguhkan agama mereka, maka setelah adanya ketakutan itu mereka menjadi aman sentosa. Mereka merasa aman terkait diri mereka sendiri, agamanya, anak-anak mereka, kehormatan mereka, dan terkait harta-harta mereka semua. Semua ini adalah karunia dan janji dari Allah Ta’ala.

Sedangkan kondisi (syarat) orang yang mendapat janji dijelaskan oleh kalimat berikutnya dalam firman Allah Ta’ala yang artinya,”Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku”. Maksudnya, ketika Allah menjadikan mereka berkuasa di bumi,meneguhkan bagi mereka agama merekadanmenukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa, bagaimana kondisi mereka ketika itu dan sebelumnya? Yaitu bahwa mereka tetap menyembah Allah dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah Ta’ala.

Ini adalah pengaruh tauhid yang terbesar bagi manusia dalam konteks masyarakat dan negara. Yaitu kalau mereka menyembah Allah Ta’ala dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, meyakini kebenaran tauhid dan menjauhi kesyirikan, maka mereka dijanjikan akan dibukakan anugerah dari Allah Ta’ala untuk mereka dengan ketiga hal ini. Demikian pula, akan dibukakan berkah untuk mereka dari langit dan dari bumi. Allah pun akan meluaskan rizki mereka. Sehingga mereka berada dalam kehidupan yang baik dan damai. [1]

Ayat ini seharusnya menjadi renungan bagi para da’i dan seluruh aktivis dakwah dan tokoh-tokoh Islam, bahwa kejayaan Islam yang mereka impi-impikan itu dapat diraih jika kaum muslimin mentauhidkan Allah Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan kondisi kaum muslimin yang seperti itu tidaklah mungkin dapat diraih kecuali dengan memberikan perhatian serius terhadap dakwah tauhid, membina kaum muslimin dengan aqidah tauhid, serta membentengi umat ini dari segala hal yang menjadi lawan dari tauhid tersebut.

Hal ini pun telah terbukti pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejak awal beliau berdakwah, beliau tidak menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, bahkan hanya sebagai sarana dakwah pun tidak. Namun, beliau tetap konsisten membina sahabatnya di atas aqidah tauhid selama bertahun-tahun di kota Mekah. Bahkan beliau rela hijrah ke Madinah karena kejahatan luar biasa kaum Quraisy Mekah terhadap beliau dan para sahabatnya demi menyelamatkan aqidah tauhid yang ada dalam hati mereka.

Pada saat itu, beliau tidak menyerukan untuk berjihad dan lebih memilih hijrah karena kondisi kaum muslimin yang memang masih lemah. Dengan penuh ketekunan, keuletan, dan kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men-tarbiyah (membina) sahabatnya di atas tauhid sehingga semakin kuatlah tauhid tersebut menancap dalam dada kaum muslimin saat itu. Dan pada saat itulah, Allah Ta’ala membuktikan janji-Nya dengan membukakan kemenangan demi kemenangan kepada kaum muslimin sehingga mereka menjadi umat yang disegani di muka bumi ini. Kekuasaan mereka pun meluas dari jazirah Arab sampai Andalusia (Spanyol). Siapakah yang mengingkari fakta sejarah ini?

Sekarang, marilah kita melihat kondisi kaum muslimin saat ini. Ketika mereka meninggalkan ajaran agama mereka, dan yang paling penting adalah meninggalkan ajaran tauhid, maka kehinaanlah yang mereka alami saat ini. Kaum muslimin saat ini menjadi kaum yang terhinakan, harta-harta negeri kaum muslimin dirampas, nyawa mereka seolah tidak ada harganya, martabat mereka diinjak-injak, dan kehinaan demi kehinaan lain yang terus menimpa kaum muslimin saat ini. Semua ini adalah akibat dari berpalingnya mereka dari ajaran tauhid dan tersebarnya berbagai bentuk kesyirikan. Kehinaan ini tidak akan Allah Ta’ala cabut sampai kita semua kembali kepada agama Allah Ta’ala.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ »

Jika Engkau melakukan jual beli dengan sistem ‘inah (sejenis riba, pen.), Engkau memegangi ekor-ekor sapi, Engkau merasa puas terhadap pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [2] [3]

[Selesai]

***

Selesai disempurnakan di siang hari, Lab EMC Rotterdam NL, 17 Rajab 1436

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

[1] Disarikan dari ceramah Syaikh Shalih Alu Syaikh hafidzahullah yang berjudul Fadhlu Tauhid wa Takfiiruhu li Dzunuub.

[2] HR. Abu Dawud. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 11.

[3] Disarikan dari buku penulis, “Saudaraku … Mengapa Engkau Enggan Mengenal Allah?” (Pustaka Al-Fajr, Yogyakarta, tahun 2010).

Artikel Muslim.Or.Id