Ketika Niat Selalu Diuji

Ada sebuah dorongan yang membuat kami dari Media Center Haji (MCH) Daker Makkah akhirnya memutuskan hal ini. Malam itu kami memilih untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Dasarnya keikhlasan dan kelonggaran waktu.

Hari-hari pertama kami di Makkah memang tidak ada aktivitas signifikan terkait jamaah haji Indonesia di Masjidil Haram. Maklum, berangkat dari Jakarta bersama jamaah kloter pertama pada 9 Agustus, kami tiba di Makkah ketika belum ada satu pun jamaah haji Indonesia di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Liputannya pun baru sebatas persiapan Daker Makkah menyambut jamaah haji Indonesia dari Madinah.

Jamaah kloter pertama dari Madinah pun akhirnya tiba di Makkah Rabu (16/8) malam waktu setempat setelah mereka selama delapan hari melakukan shalat Arbain di Masjid Nabawi. Dan sejak itu Masjidil Haram mulai menggeliat oleh berbagai cerita jamaah haji Indonesia.

Ada jamaah yang harus pulang dari Masjidil Haram dengan telanjang kaki karena sandalnya hilang atau lupa di mana ia meletakkannya. Cerita jamaah tersasar hampir tiap hari ada. Begitu pula jamaah yang terlepas dari rombongan dan akhirnya bingung mencari jalan pulang ke pemondokan.

Dorongan itu yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Kami malam itu akhirnya memutuskan untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk membantu jamaah haji Indonesia yang tersasar di Masjidil Haram.

Tapi, niat memang selalu diuji. Seusai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Haram, kami mendapati tiga kasus jamaah tersasar di pintu Marwah. Kami pun berbagi-bagi tugas. Saya menuju terminal Syib Amir untuk mengantarkan dua jamaah wanita yang tersasar akibat terpisah dari rombongan. Satu wanita muda kira-kira berusia 40-an dan satu lagi kira-kira berusia 60-an lebih.

Keduanya hanya mengenakan kaos kaki. Sandalnya tertinggal di dalam Masjidil Haram. Dengan jarak pintu Marwah ke Syib Amir yang lumayan jauh, berjalan tanpa alas kaki di siang hari bolong sungguh sangat panas sekali.

Beberapa kali saya mencoba memberikan bantuan untuk mengguyurkan kaki si ibu agar tidak kepanasan, berulang kali pula ditolaknya. Mereka hanya ingin segera sampai di pemondokan.

Uniknya, kedua jamaah wanita ini ternyata tidak saling kenal. Si ibu muda mengaku terlepas dari rombongan gara-gara tangannya tiba-tiba dipegang erat oleh si nenek. Tapi, si nenek berkeras memegang tangan si ibu karena dia rombongannya.

Ketika beberapa puluh meter lagi akan sampai di Terminal Syib Amir, kejadian lainnya terjadi. Ada jamaah kakek-kakek asal Indonesia yang mengalami kejang-kejang. Sungguh bingung ketika kita tak terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Niat benar-benar diuji saat itu.

Ketika bingung harus melakukan apa, Allah SWT hadir memberikan bantuan lewat seorang perawat dari Turki. Perawat paruh baya itu langsung mengguyurkan air ke sekujur tubuh jamaah kakek-kakek yang rupanya mengalami dehidrasi tersebut.

Beberapa jamaah dari negara lain ikut membantu dengan memberikan air minum perbekalan mereka. Ada juga yang membantu mengipasi si kakek. Alhamdulillah, si kakek akhirnya kesehatannya membaik sebelum akhirnya dibantu petugas kesehatan dilarikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Khalidiyah.

Kami mendapat kabar Jumat itu ternyata ada jamaah haji Indonesia lainnya yang wafat di Syib Amir. Jamaah atas nama Suhaimi bin Kadir Abdillah (62) meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Masjidil Haram ke pemondokan akibat gangguan jantung.

Sehari setelah peristiwa Jumat yang luar biasa itu, PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Daerah Kerja Makkah memutuskan untuk menempatkan tim kesehatan dan ambulans di wilayah Syib Amir. Alasannya terkait dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia yang melewati rute Syib Amir tersebut.

Jumlah jamaah haji Indonesia yang memadati kota Makkah kini terus bertambah. Kasus jamaah tersasar atau kasus lainnya pastinya akan bertambah pula. Dan, niat sekali lagi akan kembali diuji. Wallahu a’lam Bish-shawab.

 

Oleh: Didi Purwadi dari Tanah Suci

sumber: Republika Online