Makkah, Ka’bah, Arafah: Sejarah Haji Zaman Pra Islam Hngga Kini

Makkah selalu menjadi pusat spiritual bagi semua umat Islam.  di istu ada Ka;bah yang menjadi arah Muslim sedunia ketika melakukan sholat.

Setiap kali musim haji, Makkah menerima lebih dari 3 juta peziarah di seluruh dunia untuk melakukan haji yang meruoakan ukun Islam kelima. Haji bagi Muslim adalah ibadah yang wajib bagi mereka yang mampu dan setidaknya dilakukan sekali dalam seumur hidup.

Dalam Alquran, Allah berfirman haji dilakuan pada bulan tertentu (bulan Dzuhijah).  Dan siapa pun yang telah membuat haji wajib bagi dirinya sendiri di dalamnya (dengan memasuki keadaan ihram), maka mereka tak melakukan hal-hal yang terlarang, misalnya tidak ada hubungan seksual, tidak menumpahkan darah  atau melakukan  perselisihan, dan berbagai tindakan terlarang lainnya.

Seperti dikutip Saudigazette.com, haji adalah perjalanan seumur hidup dan bagi banyak orang, ini adalah titik balik dalam iman mereka dan hubungannya dengan Allah. Yang lain menganggap haji sebagai perjalanan yang terus berlanjut, Ketika mereka kembali ke rumah mereka mengajari keluarga, kerabat dan temannya sehingga apa yang telah mereka pelajari tentang kesabaran, merawat orang lain, dan penyerahan yang murni serta lengkap selama musim haji tetap dilestarikan dalam kehidupan keseharian.

Haji secara harfiah berarti ‘berangkat ke suatu tempat’. Perjalanan haji berlangsung di Dhul-Hijjah pada bulan terakhir dalam sistem kalender Hijriyah. Ritual haji dimulai pada tanggal 9h Dhul-Hijjah dan berlangsung selama empat atau lima hari.

Alquran menjelaskan bahwa haji kembali ribuan tahun ke zaman Nabi Ibrahim. Allah memerintahkannya untuk meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail sendirian di padang pasir Makkah dengan sedikit makanan dan air.

Dan, ketika bekal air mulai habis, Hajar mulai mencari air  dengan putus asa dengan berlari tujuh kali di antara dua bukit Al-Safa dan Al-Marwah. Mamun meski sudah bolak-balik, air tetap tidak dapat ditemukan.

Tapi di ujung keputusasaan mencarikan air untuk pada Ismail, Hajar kemudian melihat bayi itu menendang tanah dengan kakinya dan  air pun kemudian muncul dari bawah kakinya.”Zamzam-Zamzam (berkumpu-berkumpul) air itu,” kata Hajar ketika menjumpai ke luarnya mata air dari bawah kaki Ismail. Maka mata air yang muncul itu kemudian di namakan sumur Zamzam.

Selang bertahun-tahun kemudian, Ibrahim kemudian diperintahkan oleh Allah untuk membangun kembali Ka’bah. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail kemudian mengangkat batu untuk membangun Ka’bah.

Ulama Islam, Shibli Nomani, menyebutkan bahwa Ka’bah yang diangkat oleh Nabi Ibrahim setinggi 27 kaki, lebarnya 96 kaki, dan lebar 66 kaki. Dia meletakkan Batu Hitam (Hjar Aswad) di sudut timur Ka’bah. Pada saat itulah, Nabi Ibrahim kemudian menerima wahyu dimana Allah memberitahunya bahwa dia harus mewartakan ziarah ke Ka’bah kepada umat manusia.

(Dan (sebutkan, wahai Muhammad), ketika Kami menunjuk Ibrahim ke rumah tersebut, (katakanlah), “Janganlah kamu bergaul dengan Aku dan sucikan rumah-Ku untuk mereka yang melakukan Tawaf dan orang-orang yang berdiri (dalam doa) dan orang-orang Yang sujud dan sujud.) (Surat 22, Ayat 26)

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim akan datang ke Makkah untuk melakukan haji setiap tahun,. dan setelah kematiannya, anak keturunan Ibrahim pun melanjutkan ritual ini. Namun, sering perjalanan waktu lambat laun baik bentuk maupun tujuan ritual haji pun berubah.

Pada masa pra-Islam, Ka’bah dikelilingi oleh berbagai berhala yang dipasang oleh orang-orang Makkah maupun pendatang yang berasal diari luar yang terbiasa mengunjungi Ka’bah selama musim ziarah tahunan ini.

Shibli Nomani menyebutkan bahwa orang-orang Arab sat itu tidak berjalan di antara perbukitan Al-Safa dan Al-Marwah atau berkumpul di Arafah. Tapi mereka biasa menghabiskan satu hari di daerah terpencil di luar Makkah dan kembali ke Makkah yang mengelilingi Ka’bah.

Selama periode pra-Islam, haji menjadi acara beberapa festival dan kegiatan seperti kompetisi puisi. Puisi-puisi yang paling terkenal yang digunakan dipajang di dinding Ka’bah. Kegiatan dan pertunjukan yang tidak dapat diterima lainnya juga berlangsung selama masa haji.

Keadaan menyedihkan ini berlanjut selama hampir dua setengah ribu tahun dan baru berubah setelah periode Rasulullah Muhammad saw.

Pada 630 M, Nabi Muhammad saw dan orang-orang Muslim kembali dari Madinah ke Makkah serta membebaskan Ka’bah dari ritual kaum pagan dan penyembah berhala. mengklaim Mekah. Saat embebaskan kota Makkah ini Rasullah bersama kaum muslimin membersihkan Ka’bah dan menghancurkan semua berhala.

Tahun berikutnya, Abu Bakr, memimpin 300 Muslim untuk melakukan ibadah haji di Makkah. Ali ibn Abi Thalib berbicara kepada orang-orang, yang menentukan ritual haji yang baru. Dia menyatakan bahwa tidak ada orang kafir atau telanjang yang diizinkan untuk mengelilingi Ka’bah dari tahun berikutnya.

Pada tahun kesepuluh setelah Hijrah (632 M), Nabi Muhammad SAW melakukan haji terakhir dan terakhir dengan sejumlah besar umat Islam, dan dia mengajar mereka ritual haji dan tata krama untuk melakukan ibadah haji.

Di padagang gurun Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pidatonya yang terkenal (Pidato Haji Wada) kepada mereka yang hadir di sana. Di situlah nabi menyampaikan firman Alah: Pada hari ini saya (Allah) telah menyempurnakan agamamu dan melengkapi nikmat-Ku atasmu dan telah menyetujui Islam sebagai agamamu.

IHRAM