Merugi di Dunia dan Akhirat

MAU pejamkan mata, mata tak mau terpejam. Pikiran terus berjalan, perenungan tak menemukan tempat untuk berhenti sejenak, sementara buku-buku bertumpuk di pinggir kasur dan bantal.

Esok saya harus mengajar mahasiswa S3 tentang sosiologi hukum Islam, esok pula harus melayani konsultasi bimbingan disertasi berbahasa Arab milik mahasiswa Libya. Belum lagi esok harus menyelesaikan tulisan tentang MUI yang harus dipresentasikan lusa.

Ada benarnya kata orang tua dulu: “Bisa jadi semakin tua, kita semakin membutuhkan tambahan waktu.” Tapi saya harus meyakinkan diri bahwa sehari semalam masih tetap 24 jam.

Sebelum melanjutkan tugas membaca, saya ingin berbagi kutipan berikut ini: “Tiga makhluk yang berbuat jelek pada dirinya sendiri namun berbuat baik pada orang lain: Pertama, anjing pemburu, yang begitu giat menggongong dan berburu namun kemudian hasil buruannya dimiliki orang lain; kedua, orang bakhil atau pelit yang begitu rajin sekali mengumpulkan harta namun kemudian hartanyapun menjadi milik orang lain; ketiga, orang yang suka berghibah yang berbuat banyak kebaikan namun nilai kebaikannya diperuntukkan pada orang lain.”

Mari kita berbuat sesuatu untuk kebahagiaan diri kita di dunia dan akhirat kita. Yakinkan bahwa semua yang kita lakukan adalah amal kebaikan yang akan menjadi bekal kita menuju alam keabadian, menghadap kepada Allah dan mempertanggungjawabkannya secara penuh.

Jangan sampai hanya kata orang kita itu bahagia sementara dalam nyatanya kita menderita. Jangan hanya anggapan orang kita itu baik, namun ternyata menurut Allah kita adalah orang tak baik. Satunya niat dan amal menjadi sangat perlu untuk selalu diperhatikan.

Kita saling berdoa ya, semoga kita senantiasa tidak termasuk orang yang merugi di dunia dan akhirat kelak. Tabungan amal untuk kesehatan dan keselamatan jiwa kita harus selalu lebih semangat kita tingkatkan melebihi semangat kita meningkatkan tabungan harta yang hanya untuk perut kita.

Perut kita hanya butuh tiga piring sehari semalam sepanjang hidup kita yang sulit mencapai angka satu abad, sementara jiwa kita membutuhkan makanan jiwa sesering dan sebanyak mungkin untuk sehat dan selamat selama-lamanya. Salam, AIM@Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2285976/merugi-di-dunia-dan-akhirat#sthash.tpABVVSk.dpuf