Kenyataan Seringkali Tak Seburuk Dugaan

MENGAPA menduga-duga dan menyangka-nyangka itu tak elok dalam etika Islam? Mengapa pula al-Qur’an menyatakan bahwa sebagian besar prasangka adalah dosa?

Ternyata, duga dan sangka itu seringkali salah. Akibatnya adalah bahwa pemilik duga dan sangka seringkali khawatir dan waswas serta larut dalam kecemasan akut yang membahayakan jiwa.

Seorang lelaki membunuh anjing kesayangannya yang mulutnya penuh darah segar. Diduganya anjing itu telah memangsa anak bayinya yang sedang tidur. Ternyata, setelah diusut, anjing itu bertarung dan menggigit mati ular kobra yang akan menerkam bayinya. Dia menyesal dan menangis.

Seorang direktur utama dengan amarah memecat bawahannya yang datang meeting terlambat dengan dugaan tidak disiplin dan tidak menghargai kantor dan atasan. Tanpa maaf langsung dipecat. Lima menit setelah pemecatan itu, istri sang direktur menelpon suaminya agar memberikan penghargaan kepada orang yang dipecat itu karena telah menyelamatkan istrinya dari perampokan dan pemerkosaan. Direktur itu menyesal dan sedih sekali.

Ada lagi orang yang menolak kehadiran tamu atau orang lain dengan sangkaan dia akan merusak tatanan yang ada. Namun setelah melihatnya dan “terpaksa” bergaul dengannya ada kebahagiaan dan cahaya hidup yang tak diduganya. Salah seorang santri saya, dulunya adalah orang yang menyangka jelek saya. Saat ini malah menjadi santri paling taat dan setia mendampingi saya ke mana-mana. Mas Saikun namanya.

Hindari menduga dan menyangka. Jalani saja sambil berharap yang terbaik. Salam, AIM. [*]

 

Inilah.com