Mengobati Kegalauan (Bag. 7)

Baca pembahasan sebelumnya  Mengobati Kegalauan (Bag. 6)

Menyadari bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan dan setelah kesempitan akan ada kabar gembira

Hendaknya seorang muslim senantiasa berprasangka baik kepada Allah Ta’ala. Dia akan memberikan kabar gembira dan jalan keluar bagi setiap permasalahan yang dihadapi oleh seorang hamba. Semakin bertambah besar kesusahan yang dihadapinya, semakin dekat pula kabar gembira dan jalan keluar untuknya. Allah Ta’ala berfirman,

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy Syarh: 5-6)

Pada ayat tersebut, disebutkan satu kesusahan (العسر) dan dua kemudahan (يسرا). Kata “kesusahan” (عسر) yang bergandeng dengan  ال pada ayat pertama adalah “kesusahan” yang sama pada ayat kedua. Namun, “kemudahan” pada ayat pertama berbeda dengan “kemudahan” pada ayat kedua.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

أنَّ النَّصرَ معَ الصَّبرِ، و أنَّ الفرجَ معَ الكربِ، و أنَّ معَ العسرِ يسرًا

“Sesungguhnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran. Dan sesungguhnya jalan keluar itu bersama dengan kesukaran. Dan sesungguhnya bersama kesulitan itu, ada kemudahan.” (HR. Ahmad 1: 293 disahihkan Syekh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Terapi dengan makanan

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

أنَّهَا كَانَتْ تَأْمُرُ بالتَّلْبِينِ لِلْمَرِيضِ ولِلْمَحْزُونِ علَى الهَالِكِ، وكَانَتْ تَقُولُ: إنِّي سَمِعْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يقولُ: إنَّ التَّلْبِينَةَ تُجِمُّ فُؤَادَ المَرِيضِ، وتَذْهَبُ ببَعْضِ الحُزْنِ.

“Sesungguhnya beliau (‘Aisyah) memerintahkan agar membuat talbinah untuk orang sakit dan orang yang ditimpa kesedihan karena ada keluarga yang meninggal. Kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Talbinah dapat menyegarkan hati orang yang sakit dan dapat menghilangkan sebagian rasa sedih.” (HR. Bukhari no. 5689)

Diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari rahimahullah, dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أنَّها كانَتْ إذا ماتَ المَيِّتُ مِن أهْلِها، فاجْتَمع لِذلكَ النِّساءُ، ثُمَّ تَفَرّقْنَ إلَّا أهْلَها وخاصَّتَها، أمَرَتْ ببُرْمَةٍ مِن تَلْبِينَةٍ فَطُبِخَتْ، ثُمَّ صُنِعَ ثَرِيدٌ، فَصُبَّتِ التَّلْبِينَةُ عليها، ثُمَّ قالَتْ: كُلْنَ مِنْها؛ فإنِّي سَمِعْتُ رَسولَ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يقولُ: التَّلْبِينَةُ مُجِمَّةٌ لِفُؤادِ المَرِيضِ، تَذْهَبُ ببَعْضِ الحُزْنِ.

“Bahwasanya apabila salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia, maka berkumpullah para wanita. Kemudian mereka berpisah, kecuali keluarganya dan orang-orang dekatnya. Setelah itu, beliau (‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) menyuruh diambilkan seperiuk talbinah. Lalu beliau memasak dan membuat tsarid. Kemudian dia menuangkan bubur talbinah tersebut di atasnya. Setelah itu, ia berkata, ‘Makanlah bubur ini! Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Talbinah dapat menenangkan hati orang yang sakit dan dapat menghilangkan sebagian rasa sedih.’” (HR. Bukhari no. 5417)

Talbinah adalah sejenis bubur dari tepung halus atau dedak yang diberi madu. Disebut talbinah karena mirip laban (susu). Talbinah dimasak dari gandum kasar yang sudah digiling.

مُجِمَّةٌ maksudnya adalah menenangkan dan membuat bersemangat serta menghilangkan kegalauan.

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata,

 كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، إذا قيلَ له: إنَّ فُلانًا وَجِعٌ لا يَطعَمُ الطعامَ، قال: عليكم بالتَّلْبينةِ، فحَسُّوه إيَّاها، فوالذي نَفْسي بيَدِه، إنَّها لتَغسِلُ بطنَ أحَدِكم، كما يَغسِلُ أحَدُكم وجْهَه بالماءِ منَ الوَسَخِ.

“Apabila dikatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Sesungguhnya si Fulan sakit dan tidak mau makan.’ Beliau berkata, ‘Hendaklah kalian berikan talbinah, hingga ia akan merasakannya. Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya talbinah tersebut bisa mencuci perut kalian sebagaimana kalian mencuci wajah kalian dari kotoran dengan air.” (HR. Ahmad 6: 152)

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata,

 كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ إذا أخذ أهلَه الوعكُ ، أمر بالحِساءِ فصُنِعَ ، ثم أمره فحَسَوْا منه ، وكان يقولُ : إنَّهُ لَيَرْتُقُ (وفِي رواية أحمد وابن ماجة:ليرتو) فؤادَ الحزينِ ، ويسْرُو عن فؤادِ السقيمِ ، كما تسْرُو إحداكنَّ الوسخَ بالماءِ عن وجهها

“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati istrinya demam, beliau memerintahkan untuk dibuatkan bubur. Kemudian memerintahkan untuk menuangnya. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya itu memperbaiki (dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Majah berbunyi menguatkan) hati yang sedih, menghilangkan (kesedihan) dari hati orang yang sakit, sebagaimana salah seorang kalian menghilangkan kotoran dari wajahnya dengan air.’” (Abu ‘Isa mengatakan hadis ini hasan sahih, As-Sunan no. 2039)

Perkara ini (makan talbinah) bagi sebagian orang adalah sesuatu yang aneh. Namun, ini memang perkara yang benar dari jalan wahyu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala-lah yang menciptakan berbagai jenis makanan dan Dia-lah yang paling mengerti kekhususan setiap makanan itu, termasuk dengan makanan yang telah disebutkan dalam hadis di atas. Wallahu a’lam. (Silakan merujuk kitab Zadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim rahimahullahu, 5: 120).

Ibnul Qayyim Rahimahullah membuat ringkasan tentang perkara yang dengannya Allah Ta’ala hilangkan kegalauan:

  1. Tauhid rububiyah.
  2. Tauhid uluhiyyah.
  3. Tauhid asma’ wa shifat.
  4. Mensucikan Allah Ta’ala dari sifat menzalimi hamba-Nya atau menghukum hamba tanpa sebab/alasan dari hamba untuk mendapatkan hukuman.
  5. Mengakui bahwa dia sendirilah yang zalim.
  6. Tawasul kepada Allah Ta’ala dengan sesuatu yang paling Dia cintai. Yakni, dengan nama dan sifat-Nya. Dan di antara nama yang memuat kandungan nama dan sifat yang lain adalah Al-Hayyu Al-Qayyum.
  7. Meminta tolong hanya kepada Allah Ta’ala.
  8. Pengakuan hamba bahwa dia berharap kepada Allah Ta’ala.
  9. Bertawakkal dengan sebenarnya. Mengakui bahwa ubun-ubunnya di tangan Allah Ta’ala. Dia bolak balikkan sesuai kehendak-Nya. Berlaku padanya hukum dan ketentuan-Nya. Dan dia yakin keputusan Allah Ta’ala atasnya adalah keputusan yang adil.
  10. Membawa hati ke taman Al-Quran. Dikuatkan hatinya dengan Al-Quran. Berupaya mengobati berbagai penyakit hatinya dengan Al-Quran.
  11. Istighfar.
  12. Bertaubat kepada Allah Ta’ala.
  13. Jihad.
  14. Salat.
  15. Berlepas diri dari daya dan kekuatannya sendiri serta memasrahkannya kepada Allah Ta’ala.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia menyelamatkan kita dari kegalauan, kesedihan, dan kecemasan. Sesungguhnya Dia-lah Zat Yang Maha Mendengar, Maha Mengabulkan Doa, Maha Hidup, dan Maha Berdiri Sendiri.

[Selesai]

***

Disarikan dari kitab ’Ilaajul Humuum, karya Syekh Muhammad Shalih Al-Munajid  hafidzahullahu Ta’ala

Penulis: apt. Pridiyanto

Sumber: https://muslim.or.id/69079-mengobati-kegalauan-bag-7.html