Menjaga Agama Allah

Ibnu Abbas berkata, “Pada suatu hari, aku di belakang (dibonceng) Nabi SAW. Beliau bersabda, ‘Hai anak muda, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (agama) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (agama) Allah, niscaya Allah selalu bersamamu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah.

Jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, jika seluruh manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan dapat memberikan manfaat kepadamu, kecuali sesuatu yang telah ditulis Allah untukmu. Jika mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan mudharat, kecuali yang telah ditulis Allah untukmu. Pena telah diangkat dan lembarannya telah kering” (HR Tirmidzi)

Rasulullah SAW adalah rahmat bagi seluruh alam. Ajaran yang beliau sampaikan meliputi semua manusia, termasuk kelompok pemuda di dalamnya. Dalam berbagai kesempatan beliau mendampingi dan sering memberi arahan kepada para pemuda. Seperti terungkap dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas tersebut. Ketika itu, Ibnu Abbas masih kecil. Ia adalah putra paman Rasulullah SAW, Abbas bin Abdul Muthalib.

Walaupun disampaikan kepada Ibnu Abbas, akan tetapi pesan yang disampaikannya berlaku universal. Pesan inti beliau sampaikan adalah menjaga agama Allah. Berada di jalan agama Allah adalah nikmat terbesar. Orang yang konsisten di dalamnya akan meraih cita-cita mulia, yaitu bahagia di dunia dan akhirat.

 

Penjagaan yang dimaksud bisa berarti menjaga dan memelihara akidah Islam dalam diri. Tidak bisa disangkal, selalu ada upaya untuk menghilangkan Islam dari dalam diri seorang Mukmin. Upaya itu bisa berasal dari hawa nafsunya, atau berasal dari orang-orang yang tidak senang dengan keberadaan agama Allah (lihat QS Al-Baqarah [2]: 120).

Perbuatan-perbuatan yang bisa mendorong kepada rusaknya akidah harus dijauhi, seperti mendatangi dukun, melakukan sihir, meminta bantuan kepada jin, memakai jimat, menduakan Allah dalam ibadah, dan lainnya. Menjaga agama Allah bisa berarti pula menjaga amal saleh yang telah dan sedang dilakukan. Yang terpenting adalah menjaga konsistensi dalam beribadah, walaupun sedikit.

Rasulullah mencela orang yang tidak konsisten menjalankan ibadah. Abdullah bin Amru bin Ash ra berkata: “Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, ‘Wahai Abdullah, janganlah seperti si fulan. Dahulu, dia pernah shalat tahajud. Namun setelah itu ia tidak lagi melakukannya” (HR Muttafaq ‘alaih).

Menjaga agama Allah bisa juga berarti menjaga Islam agar tidak tercabut dari hati kaum Muslimin. Ini bisa dilakukan dengan bergaul dengan mereka, kemudian memberi teladan dan akhirnya mengajak mereka agar tetap bersabar dalam agama Allah.

Memelihara dan menjaga agama Allah akan mendapat tantangan. Namun Allah berjanji akan senantiasa menyertai dan menjaga kita. Apabila ada yang mencibir atau menghalangi, patut diingat bahwa, segala keputusan berada di tangan Allah, apabila Allah sudah memutuskan, tidak ada yang bisa menghalangi. Wallahu a’lam.

 

Sumber : Pusat Data Republika