Hati Adalah Cermin, Sudahkah Jernih dan Bening?

HATI itu bagaikan cermin. Ia mungkin saja bening, jernih dan memancarkan bayangan seindah aslinya. Namun ia juga bisa jadi buram, kotor dan menampakkan wajah kepalsuan.

Orang yang waras pasti menyukai cermin yang bening yang mampu memberikan gambaran kenyataan sebagaimana adanya. Hanya orang yang gila yang menyukai cermin buram dan kotor untuk menutupi kekurangan dan kekotoran dirinya sendiri. Ada kaidah sosial yang sering kita saksikan kebenarannya: “Orang kotor seringkali menuduh orang lain itu kotor untuk menyembunyikan kekotoran dirinya.”

Hati orang mukmin bagaikan cermin yang dimiliki seorang pengantin perempuan. Tak pernah dibiarkan cerminnya kotor sedikitpun karena setiap saat selalu ia gunakan untuk melihat tampilan dirinya. Hati orang fasik adalah bagai cermin yang dimiliki lelaki sepuh buruk muka, cermin itu tak pernah dibersihkan karena ditatapnyapun hanya setahun sekali.

Hati perlu bening biar bias cahaya semakin terang benderang. Jangan biarkan hati itu kotor dan gelap karena ia tak akan mampu memantulkan apa-apa dan bahkan senang bersahabat dengan kegelapan itu sendiri. Hati yang gelap akan disukai oleh iblis dan setan, karena iblis dan setan memang penyuka kegelapan. Sementara itu hati yang bening bercahaya akan disuka oleh Allah dan mailakat-malaikatNya.

Saudaraku dan sahabatku, kalau Anda melihat film horor, hantu, genderuwo, kuntilanak dan sejenisnya selalu muncul dalam kegelapan. Tidak pernah para setan itu muncul dalam cuaca terang benderang. Kalaupun ada, itu penulis skenario dan sutradaranya salah paham pada dunia iblis dan setan.

Sekarang, bagaimanakah caranya membeningkan hati? Sungguh jawaban atas pertanyaan ini menjadi sangat penting utuk diketahui demi kebahagiaan hati kita, demi kebercahayaan hati kiti. Semoga ita ada waktu untuk membahasnya. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif laam Miim Surabaya. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi