Metode Beriman kepada Malaikat (Bag. 2)

Baca pembahasan sebelumnya Metode Beriman kepada Malaikat (Bag. 1)

Beriman secara keseluruhan, tanpa membeda-bedakan

Termasuk dalam iman kepada malaikat secara global (mujmal) adalah beriman kepada seluruh malaikat, tanpa membeda-bedakan, hanya beriman kepada malaikat tertentu, dan mengingkari malaikat yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat.” (Mereka berdoa), “Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]: 285)

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يَكْفُرْ بِاللّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 136)

Oleh karena itu, wajib beriman terhadap seluruh malaikat, tanpa membeda-bedakan satu pun di antara malaikat dalam masalah keimanan ini. Membeda-bedakan ini bisa jadi dalam masalah jumlah (kuantitas) dan bisa jadi dalam masalah sifat.

Dalam masalah jumlah (kuantitas), misalnya hanya beriman kepada sebagian malaikat saja, dan mengingkari sebagian malaikat yang lain. Yang semacam ini berarti bertentangan dengan ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, bahwa keimanan kepada malaikat itu mencakup iman kepada seluruh malaikat, tanpa membeda-bedakan.

Beberapa bentuk terlarang yang terkait dengan melekatkan sifat tertentu kepada malaikat

Beberapa bentuk terlarang yang terkait dengan melekatkan sifat tertentu kepada malaikat adalah:

Pertama, keyakinan bahwa malaikat itu memiliki hak untuk diibadahi

Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk beriman kepada malaikat, dan juga memerintahkan kita untuk tidak menjadikan malaikat sebagai Rabb yang disembah, dan melarang kita dari menjadikan mereka sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 285)

Allah Ta’ala memperingatkan,

وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَن تَتَّخِذُواْ الْمَلاَئِكَةَ وَالنِّبِيِّيْنَ أَرْبَاباً أَيَأْمُرُكُم بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?” (QS. Ali ‘Imran [3]: 80)

Malaikat tidaklah memiliki sifat yang hanya khusus dimiliki oleh Allah Ta’ala, baik dalam hal uluhiyyah maupun rububiyyah. Malaikat tidak memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah, yang itu khusus untuk Allah Ta’ala. Sehingga kita katakan, “Jangan sujud kepada malaikat, jangan shalat kepada malaikat, dan jangan berdoa meminta kepada malaikat.” Inilah hakikat tauhid. Dan perkataan semacam ini tidaklah menunjukkan rendahnya kedudukan malaikat atau berarti mencela mereka. Sama sekali tidak.

Kedua, keyakinan bahwa malaikat itu adalah anak perempuan Allah

Ini adalah keyakinan sebagian kaum musyrikin Arab. Ketika mereka meyakini bahwa malaikat itu berjenis perempuan, lalu mereka meyakini bahwa malaikat itu adalah anak perempuan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءاً إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ

“Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).”

أَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍ وَأَصْفَاكُم بِالْبَنِينَ

“Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki.”

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلاً ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ

“Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah, jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.” (orang musyrik dulu sangat benci memiliki anak perempuan, pent.)

أَوَمَن يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ

“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran.”

وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثاً أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.”

وَقَالُوا لَوْ شَاء الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُم مَّا لَهُم بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan mereka berkata, “Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 15-20)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Allah Ta’ala menceritakan tiga perkataan mereka berkaitan dengan malaikat yang mencapai puncak kekafiran dan kedustaan. Pertama, (1) mereka menjadikan malaikat sebagai anak perempuan Allah. Sehingga (2) mereka meyakini Allah memiliki anak. Dan anak Allah itu berjenis perempuan. Kemudian (3) mereka menyembah malaikat di samping menyembah Allah. Setiap perkataan itu cukup menjadikan mereka kekal di neraka. Kemudian Allah berkata dalam rangka mengingkari keyakinan mereka,

أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ

“Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?” (QS. Ash-Shaaffat [37]: 153)

Maksudnya, apa yang menyebabkan Allah lebih memilih (memiliki) anak perempuan daripada anak laki-laki?” (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 42)

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُم بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلآئِكَةِ إِنَاثاً إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلاً عَظِيماً

“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya).” (QS. Al-Isra’ [17]: 40)

Ath-Thabari rahimahullah berkata,

“Allah Ta’ala mengatakan kepada orang-orang musyrik yang membuat kebohongan atas nama Allah sebagaimana yang kami sebutkan, “Sesungguhnya kalian, wahai manusia, sungguh perkataan kalian “malaikat itu anak perempuan Allah” adalah perkataan yang amat besar (dosanya). Kalian membuat kebohongan atas nama Allah Ta’ala.” (Tafsir Ath-Thabari, 17: 453)

[Bersambung]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Haqiqatul Malaikat karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najarhal. 35-38. Kutipan-kutipan dalam artikel di atas adalah melalui perantaraan kita tersebut.

Sumber: https://muslim.or.id/69524-metode-beriman-kepada-malaikat-bag-2.html