Jamaah Indonesia Wafat Saat Shalat Ashar di Masjid Nabawi

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

 

SUKARDI Ratmo Diharjo, 59 tahun, baru beberapa hari tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji.

Ternyata, Allah tak hanya memanggilnya untuk berhaji, tapi juga memanggilnya untuk menghadap-Nya. Ya, jamaah calon haji kloter 1-JKG (Embarkasi Jakarta) ini telah berpulang ke Rahmatullah.

Kepergian pria asal Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu begitu spesial. Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com dari Kementerian Agama, Sukardi menghembuskan napas terakhirnya saat sedang bersujud, kala menunaikan shalat ashar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/07/2018) lalu.

Berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah haji pertama yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 1439H/2018 ini.

Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada Rabu pukul 23.00 WAS.

“Berdasar COD, penyebab kematiannya adalah cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya kepada Media Center Haji (MCH) Daker Madinah kutip laman resmi Kemenag.

COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha’ah(mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan, dia berhaji didampingi istri,” ujarnya.

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

Jamaah Kedua

Sementara itu, kepergian Sukardi disusul jamaah calon haji Indonesia lainnya. Adalah Hadia Daeng Saming (73), yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Makassar. Ia wafat sesaat setelah mendarat di Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Jumat (20/07/2018). Ia terbang dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-1203.

Hadia menjadi jamaah asal Indonesia kedua yang meninggal di Tanah Suci. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, Hadia berangkat dari Embarkasi Makassar bersama rombongan dari Kabupaten Gowa dan Barru.

Hadia mula-mula tak sadarkan diri saat menuju antrean keimigrasian menuju Gerbang Zero Bandara AMMA saat dibopong putrinya, Asmia Hadi Hasan, yang berusia sekitar 50 tahun.

Andi Marolla, petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi rombongan Hadia dari Embarkasi Makassar menuturkan, di atas pesawat, sekitar 2-3 jam sebelum pendaratan, Hadia sudah tak sehat. Ia sesak napas dan diketahui memang memiliki riwayat bronkitis.

Hadia menolak diangkut memakai mobil khusus untuk pasien pengguna kursi roda setelah turun dari pesawat. Saat mengantre untuk imigrasi, ia pingsan kala dipapah Asmia Hadi, lalu dibawa ke klinik bandara.

Di klinik bandara, Hadia mengalami asistol alias henti jantung. Petugas paramedis coba melakukan Cardiopulmonary Resusication (CPR) atau usaha untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi serta penanganan akibat terhentinya denyut jantung. Namun tidak berhasil. Hadia dinyatakan wafat sekitar pukul 15.04 WAS di Klinik Bandara AMMA.

Kadaker Bandara Arsyad Hidayat yang berada di lokasi tampak terus menenangkan sang putri, Asmia, yang terpukul atas wafatnya sang ibu. Sembari menenangkan Asmia, Arsyad pun mendorongnya dengan kursi roda. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…*

HIDAYATULLAH