Ikhlas di Tiga Waktu

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Dzat yang telah menciptakan langit, bumi dan segala yang ada. Seluruh makhluk ada dalam kekuasaan-Nya dan tiada berdaya tanpa pertolongan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt. berfirman, “..Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al Kahfi [18] : 110)

Ikhlas itu mesti kita jaga pada tiga waktu. Pertama, adalah ketika kita hendak beramal. Kondisikan dulu hati untuk lurus hanya mengharapkan penilaian Allah Swt. Mantapkan hati agar benar-benar bersih dari unsur ujub, riya, sumah. Ini penting karena betapa licinnya dan halusnya syaitan menggoda kita agar hati kita tergelincir. Padahal baik buruknya, benar salahnya setiap urusan kita adalah diawali dari baik buruknya, benar salahnya hati.

Kedua, adalah ketika beramal. Boleh jadi ketika kita melakukan amal kebaikan, tiba-tiba datanglah pujian, sanjungan dari orang lain. Tentu siapapun akan senang jika mendapat pujian dan sanjungan. Tapi, di sinilah terdapat celah yang rentan membuat kita terlena dan terbuai sehinga merasa diri hebat dan lupa kepada Dzat yang telah memberi kita kekuatan, Allah Swt.

Maka, perlu kita untuk bermujahadah menjaga niat yang sudah kita tekadkan sejak awal. Sehingga kita bisa istiqomah dalam keikhlasan.

Ketiga, setelah beramal. Mungkin ada penghargaan dari orang lain atas prestasi kita. Atau bahkan boleh jadi tidak ada yang memuji, menyanjung kita, malah yang ada justru orang yang tidak menghargai amal kita. Nah, di sinilah hati kita diuji. Hati bisa terbuai oleh penghargaan dari manusia, dan hati juga bisa goyah saat ada yang merendahkan kita.

Bagi orang yang hatinya lurus lillaahitaala, segala bentuk penilaian manusia itu tidaklah ada apa-apanya dibandingkan penilaian Allah Swt. Jika dipuji, maka ia akan memuji Allah dan menyerahkan pujian tersebut kepada Allah. Sedangkan jika dia dihina, direndahkan, maka ia akan beristighfar, memohon ampunan Allah karena boleh jadi itu adalah ujian agar dirinya bisa memperbaiki diri dan bersandar hanya kepada Allah semata.

Saudaraku, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan hidayah kepada kita sehingga kita menjadi orang-orang yang istiqomah menjaga niat dalam setiap ucapan dan perbuatan kita. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK