Ibn Abd al-Barr, Cendekiawan Multitalenta yang Disegani

Dilahirkan dari keluarga yang terkenal cinta ilmu, Ibn Abd al-Barr tumbuh berkembang sebagai sosok alim. Sang ayah, Abdullah bin Muhammad, tersohor dengan kemahirannya di bidang fikih. Ia dikenal juga sebagai mujtahid.

Bentuk kehausan Ibnu Abd al-Barr terhadap ilmu diwujudkan dengan berguru kepada tokoh-tokoh terkemuka di Cordova. Ia memang, belum pernah keluar dari tanah kelahirannya tersebut. Ia hanya belajar di daerah-daerah tak jauh dari tempat tinggalnya. Dari wilayah bagian timur hingga barat negeri Andalusia.

Tak hanya di bidang fikih, tokoh yang berlatar belakang Mazhab Maliki itu mumpuni di segala disiplin ilmu. Ia cakap mengkaji hadis, tata bahasa, sastra, ilmu logika, dan tafsir. Sejumlah nama ulama terkemuka masuk ke dalam deretan gurunya, salah satunya Ahmad bin Abdullah bin Muhammad al Baji, tokoh yang mahir di bidang hadis.

Selain itu, Ibn Abd al-Barr pernah berguru ke Ahmad bin Abd al-Malik bin Ibrahim As Isybli, seorang mufti negeri. Pengetahuannya yang luas dan kematangan berpikir sekaligus bermetodologi menjadikannya sebagai figur yang independen dan matang secara intelektual. Background Mazhab Maliki tak membuatnya bersikap taklid. Justru sebaliknya, ia mengecam taklid.

Kedaulatan berpikirnya tersebut tertuang di berbagai -karyanya. Sebagian besarnya masih berbentuk manuskrip yang naskahnya belum disalin ulang.

Di antaranya, al- Ajwibah al-Mau’ibah fi al-Masail al-Mustaghribah fi Kitab al-Bukhari, Akhbar Aimmat al-Amshar, Ikhtishar Tarikh Ahmad bin Said bin Hazm al-Baluthi, dan Ikhtishar Kitab at-Tamyiz.

Torehan karya itu pula yang menempatkan Ibn Abd al-Barr disegani oleh handai tolan.  Kepakarannya mendapat pengakuan banyak kalangan, tak terkecuali di bidang hadis. Abu Al Walid pernah mengatakan, “Belum terdapat pakar sekaliber Abu Umar di Andalusia yang mahir di bidang hadis.”

Ia juga mendapat apresiasi terkait kedalaman ilmu yang dimiliki. Pengarang kitab Tartib al-Madarik pernah memujinya. Bahwa di bumi Andalasuia, selain Qasim bin Muhammad dan Ahmad bin Khalid, hanya Ibnu Abd al-Barrlah yang pantas menggantikannya. “Setelah Khalid, Ibn Abd al-Barr berada di urutan kedua,” katanya.

 

 

sumber: Republika Online