Ingin Punya Anak Saleh dan Cerdas? Berzakat dan Berinfaklah!

Pakar zakat Prof Dr KH Didin Hafidhuddin menawarkan resep jitu kepada pasangan suami istri yang ingin memiliki anak yang saleh sekaligus cerdas. Apakah itu?

“Keluarkanlah zakat dan infak secara teratur. Jadikanlah zakat, infak dan sedekah (ZIS) sebagai gaya hidup (life style), bukan sekadar kewajiban kepada Allah,” kata Kiai Didin Hafidhuddin saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani,  Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/11) pagi.

Ia menjelaskan, ZIS adalah ibadah harta yang mempunyai nilai sosial untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Secara singkat, zakat adalah harta yang dikeluarkan manakala sudah memenuhi batas minimum (nisbab) dan waktunya paling lama satu tahun Hijriyah. Zakat penghasilan besarnya 2,5 persen, untuk mereka yang memiliki penghasilan minimal Rp 3,7 juta per bulan.

Infak adalah mengeluarkan harta  untuk kebaikan di luar zakat. Sedangkan sedekah bisa berupa harta yang disisihkan di luar zakat maupun non-materi. Contohnya  membuang duri dari jalan dan  tersenyum kepada orang lain.

“Inti zakat, infak dan sedekah adalah ada hak orang lain dalam harta kita yang harus kita keluarkan dan berikan kepada yang berrhak, baik orang yang meminta (as-saail) maupun tidak meminta (al-mahruum: orang yang sangat menjaga dirinya dari meminta kepada orang lain, walaupun dia kekurangan, Red)),” tutur mantan Ketua Baznas itu.

Menurut Kiai Didin, banyak hikmah berzakat, infak dan sedekah. Pertama, ZIS meningkatkan kesalehan dan kecerdasan. Orang tua yang ingin memiliki anak-anak yang cerdas dan saleh, harus menjadikan ZIS sebagai gaya hidupnya. Banyak bukti yang menunjukkan, orang yang gemar mengeluarkan ZIS, anak-anak mereka saleh dan berprestrasi di sekolahnya.

“Tidak sedikit yang anak-anaknya sejak SD sampai Perguruan Tinggi selalu menjadi juara kelas atau bahkan juara umum. Mereka kemudian mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan kuliah. Karunia tersebut diperoleh pasangan yang gemar mengeluarkan ZIS,” papar Kiai Didin.

Kedua, gaya hidup ZIS mendorong etos belajar dan bekerja dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anak kita untuk membiasakan diri mengeluarkan ZIS. Hal ini akan mendotong mereka memiliki etos belajar yang sebaik mungkin,” tutur Guru Besar Agama Islam IPB itu.

ZIS juga mendorong pelakunya untuk memiliki etos kerja yang baik.”Orang yang gemar mengeluarkan ZIS akan berusaha lebih sungguh-sungguh bekerja maupun berusaha/berbisnis agar  memperoleh rezeki yang halal dan berkah lebih banyak lagi. Tujuannya antara lain, agar mereka bisa berzakat, infak dan sedekah lebih banyak pula,” papar Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu.

Ketiga, gaya hidup ZIS meningkatkan keimanan maupun kesalehan sosial sang pelakunya. “Orang yang gemar mengeluarkan ZIS, niscaya kesalehan ritual maupun kesalehan sosialnya meningkat. Mereka merasakan kenikmatan saat berzakat. Makanya, banyak orang kaya yang lebih senang mengantarkan langsung zakat mal-nya ke Baznas maupun lembaga Amil Zakat lainnya,” tutur Kiai Didin.

 

REPUBLIKA