Khutbah Jumat: Lepas dan Sambut Tahun Baru dengan Tiga Perkara

Inilah materi khutbah Jumat singkat yang menguraikan tiga langkah-langkah dan adab saat melepas dan meyambut tahun baru agar bisa menjadi panduan muslim.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Tahun baru masehi akan segera kita masuki. Kita tinggalkan tahun yang lama dengan sejuta kenangan. Mungkin ada banyak kebaikan yang sudah kita kerjakan, maka kita ucapkan Al-Hamdulillah. Mungkin ada keburukan yang kita lakukan, maka sudah selayaknya kita sesali dengan berucap Astaghfirullah (aku memohon ampunan Allah).

Pergantian tahun, lebih layak jika kita isi dengan kegiatan yang baik. Kita jauhkan diri kita dan keluarga dari kegiatan yang nihil manfaat. Kita sama-sama sudah mengetahui, ada saja umat manusia termasuk umat Islam, yang latah merayakan pergantian tahun dengan hal-hal yang jauh dari semangat memperbaiki keadaan diri, sehingga tidak sadar dalam keadaan yang seperti apa kelak diri ini dihadapkan kepada Allah SWT.

Mari kita menjadi muslim yang melek keburukan agar dapat kita jauhi dan melek kebaikan supaya dapat kita tunaikan. Sepatutnya tiap pergantian masa kita isi dengan hal-hal yang menambah kebaikan dan bobot timbangan pahala kita di sisi Allah SWT. Karena waktu kita di dunia sangat terbatas. Pergantian waktu membuat kita semakin dekat kepada kematian. Apakah layak kita sambut dekatnya kematian dengan hura-hura dan foya-foya? Kita isi dengan kelalaian kepada Allah, dosa, dan maksiat?

Kaum Muslimin, Jamaah Khutbah Jumat yang dimuliakan Allah

Mari kita lakukan langkah-langkah dalam lepas sambut tahun baru sebagai berikut.

Pertama, senantiasa bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Setiap kita tidak bisa lepas dari jeratan maksiat. Seandainya ada dari kita yang lepas dari maksiat anggota badan, kita tak bisa lepas dari maksiat berupa keinginan dalam hati untuk berbuat dosa sekecil apapun itu.

Andai kata kita lepas dari maksiat lahir dan batin, kita masih harus menghadapi godaan-godaan setan yang ingin menggelincirkan kita dari mengingat Allah. Seandainya kita merasa bisa menghadapi godaan setan, maka kita tidak bisa lepas dari kelalaian dan kekurangan dalam beribadah Allah SWT.

Jangankan kita sebagai seorang manusia yang pada dasarnya adalah tempatnya salah dan lupa, bahkan Malaikat saja masih mengakui banyak kekurangan dalam beribadah kepada Allah. Rasul ﷺ bersabda :

يوضع الميزان يوم القيامة فلو وزن فيه السموات والأرض لوسعت، فتقول الملائكة: يا رب لمن يزن هذا؟ فيقول الله تعالى: لمن شئت من خلقي، فتقول الملائكة: سبحانك ما عبدناك حق عبادتك

“Diletakkanlah mizan pada hari kiamat. Seandainya ditimbang di dalamnya langit dan bumi, niscaya akan tetap lapang. Malaikat berkata, ‘Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?’ Allah Ta’ala berkata, ‘Untuk yang Aku kehendaki dari hamba-Ku.’ Malaikat berkata, ‘Maha Suci Engkau, kami tidaklah bisa beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.’” (Diriwayatkan oleh Al-Ajuri).

Intinya, tidak ada seorang pun dari kita yang selamat dari maksiat dan dosa. Karenanya, kita mohon ampun di setiap waktu agar selamat di dunia sampai akhirat.

Jama’ah Khutbah Jumat yang Dimuliakan Allah

Kedua, mari kita tinggalkan tahun sebelumnya dan sambut tahun berikutnya dengan bermuhasabah. Muhasabah berarti koreksi diri. Kita harus memaksa diri ini untuk selalu meninjau dan mengoreksi perbuatan dan perkataan yang sudah kita lakukan selama ini. Dari sinilah kita bisa mendapatkan kesimpulan atas apa yang sudah kita kerjakan. Apakah lebih banyak kebaikan yang kita lakukan di tahun sebelumnya atau sebaliknya, lebih banyak keburukan yang kita tinggalkan dalam kehidupan kita?

Sungguh kita akan merugi jika enggan bermuhasabah. Tidak ada rasa sesal yang muncul ketika kita melewatkan kebaikan. Orang yang mau melakukan muhasabah akan selalu melihat kekurangan pada diri sendiri. Buah manfaatnya adalah tampil menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam pandangan Allah. Al-Quran telah memberikan isyarat agar kita bermuhasabah setelah beramal :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Hasyr : 18)

Seorang ulama bernama Muhammad bin Wasi` adalah sosok yang mengisi kehidupannya dengan penuh rasa takut yang luar biasa atas dosa-dosanya yang pernah ia lakukan dan digelayuti kerinduan untuk segera berjumpa dengan Allah. Beliau jika ditanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi hari ini?” Beliau menjawab, “Di pagi hari ini, aku merasa kematianku semakin dekat, semakin jauh dari cita-citaku, dan aku merasa amalku hanya berisi keburukan.”

Mari bermuhasabah dengan memperbaiki niat, amal, dan perbuatan dosa yang kita kerjakan. Kita hadirkan muhasabah dalam kehidupan kita dengan sering menunaikan salat tobat, memohon ampun kepada Allah.

Karenanya, apakah layak dan pantas kita lepas tahun yang lama dan sambut tahun yang baru dengan maksiat, sementara amal kita masih dari jauh dari kesempurnaan dan ajal kita semakin dekat?

Hadirin Hafidzakumullah

Langkah ketiga, kita manfaatkan kesempatan hidup yang Allah berikan dan sisa umur yang masih ada dengan beramal kebaikan di jalan Allah dan berbuat hal yang bermanfaat bagi sesama. Suatu hari Baginda Nabi Muhammad ﷺ memberikan nasihat kepada seseorang dengan berkata :

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR: Al-Hakim)

Masa muda, sehat, kaya, waktu luang, dan hidup di dunia tidak pernah terulang. Bahkan beberapa di antaranya berlaku sekali seumur hidup. Inilah masa-masa yang harus kita manfaatkan dengan kebaikan, persiapan, dan memperbanyak bekal sebelum kita menghadap kepada Allah.

Siapa yang melewatkan kesempatan emas yang telah Allah berikan, maka akan sulit untuk beramal di masa-masa yang berlawanan dari masa sebelumnya.

Untuk itulah, kita jadikan momentum pergantian tahun dengan memasang niat dan tekad kuat bahwa tahun depan harus lebih baik dari tahun sekarang. Kita sudahi gaya penyambutan tahun baru dengan hura-hura. Kita ganti dengan banyak memohon ampun kepada Allah, beristighfar sebanyak-banyaknya.

Kemudian, kita senantiasa melakukan muhasabah dan memanfaatkan kesempatan yang tersisa dengan mengemas amal kebaikan demi meraih ridha Allah SWT, agar kita meninggalkan dunia dalam keadaan husnul khatimah dan masuk ke dalam surga-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى

سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

HIDAYATULLAH