Hikmah Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail AS

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dzat Yang Maha Menciptakan segala sesuatu. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang cukup) berusaha bersama-sama Ibrohim, Ibrohim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash Shoffaat [37] : 102)

Ayat ini menjadi tonggak pelaksanaan ibadah kurban. Nabi Ibrohim AS yang sudah sekian lama mendambakan hadirnya keturunan, akhirnya dikaruniai seorang putra bernama Ismail. Namun, setelah sang putra mencapai usia remaja, Allah Swt memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelihnya. Dan, maasyaa Allah, kedua hamba Allah ini patuh kepada Robb mereka.

Kedua hamba Allah ini memperlihatkan kepatuhan total kepada-Nya. Ayah dan anak ini yakin bahwa setiap perintah Allah pastilah kebaikan, dan Allah mustahil zholim kepada hamba-Nya. Sampai akhirnya, sebelum perintah tersebut dilaksanakan oleh nabi Ibrahim, Allah menurunkan tanda kebesaran-Nya dengan menggantikan nabi Ismail dengan seekor kibas yang besar. Dan, Allah telah menyaksikan ketaatan dan kesabaran kedua nabi agung ini.

Saudaraku, jika kita menemukan perintah Allah Swt, maka sadarilah bahwa Allah yang menciptakan kita, Allah yang paling mengerti komposisi diri kita, Allah yang paling mengetahui kebutuhan kita dan Allah yang kuasa mencukupi segala kebutuhan kita. Juga Allah yang mengetahui bagaimana cara untuk meraih kebahagiaan. Dan cara-cara itu terdapat pada setiap perintah Allah Swt.

Oleh karena itu, kalau kita menemukan perintah Allah untuk shalat tepat pada waktunya, maka patuhlah. Dan senantiasalah berpikir bahwa sholat tepat waktu ini pasti untuk kebaikan kita, pasti untuk kebahagiaan kita dan kemuliaan kita. Kita berkorban waktu dan kegiatan lainnya demi menunaikan shalat di awal waktu, pasti pengorbanan kita ini diketahui oleh Allah dan pasti berbuah kebaikan bagi kita.

Demikian pula pada perintah ibadah lainnya. Pada ibadah haji misalnya. Kita berkorban harta, tenaga, waktu, semua itu tiada lain kebaikannya adalah untuk diri kita sendiri. Rasululloh Saw. bersabda, “Dan tidak ada ganjaran lain bagi haji mabrur (haji yang baik) selain surga.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Semakin besar suatu amal ibadah, semakin banyak pengorbanannya, berarti semakin besar pula kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri. Semoga kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail benar-benar menjadi pelajaran untuk kita sehingga kita menjadi hamba Allah yang memiliki tauhiid yang lurus, bersih dan kuat. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

 

INILAH MOZAIK