cinta nabi

Maulid Nabi dan Mendidik Anak Cinta Rasul

Bagi masyarakat di kampung bulan maulid layaknya hari raya. Tidak hanya sekali diperingati tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tetapi hampir sebulan penuh, bahkan bisa melewati batas bulan tersebut. Dari rumah ke rumah setiap hari ada undangan membaca shalawat dan sirah nabawi. Itulah bulan keceriaan bukan hanya bagi orang tua, lebih-lebih bagi anak-anak.

Orang tua dan anak kecil berdatangan dari rumah ke rumah membaca shalawat. Dari rumah pengusaha kaya raya hingga rakyat jelata. Semua merayakan tanpa mempedulikan sudah keluar biaya berapa. Tentu karena cinta tidak bisa dinilai dengan harta. Apalagi ungkapan cinta bagi Nabi tercinta.

Dalam perayaan Maulid di kampung, anak-anak dengan suka cita berdatangan. Tentu bukan sekedar ingin membaca shalawat, tetapi terpatri di pikirannya akan mendapat apa dari rumah tetangga. Dari rumah ke rumah mendapat makanan gratis. Akan luar biasa jika sang tuan rumah memberikan amplop. Target memperoleh amplop sebagai sedekah dari hamba yang mencintai Rasulnya adalah kebahagiaan bagi para bocah cilik.

Menarik sekali fenomena Maulid Nabi. Sebuah momentum yang tidak hanya perayaan tetapi ajang mendidik anak memiliki cinta dan idola. Tentu perayaan seperti itu akan membekas dalam diri anak. Ada sebuah perayaan yang menyenangkan waktu kecil yang baginya adalah proses memperoleh makanan dan sedekah. Sebuah perayaan yang kelak akan menanamkan keyakinan dalam dirinya seberapa agung Sang Rasul sebagai idola dalam hidupnya.

Anak dengan ingatan masa kecil seperti itu akan lebih lekat dalam kehidupan dewasanya dibandingkan dengan pembelajaran sirah Nabi di bangku sekolah. Sirah Nabi untuk mencintai Nabi jelas diperlukan. Tetapi budaya dan tradisi yang membungkus nilai cinta Nabi lebih masuk ke relung hati dan jiwa anak. Rasa cinta itu lebih mendalam dan tidak mudah dibuang dengan doktrin palsu.

Model pendidikan anak untuk cinta Rasul melalui budaya dan tradisi Maulid ini adalah bagian kecil dari manfaat perayaan Maulid Nabi. Anak tidak akan pernah kehilangan idola dalam dirinya. Ketika lupa ia diingatkan kembali dengan momentum Maulid Nabi. Ingatannya diikat dengan perayaan yang selalu diulang-ulang setiap tahun. Pengikat cinta kadang memerlukan pengingat. Karena ikatan cinta yang kuat adalah dengan ingatan terhadap orang yang dicintai.

Perayaan Maulid Nabi sebuah perayaan yang tidak hanya memiliki pijakan kuat dalam aspek keagamaan sebagai ekspresi cinta Rasul, tetapi juga sebagai media mendidik anak untuk mencintai sang idola dunia dan akhirat. Anda sebagai orang tua cukup mengenalkan dan mengajak  anak menghadiri perayaan Maulid. Itu pembelajaran yang luar biasa membekas dari pada Anda setiap hari harus berkoar-koar bela Rasul untuk mendidik buah hati.

Sungguh harus memikirkan ulang seribu dan berjuta kali untuk mengatakan perayaan Maulid itu tidak ada manfaatnya, apalagi dianggap bid’ah sesat. Tradisi agung ini telah memberikan semangat besar untuk cinta Rasul yang harus dipertahankan hingga akhir zaman.

ISLAM KAFFAH