Ketika Ulama Berguru pada Anak Kecil

Fudhail bin ‘Iyadh ialah seorang ulama yang terkenal akan kezuhudannya. Sebelum mencapai derajat kesalihan tersebut, beliau merupakan seorang penyamun yang biasa menghadang para musafir di daerah antara Abu Warda dan Sirjis.

Suatu hari beliau berkata, “Aku belajar kesabaran dari seorang anak kecil. Suatu ketika aku pernah berjalan ke masjid. Aku mendapati seorang wanita di dalam rumahnya sedang memukuli anaknya. Anak itu berteriak, lalu membuka pintu dan kemudian lari. Maka wanita itu pun mengunci pintu rumahnya.

Tatkala aku pulang dari masjid, aku kembali memperhatikan. Aku mendapati anak itu telah tertidur di dekat daun pintu setelah menangis beberapa saat. Dia sedang berharap belas kasihan ibunya. Maka luluhlah hati sang ibu dan ia pun membukakan pintu itu untuk anaknya.”

Kemudian Fudhail bin ‘Iyadh menangis sampai air mata membasahi jenggotnya. Beliau berkata, “Subhanallah, kalau seorang hamba bisa bersabar di depan pintu rahmat Allah, niscaya Allah akan membukakan pintu itu untuknya.”

Hal ini sebagaimana ucapan Abu Darda radhiallahu anha, “Bersungguh-sungguhlah dalam memanjatkan doa, karena siapa yang banyak mengetuk pintu rahmat Allah, niscaya pintu itu akan dibukakan untuknya.”

Tidakkah kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini? Bila seorang ibu dengan sifat rahimnya tetap memberi belas kasihan pada anaknya yang melakukan kesalahan, apalagi Allah Yang Maha Rahim. Dialah pemilik seluruh kasih sayang sempurna sepenuh langit dan bumi.

Dan sungguh, pada hakikatnya yang tertutup itu adalah pintu hati kita akibat dosa-dosa, bukan pintu Tuhan. Karena bagaimana mungkin Dia terhijab dari sesuatu yang dinamakan pintu sedangkan Dialah Dzat yang melingkupi segala sesuatu?

Saudaraku, bersabarlah sedikit lagi, hingga tangisan berganti dengan senyuman. Allahul Musta’an. (DOS)

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2287562/ketika-ulama-berguru-pada-anak-kecil#sthash.VWFOy5LT.dpuf