Keutamaan Menjenguk Orang yang Sakit

Sejatinya orang yang sakit mengharapkan spirit untuk sehat.

Sejatinya, orang sakit itu tak perlu makanan atau minuman enak, juga pakaian mewah. Yang ia harapkan adalah spirit untuk sehat. Bahwa masih ada orang-orang yang mengharapkannya. Masih ada sahabat-sahabat sejatinya yang merinduinya untuk kembali ceria seperti semula.

Sejatinya juga, orang sakit itu tidak ingin segala buah-buahan impor, juga mainan aneka rupa. Yang ia perlukan adalah doa agar ia dapat pulih dan beraktivitas seperti semula.

Bahwa masih banyak warga yang memerlukannya. Masih banyak kawan-kawan terbaiknya yang mendambakannya untuk aktif kembali menggerakkan kebaikan-kebaikan yang biasa dikerjakannya untuk orang banyak.

Dalam sakitnya, banyak orang merasakan pahitnya. Dalam perihnya masih terlalu banyak kerabat yang merasakan sedihnya, Begitu agungnya besuk menjumpai saudara kita yang sakit, sampai Rasulullah SAW mendeskripsikannya dengan, “Apabila seseorang menjenguk saudaranya Muslim yang sedang sakit, maka seakan-akan dia berjalan sambil memetik buah-buahan surga sehingga dia duduk. Apabila sudah duduk, diturunkan kepadanya rahmat dengan deras.

Apabila menjenguknya di pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat mendoakan orang yang menjenguk itu agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Maka, ketika ada seseorang yang sakit tak sadarkan diri, atau koma, maka relung tingkat kesadaran terdalamnya sesungguhnya mendengar dan merekam suara-suara yang membesuknya.

“Papa bertahan ya, anak-anak masih perlu papa untuk masa depan mereka,” misalnya dibisikkan kata-kata penghibur itu. “Umi sembuh ya, anak-anak menanti tangan lembut umi,” kata anak-anak dalam untaian doa di samping ibunya yang tengah sakit tak sadarkan diri.

Ya, suara-suara penyemangat, kunjungan penuh kehangatan, cerita-cerita yang menghibur, dan pastinya doa ikhlas yang disampaikan di dekat pasien. Sungguh sangat menghiburnya.

Tokoh dan orang terpandang sekalipun, jika tanpa orang yang menjenguknya, apalah derita di hatinya. Apalah pula dosa kita, padahal dahulu semasa jayanya pasien, kita pernah merasakan pemberiannya, materinya, jasanya.

Ya, pasien berhak mendapat kunjungan dari saudara-saudaranya. Sementara bagi yang lain, mengunjunginya merupakan kewajiban.

Hebatnya lagi, orang beriman yang sakit, baginya adalah penggugur dosa-dosanya, pengangkat derajat kemuliaannya. Maka, justru kita yang sehatlah yang perlu doanya. Karena, dia sudah berkurang banyak dosadosanya, sementara kita masih bertambah-tambah dosanya.

Oleh: Ali Farkhani Tsani
KHAZANAH REPUBLIKA