Kumandang Azan Berawal dari Mimpi Sahabat Nabi

ABDULLAH bin Zaid bin Tsalabah adalah sahabat Nabi dari suku Khajraz yang menyaksikan baiat Aqabah kedua. Ia ikut dalam perang badar dan menyaksikan kehancuran dahsyat kaum Quraisy yang saat itu jumlahnya tiga kali kaum Muslim.

Ketika Rasulullah telah menetap dengan tenang di Madinah bersama para sahabat dari kaum Muhajirin and Anshar, Islam telah kokoh, salat telah ditegakkan, zakat dan puasa telah diwajibkan, hukum pidana telah ditegakkan, halal dan haram telah disyari’atkan, Islam telah tegak di tengah-tengah mereka dan kaum Anshar telah menyerahkan tanah air mereka dan beriman kepada Allah dan RasulNya.

Awal mula ketika Rasulullah menetap di kota Madinah, kaum muslimin mengerjakan salat bersama Rasulullah apabila waktu salat telah datang tanpa ada panggilan atau seruan. Pada awalnya Rasulullah ingin menjadikan terompet seperti yang digunakan orang-orang Yahudi untuk panggilan ibadah mereka. Akan tetapi kemudian Rasulullah tidak menyukainya. Kemudian beliau memerintahkan agar membuat lonceng yang dipukul untuk memanggil kaum muslimin mengerjakan salat.

Dalam keadaan demikian, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah saudara Al-Harits bin Al-Khazraj mendengar seruan azan dalam mimpinya. Kemudian ia datang menemui Rasulullah dan berkata,” Wahai Rasulullah, tadi malam aku bermimpi didatangi seseorang, lalu seorang laki-laki yang mengenakan baju berwarna hijau lewat di hadapanku. Ia membawa lonceng di tangannya. Aku berkata padanya,” Wahai hamba Allah maukah engkau menjual lonceng itu ?

“Untuk apa?” Ia balik bertanya.

“Untuk kami jadikan alat memanggil kaum muslimin berkumpul mengerjakan salat,”kataku. Lelaki itu berkata,” Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada itu?”

“Apa itu?” aku balik bertanya.

Dia menjawab:” ucapkanlah:

“Allahu akbar Allahu akbar, Allahu akbar Allahu akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alash sholah. Hayya ‘alal falah, Hayya ‘alal falah. Allahu akbar Allahu akbar, Laailaaha illallah.”

Ketika Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya itu kepada Rasulullah saw, Beliau bersabda,” Sesungguhnya itu adalah mimpi yang haq. Pergi dan temui Bilal, lalu ajarkan lafadz itu agar ia mengumandangkannya. Karena suara Bilal lebih keras dari suaramu.

Ketika Umar bin Khattab mendengar Bilal mengumandangkan seruan adzan itu, dia keluar menemui Rasulullah lalu berkata,” Wahai Nabi Allah, demi Allah yang telah mengutus engkau dengan haq, sungguh aku telah mendengar seruan itu dalam mimpiku.”

Rasulullah bersabda,” segala puji bagi Allah atas semua itu.” (Tahdzib Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Abdussalam Harun 158)

 

INILAH MOZAIK