Islam Larang Frustasi

Islam Larang Frustasi, Apalagi Bunuh Diri

Agama Islam mengajarkan bahwa bala’ (cobaan) sebagai sifat yang melekat pada diri manusia. Manusia sehebat apapun tidak bisa lepas dari cobaan selama hidup di dunia. Dunia adalah tempat cobaan sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Muluk bahwa Allah menciptakan kehidupan dan kematian adalah untuk mencoba makhluknya manakah dari mereka yang terbaik amal perbuatannya. Seandainya ada yang bisa selamat (terhindar) dari cobaan maka para Nabi adalah orang-orang yang selamat tersebut. Mereka sebaik-baik makhluk di satu sisi, dan di sisi lain paling berat cobaannya. Mereka memiliki kesadaran bahwa rumah sejati adalah rumah akhirat sebagaimana manusia tidak diciptakan kecuali untuk mencari bekal akhirat dengan beribadah kepada Allah.

Sejarah mencatat bahwa cobaan para Nabi sangat berat. Diantara mereka ada yang diuji sakit selama dua puluh tahun sampai  kehilangan istri dan anaknya, ada yang terpaksa pergi dari negaranya, ada yang didurhakai oleh istri dan anaknya, ada yang dituduh gila, ada yang dipukul dan dilukai, ada yang dipenjara, ada yang dilempar ke kubangan api, ada yang digergaji dan ada yang dibunuh. Semua ini tidak membuat mereka putus asa, frustasi dan putus misi. Mereka terus memperjuangkan misi dakwah hingga akhirnya menemukan kebahagiaan dan kemenangan.

Hal ini tidak berbeda dengan manusia yang lain. Tidak ada manusia hidup di dunia ini kecuali dia diuji dirinya, keluarganya, anaknya, hartanya, agamaya atau yang lain meskipun telah diberi kerajaan seperti Sulaiman, diberi hikmah seperti Lukman, diberi harta seperti Qarun dan sebagainya. Artinya, takdir Allah pasti terjadi dan tidak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Terlebih bagi orang yang beriman, perjuangan hidup adalah keniscayaan. Berjuang mencari ilmu, berdakwah maupun mencari rejeki yang halal.

Oleh karena itu, Islam melarang siapapun untuk putusa asa, frustasi apalagi bunuh diri. Bunuh diri bukanlah solusi masalah. Berdo’a meminta mati kepada Allah hukumnya makruh sebab Allah telah memperluas rahmatnya bagi siapa yang bisa bersyukur. Nabi Muhammad telah memberikan contoh kesabaran di tengah kehidupan yang begitu ganas dengan tetap bersyukur sebagaimana riwayat Nabi shalat malam hingga kaki Nabi membengkak.

Selain itu, bunuh diri tidaklah menyelesaikan manusia dari penderitaan sebab kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan awal kehidupan baru yang tidak ada akhirnya. Justru orang yang bunuh diri melanjutkan siksaannya di akhirat. Dirinya akan masuk neraka Jahanam dan membunuh dirinya sendiri dengan cara yang digunakan saat bunuh diri di dunia. Siksaan akhirat, selain menyakitkan juga menghinakan.

Ilmu hikmah mengajarkan kepada setiap muslim agar bersabar, mawas diri dan ridla sehingga satu musibah tidak menjadi dua musibah, yaitu musibah dunia ditambah musibah akhirat. Pada prinsipnya, apa yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada umat Islam adalah baik meskipun dianggap buruk. Allah memberikan cobaan bukan untuk menyiksa atau balas dendam, melainkan untuk memberikan kasih sayang atas hati yang kotor dan prilaku mereka yang buruk. Guru Besar Ilmu Hadis Universitas al-Azhar, Mesir Prof. Ibahim al-Asymawi menegaskan bahwa cobaan meskipun terasa keras dan menekan sesungguhnya adalah rahmat (kasih sayang) karena menghapus keburukan, menambah kebaikan, mengangkat derajat, mengganti sifat, merubah kebiasaan dan meningkatkan kualitas diri. Diantara tanda rahmat tersebut adalah meningkatnya rasa kasih sayang kepada sesama dan penjagaan diri dari hal-hal tercela.

Dengan demikian, sabar adalah kunci. Semua yang telah terjadi pasti akan berlalu dan rahmat Allah diberikan agar setiap mukmin mengukir masa depannya agar menjadi teladan bagi keturunan dan generasi-generasi setelahnya. Disebutkan dalam al-Qur’an bahwa orang-orang sabar diberikan pahala yang tidak terhitung jumlahnya. Sedangkan berputus asa dari rahmat Allah termasuk dalam dosa besar sebagaimana disebutkan dalam surat Yusuf ayat 87;

“Hak anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya. Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir”.

Para ulama menyebut adanya ancaman yang begitu pedih bagi orang yang putus asa atau frustasi. Tidak sedikit orang melakukan aksi bunuh diri disebabkan oleh frustasi. Termasuk dalam hal ini frustasi dengan keadaan yang tidak sesuai harapan dan espektasi. Oleh karena itu, Islam mengajarkan resep agar selalu tenang dengan merutinkan dzikir sehingga kehidupan bisa selalu seimbang antara antara semangat ikhtiar dan spirit tawakkal, antara sikap idealis dan realistis. Keseimbangan ini mengantarkan kepada kesabaran, dan kesabaran mengantarkan kepada keberuntungan. Wallahu A’lam.

ISLAM KAFFAH