Kisah Saudagar China Masuk Islam

Sepintas, Suwardi seperti orang Jawa umumnya. Hanya kulitnya kelihatan putih. Tapi jika tahu nama aslinya,  mungkin orang akan terkejut. Lahir dan besar di Blora, Jawa Tengah, 50 tahun yang lalu. Orang tuanya memberi nama Oei Ping Djien. Ya, Suwandi memang keturunan China.

Seperti orang China kebanyakan, Oei Ping juga pintar berdadang. Ia sukses menjadi pedagang cabai dalam usia muda. Ia dikenal sabagai saudagar China. Selain berdagang cabai di berbagai kota,  ia juga menjadi salah satu pemasok pabrik mie terbesar di Indonesia.

Suwardi mengaku, sebagai pedagang ‘ideologinya’ cuma satu. “Mencari uang sebanyak-banyaknya,” katanya. Untuk itu, apapun dilakukan. Mulai dari berbohong, mengurangi timbangan dan sebagainya. Padahal tanpa disadari itu berarti ia telah menggali kuburannya sendiri. Benar saja. Tahun 1997, Allah Subhanahu Wata’ala menghukumnya.

Ia jatuh bangkrut. “Saya ditipu rekanan sampai  terbelit hutang 80 juta rupiah,” kata Suwardi kepada majalah Suara Hidayatullah  di rumahnya, Ponorogo, Jawa Timur, pada suatu kesempatan.

Hari-hari Suwardi kemudian menjadi penuh tekanan. Ia dikejar-kejar petani, rekanan dan bank. Apalagi kalau bukan menagih hutang. Suwardi mengalami stres berat. Larinya kemudian ke agama. Di sini ia mencari sandaran. Sandaran paling kuat adalah agama. Sempat mendalami Kristen, tapi kemudian ia menjatuhkan pilihannya pada Islam. Mengapa memilih Islam?

Cerita selengkapnya  ada di sini

HIDAYATULLAH