Kekuatan Sedekah dan Perjuangan Relawan Jaga Akidah Mualaf

Sedekah tidak selalu berupa materi. Bagi Wiwin Rahayu, memberi perhatian kepada para mualaf pun termasuk bagian dari sedekah. Sebab, banyak mualaf yang kehilangan kepedulian dari orang terdekat karena kegigihannya mempertahankan akidah Islam.

Wiwin, perempuan asli Pare Kediri menjadi relawan Mualaf Center Indonesia (MCI) sejak 2015 lalu. Wanita yang telah berdonasi di Laznas LMI selama satu dekade lebih ini tergerak menjadi relawan mualaf sepeninggal almarhum suaminya, Sumarno. Sang suami pula yang mengenalkannya dengan Laznas LMI.

Awal menjadi relawan Wiwin membina seorang mualaf Tionghoa dari Samarinda. Wiwin mendampingi sang mualaf yang mendapat tentangan dari keluarga besarnya. Saat ini Wiwin berkesempatan mendampingi lima mualaf. Mereka memiliki cerita yang berbeda-beda.

Sebagian besar terkendala masalah ekonomi bila memutuskan berislam. Ada mualaf yang sebelumnya aktivis gereja, setelah berIslam segala fasilitasnya diambil. Bahkan hutang-hutangnya pun harus dibayar. Kalau mau kembali ke agama awal baru dibebaskan semua hutangnya. “Orangnya menangis malam-malam menelepon saya. Semampu saya memberi motivasi agar bertahan. Laznas LMI juga ikut membantu,” ungkapnya.

Sebagai relawan mualaf, Wiwin mengaku punya tanggung jawab lebih berat untuk memahamkan tentang Islam. Perempuan yang kini tinggal di Kediri itu menguatkan para mualaf agar menjadi Muslim sesungguhnya.

Selama menjadi relawan, Wiwin terkadang masih terkendala masalah waktu. Karena itu, perempuan dengan dua anak ini mensiasati dengan memberi materi keislaman secara rutin lewat ponsel. “Saya menghubungi lewat WA meski sebatas tanya kabar. Juga kopdar,” ujarnya.

Selain menjadi relawan, Wiwin tetap mempercayakan pendistribusian zakat dan infaknya kepada Laznas LMI. “Sedekah bukan diukur dari jumlahnya, yang penting ikhlas dan istiqomah,” ujarnya.

Wiwin awalnya menjadi donatur justru saat usaha dagangnya surut. Sang suami yang mengajaknya berinfaq. Sebab, mereka yakin sedekah akan menumbuhkan harta bukan menguranginya. Selain berdonasi, kedua pasangan itu juga mendapat bimbingan rohani dari salah seorang ustaz LMI.

“Kami merasakan sendiri nikmatnya menjaga sedekah. Usaha kami sebagai agen telur puyuh dan makanan beku Allah mudahkan. Sampai-sampai frozen foodnya bisa kami dapat langsung dari pabriknya, Alhamdulillah,” tuturnya.

Wiwin memilih Laznas LMI lantaran kiprahnya bagi misi kemanusiaan sangat besar. Dia mencontohkan program pembinaan dari Laznas LMI untuk usaha kecil yang dikenal sebagai program Kuberdaya. Menurut dia bukan hanya masyarakat muslim, para mualaf juga banyak yang mendapat dukungan ekonomi dari Laznas LMI. Sebab, banyak mualaf yang kehilangan dukungan ekonomi dari keluarganya lantaran memilih agama Islam.

Dia berharap akan lebih banyak lagi donatur Laznas LMI yang peduli mualaf. Sebab, dia menyaksikan sendiri perjuangan para mualaf. Banyak kisah mengharukan yang dia temui. “Sehari-hari sering dapat curhatan temen-temen muallaf. Kalau bukan kita kaum Muslimin yang peduli mau siapa lagi,” ucapnya.

Selain bantuan donasi, Wiwin berharap ada donatur yang ikhlas mewakafkan hartanya untuk pendirian Rumah Singgah Mualaf di Jawa Timur. Bukan tanpa alasan, Wiwin begitu ingin hal tersebut terwujud. Sebab, rumah singgah dapat menjadi jujukan bagi saudara-saudara mualaf yang membutuhkan perlindungan karena mempertahankan aqidahnya.

“Semoga kita bisa mengamalkan sedekah sepanjang hidup. Baik lapang atau sempit karena segala yang kita miliki adalah milik Allah SWT,” ungkapnya.

 

REPUBLIKA