Gadaikan Motor, Sales Jadi Pengusaha Hijab Beromzet Miliaran

Berawal dari sales kain, menggadai Motor, Yoki akhirnya menjadi seorang pengusaha hijab yang cukup sukses. Kini ia dapat meraih omset milyaran dari hasil penjualan hijab yang sudah membuaka 3 toko.

Dream – Mungkin nama Yoki Ferdian belum begitu familiar bagi kita. Namun pelanggan dan sesama pedagang hijab di Mal Thamrin City, nama Yoki terkenal sebagai pengusaha muda yang cukup sukses dengan label Yoya.

Dia memang baru 3 tahun merintis usaha itu. Namun kini ia bisa membuka 3 toko dengan omzet miliaran rupiah. “Omset setiap bulan 1 miliar, bahkan bisa lebih,” tutur Yoki saat ditemuiDream.co.id di Mal Thamrin City, Jakarta Pusat, Kamis 24 September 2015.

“Keuntungan 30 persen, padahal Yoya berjalan baru 3 tahun dan sudah punya 3 toko,” tambah dia.

Awalnya, pria 31 tahun ini menjadi seorang sales kain freelance. Namun dia merasa harus ada peningkatan dalam usahanya. Dia tak mau selamanya menjadi sales kain. Sehingga dengan tekad bulat, mengubah kain-kaian yang dia edarkan menjadi hijab.

“Dulu saya freelance penjual bahan dari tahun 2003 sampai 2012, lalu menikah. Awalnya jualan dari lapak ke lapak bersama istri sampai akhirnya langganan semakin bertambah. Banyak kemajuan lalu ngontrak toko 1 tahun,” ucap Yoki.

Bahkan suami Yani Putri ini memilih menggadaikan motor kesayangan dan meminjam uang ke salah satu bank untuk modal berbisnis hijab. “Dapat uang Rp 20 juta untuk sewa toko,” tutur dia.

“Mengontrak satu tahun Rp 30 juta, kurang 10 juta pinjam ke bank selama 6 bulan. Modalnya nekad buat modal jualan,” tambah Yoki. Dan benar saja. Keputusan yang diambil Yoki tak meleset. Usaha hijab itu berkembang pesat.

Yoki memberi nama usahanya dengan Yoya. Label itu merupakan singkatan nama Yoki dan Yani. “Dari awal buka kita pakai nama Yoya,” ujar Yoki.

Yoki menjual hijabnya secara grosir. Namun, dia juga melayani partai eceran, meski harganya sedikit lebih mahal jika pelanggan membeli dengan jumlah banyak. “Yoya hjab main grosiran,” ujar dia.

Range harga untuk pasmina grosiran 480 kodi jatuhnya perpasmina Rp 24 ribu. Jilbabnya 580 kodi jatuhnya Rp 29 ribu. Untuk eceran pasmina Rp 35 ribu perpotong, kalau segi empatnya Rp 40 ribu,” papar Yoki.

Kini Yoki dan istri menikmati hasil perjuangan mereka. Mereka juga sudah mempekerjakan belasan karyawan. Mulai pegawai penjaga ketiga toko, khusus media sosial, dan produksi.

“Awal buka, hanya saya sama istri saja, mulai dari buka karung, packing, keluarin barang dan masukin ke gudang. Sembari itu, istri yang jagain dagangan. Enam sampai delapan bulan. Sekarang kami punya 3 toko dengan 9 karyawan. Buat media sosial ada 3 orang, keluarin 2 informasi sehari, itu wajib tidak hanya hijab saja. Konveksi ada 14 orang dan jahit 6 orang,” terang Yoki.

Meski perekonomian di Indonesia sedang melemah, usaha Yoki tak banyak terpengaruh. Justru ia melebarkan sayap dibisnis busana muslim dengan membuat gamis, blus, dan baju anak-anak.

“Awalnya Yoya hijab hanya dari kerudung saja, tapi dalam setahun kami coba kembangin dari fashion seperti busana gamis, blus, rok, dan sekarang ada baju anak-anaknya. Sekarang baju sama hijab alhamdulillah berjalan,” tandas pria kelahiran Bukit Tinggi 25 April 1984 ini.

Tak hanya di mal. Untuk mempermudah pelanggan, Yoki juga menjual hijabnya melalui website www.yoyahijab.com. Para pelanggan juga bisa memesan melalui media soasial Instragram, Facebook, Whatshap, BBM yang tertera di dalam website tersebut.

 

sumber: DREAM