Ibu yang Berjihad Meski Bukan di Medan Perang

SUATU hari Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam menjenguk ‘Ubadah ibn Al-Shamith yang sedang sakit. Beliau bertanya, “Tahukah kalian, siapa orang yang mati syahid dari umatku?”

Orang-orang yang ada di sana diam saja. Lalu, ‘Ubadah berkata, “Bantulah aku untuk duduk!” Mereka pun menyandarkannya. ‘Ubadah berkata, “Yaitu orang yang sabar dan selalu bersyukur, ya Rasulullah!”

Kemudian beliau berabda, “Jika demikian, para syahid dari umatku jumlahnya sangat sedikit. Orang yang gugur di jalan Allah adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit pes (tha’un) adalah syahid, orang yang mati tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit perut adalah syahid, dan ibu yang meninggal karena melahirkan akan ditarik ke surga oleh anaknya.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lainnya, dari Ibn ‘Umar radhiallahu anha: Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “Perempuan yang hamil hingga melahirkan dan menyapih anaknya akan mendapat pahala seperti pahala orang yang terluka di jalan Allah. Jika ia meninggal dalam masa itu, ia akan mendapat pahala mati syahid.” (HR Ibn Al-Jauzi)

Hadits ini melukiskan betapa mulianya pengorbanan seorang perempuan dengan diberi ganjaran berupa pahala mati syahid. Bahkan pahala mati syahid ini disetarakan dengan pahala para syuhada yang berperang di medan jihad. Hal ini tidaklah berlebihan, mengingat peran besar seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya di situasi kritis seperti melahirkan.

Semoga kita mampu melaksanakan peranan kita sebagai ibu yang tetap berjihad meski tidak di medan perang, melainkan berjihad untuk mendidik para calon mujahid dan mujahidah agama ini. Selamat berjuang hingga surga diperkenankan Tuhan berada di bawah telapak kaki kita para wanita. [DOS]