itikaf

Mau Iktikaf, Pahami Keutamaan Ibadah Ini

Iktikaf adalah ibadah yang sangat ditekankan Rasulullah selama 10 hari terakhir Ramadhan. Beliau tak pernah keluar masjid selama 10 malam itu, sampai-sampai Aisyah binti Abu Bakar mengantarkan bekal makanan untuk beliau ke masjid.

Sebelum mulai melakukan iktikaf, seorang Muslim patut memahami makna, syarat, rukun, dan keutamaan ibadah ini.
“Itikaf itu tinggal di masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Syaratnya, dalam keadaan suci. Iktikaf boleh diisi dengan membaca Alquran, shalat tahajud, atau berzikir,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yaqub, kepada ROL, Selasa (7/7).

Kiai Mustafa mengungkapkan, falsafah iktikaf adalah tinggal di rumah Allah. Tinggal di rumah Allah menunjukkan kecintaan seorang Muslim kepada Allah. Mencintai Allah adalah ibadah, lantaran itu tinggal di rumah Allah juga bernilai ibadah. Catatannya, itikaf harus dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

Imam Besar Masjid Istiqlal ini menjelaskan, rukun iktikaf adalah niat dan berada di masjid. Itikaf harus dilakukan di masjid, tidak boleh di rumah. Syaratnya hanya satu, suci dari hadats kecil dan hadats besar. Sebelum masuk masjid untuk i’tikaf, Muslim diharuskan berwudhu lebih dulu. Apabila batal, langsung keluar lagi untuk mengambil wudhu.

Menurut Kiai Mustafa, waktu-waktu terbaik untuk melakukan iktikaf adalah sepertiga malam. Meski menurutnya tidak ada amalan yang khusus dicontohkan Rasul, Muslim bisa mengisi waktu-waktu tersebut dengan membaca Alquran, qiyamul lail, dzikir, muhasabah, dan memperbanyak zikir.

“Ramadhan sebenarnya tidak terbatas pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Orang boleh melakukan iktikaf di luar Ramadhan. Nabi juga melakukan i’tikaf di luar bulan Ramadhan. Tapi, kebanyakan orang melakukan iktikaf pada bulan Ramadhan dalam rangka menjaring lailatul qadr,” jelas Kiai Mustafa.

 

sumber: Republika Online