Jangan Boros, Jangan Berlebihan!

Harta adalah salah satu nikmat dari Allah Swt yang dipergunakan oleh manusia untuk menjalani dan mempertahankan kehidupannya. Dalam bahasa Al-Qur’an, harta disebut sebagai salah satu hiasan dunia.

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS.Al-Kahfi:46)

Islam melarang perilaku boros dan berlebihan karena keduanya adalah termasuk akhlak buruk yang membawa efek negatif yang sangat berbahaya bagi pelakunya maupun orang sekitarnya.

Allah Swt berfirman ketika melarang manusia agar tidak berlebihan :

وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS.Al-A’raf:31)

Dan Allah Swt juga melarang perilaku boros dalam Firman-Nya :

وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا – إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS.Al-Isra’:26-27)

Lalu apa perbedaan antara berlebihan dan boros?

Sebagian ulama menyebutkan berlebihan itu melampaui batas dalam segala sesuatu. Seperti dalam makan, minum dan lain sebagainya.

Sementara boros adalah menghamburkan harta bukan pada tempatnya, walau itu sedikit. Karena terkadang seseorang berlebihan dalam mengeluarkan hartanya di tempat yang tepat, tentu ini tidak bisa disebut pemborosan walaupun nilainya besar.

Sayyidina Ja’far As-Shodiq pernah berpesan :

“Barangsiapa yang berinfak bukan di jalan ketaatan kepada Allah, maka sebenarnya itu pemborosan. Dan barangsiapa yang berinfak di jalan Allah maka sebenarnya itu disebut hemat.”

Nah, mengapa orang-orang yang boros mendapat label “Saudara Setan” di dalam Al-Qur’an?

Sebabnya adalah karena mereka mengingkari nikmat Allah Swt dengan tidak meletakkan nikmat tersebut di tempat yang layak. Penggunaan kata “saudara” dalam ayat ini memiliki makna bahwa perbuatan orang yang boros memiliki kesamaan dengan setan sebagaimana dua saudara yang memiliki kemiripan. Atau dalam makna lain karena keduanya menjadi teman dekat dan teman duduk kelak di Neraka.

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَنَا قَالَ يَٰلَيۡتَ بَيۡنِي وَبَيۡنَكَ بُعۡدَ ٱلۡمَشۡرِقَيۡنِ فَبِئۡسَ ٱلۡقَرِينُ

Sehingga apabila orang–orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia).” (QS.Az-Zukhruf:38)

Kikir itu tercela, berlebihan juga tercela. Dan yang terbaik adalah di antara keduanya, seperti yang telah disebutkan dalam Firman Allah Swt ketika mensifati Ibadur Rohman :

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا

“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (QS.Al-Furqan:67)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN