Mengapa Kita Perlu Puasa Syawal?

Ramadhan telah benar-benar berpulang ke ribaan-Nya. Hal yang pasti bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, tersisa sepenggal duka bercampur asa. Terbayang saat-saat indah Ramadhan; full ibadah dan amal saleh. Karena itu, hati pun berandai; sekiranya setiap bulan dalam setahun adalah Ramadhan.

Namun, Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan segala sesuatu dengan hikmah-Nya. Saatnya kita menatap hari-hari Syawal dan seterusnya dengan semangat Ramadhan. Yuk, kembali kita shaum. Bahkan, karena itu dengan makna yang khusus, mengapa setelah shaum Ramadhan selesai segera dilanjut shaum Syawal selama enam hari. Ternyata, kita memang diminta untuk melanjutkan shaum kita.  

Syawal baru satu pekan berjalan. Jadi, masih banyak kesempatan untuk bersegera mengamalkannya. Afdalnya, selepas hari Id, besoknya kita melaksanakan shaum. Tapi, menurut banyak ulama, tidak masalah jika dikerjakan tidak persis selepas Id; hari kapan pun boleh asal di bulan Syawal. 

Kita simak dulu sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari pada Syawal maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR Muslim).

Mengapa kita perlu shaum lagi di bulan Syawal? Pertama, tentu sangat ingin nilai puasa kita menjadi sempurna, bahkan ternilai puasa setahun penuh. Maka, dengan shaum Syawal, insya Allah, menjadi sempurna puasa kita. Kedua, sebuah ikhtiar untuk dicintai Allah dan meraih ampunan-Nya. (QS Ali Imron [3]: 31).

Ketiga, demi meraih syafaat Rasulullah dan kelak bisa dibersamakan dengan beliau dalam Jannah-Nya karena menghidupkan sunah Beliau, “Siapa yang menghidupkan sunahku maka sungguh ia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku, bersamaku di surge.” (HR At Tirmidzi).

Keempat, tanda jelas meningkat iman dan takwa. Karena itulah disebut “Syawal”, bulan peningkatan (syahrut tarqiyyah). Kelima, menutupi hal-hal yang kurang selama shaum Ramadhan. Keenam, di antara tanda ikhlas. Apa pasal? Karena gemar dengan amal sunah, kalau wajib ya kewajiban, tetapi kalau sunah adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada-Nya. Ketujuh, cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada Nabi-Nya.

Kedelapan, sangat ringan karena hanya enam hari. Sebulan saja sanggup, apalagi hanya enam hari, pastinya dan seharusnya sangat bisa. Dorongan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mendesakkan untuk mengamalkannya. 

Kesembilan, hamba Allah yang beriman dan yang cerdas itu adalah pasti semua sunah dihidupkan sebagai bekal di akhirat kelak. 

Bagi Muslim yang berutang, tentu lebih utama membayar puasa dulu, baru shaum enam hari Syawal. Semoga, Allah selalu hiasi hidup kita dengan menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Amin.

Oleh: Ustaz Arifin Ilham

sumbr: Republika ONline