Jangan Lalai

”Dan, tetaplah beri peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Adz-Dzariyat: 55).

Manusia adalah makhluk yang labil. Salah satu labilitas itu adalah sering lalai. Lalai terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap lingkungan, dan terhadap Tuhannya. Lalai memang manusiawi, tapi jika lalainya berkali-kali dan disengaja, ini sudah di luar batas kemanusiaan. Inilah lalai yang dilarang, yakni lalai berulang kali dan disengaja.

Dalam Alquran, Allah mengecam orang-orang lalai yang seperti itu, ”Sungguh kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. Yakni, mereka yang melalaikannya.” (QS Al-Ma’un: 4-5).

Manusia lalai berkali-kali dan sengaja setidaknya karena beberapa alasan. Pertama, menganggap sesuatu sebagai tidak ada gunanya, tidak bermanfaat, tidak menguntungkan dirinya. Anggapan ini jelas keliru jika dikaitkan dengan sesuatu yang memang merupakan suatu kebaikan seperti yang diajarkan oleh agama.

Secara keseluruhan, agama selalu mengajarkan kebaikan dan menghindarkan diri dari keburukan. Karena itu, jika ada suatu tindakan buruk yang diklaim berlandaskan agama, tindakan itu harus dipertanyakan.

Kedua, berpikir pragmatis dan parsial (setengah hati). Manusia memandang bahwa apa yang dilakukan adalah untuk saat ini. Itu pun untuk sesuatu yang dianggapnya memiliki keuntungan. Orang yang berpikir demikian tidak memikirkan apa yang terjadi hari esok. Dengan kata lain, ia melalaikan hari esok, hanya ingat hari ini.

Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang akan dilakukannya untuk esok hari.” (QS Al-Hasyr: 18).

Lalai membuat orang tidak produktif dan progresif. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, ”Barang siapa menghisab dirinya, maka dia beruntung. Barang siapa lalai terhadap dirinya, dia merugi.” (Kitab Biharul Anwar).

Orang lalai memang akan selalu merugi, karena ia tidak mendapatkan apa-apa selain kalalaian itu. Ayat di atas menegaskan kepada setiap orang untuk tidak lalai karena akibat lalai yang sangat tidak membawa manfaat.

Lalai yang sering-sering tidak lagi manusiawi, tetapi merupakan penyakit akut yang harus diobati dengan peringatan yang berkali-kali. Peringatan ini disebut membawa manfaat yang itu artinya bahwa ingat itu jauh lebih membawa manfaat daripada lalai.

Jika manusia sudah lalai terhadap dirinya sendiri, maka krisis kemanusiaan sedang mengintipnya dan kehancuran tengah merayap mendekatinya. Bangsa ini harus segera sadar dan ingat dengan kondisi krisis yang tengah dihadapi. Jika tidak ingin jatuh ke lubang krisis yang sama atau tetap dalam krisis akibat kelalaian dari para pejabatnya. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Fajar Kurnianto

KHAZANAH REPUBLIKA