Mufti Zimbabwe Sebut Penceramah Agama Tak Seharusnya Menyebut Covid-19 Hoaks

Pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum usai. Justru hari-hari terakhir ini kian bertambah orang positif—terjangkit Covid-19. Pada sisi lain, korban yang meninggal akibat Covid-19, sepanjang bulan Juni-Juli terus bertambah. Total angka kematian mencapai 69.210 jiwa. Belum lagi kondisi rumah sakit yang full pasien. Dan juga kelangkaan oksigen untuk  mereka korban sesak pernapasan.

Meski sudah ribuan nyawa yang melayang. Jutaan orang yang positif. Dan jutaan pula yang dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri, tapi masih ada saja orang yang tak percaya Covid-19 ini. Tak sedikit jumlahnya orang yang denial atas Covid-19. Mereka menyangkal keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Mereka yang denial itu datang dari latar belakang berbeda-beda. Ada dari kalangan dokter. Ada karwayan. Kelompok penceramah agama, juga banyak yang menyangkal Covid-19. Terlebih masyarakat umum, tak sedikit yang menafikan keberadaan Covid-19 ini.

Untuk mereka yang tak denial terhadap Covid-19— terutama penceramah agama dan orang-orang yang membawa motif agama—, saya harapkan Anda untuk sudi mendengarkan dan membaca nasihat dari ulama besar, Mufti Ismael Menk. Seorang mufti agung dari Zimbabwe.

Ismail Menk termasuk orang yang pada awalnya denial  terhadap Covid-19.  Mufti Agung yang berasal dari Zimbabwe ini mengira bahwa  Covid-19 adalah hoaks yang besar. Pun ia sempat berpikir bahwa Covid-19 adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan.

Namun, mufti agung ini mulai berpikir secara mendalam. Apa penyebabnya? Syekh Ismael Menk sadar posisinya sebagai seorang tokoh agama. Yang memiliki jutaan pengikut. Umat yang senantiasa menunggu pelbagai fatwanya. Ia merasa iba hati bila umat salah tafsir terhadap Covid-19 ini.

Kemudian di tahun 2020 itu—awal-awal  kemunculan Covid-19—, ulama besar ini mulai melaksanakan observasi terkait virus Corona itu. Di tahun itu juga  ia juga melakukan sedikit riset. Agar memperoleh fakta valid terkait pandemi ini.

Langkah itu ternyata memberikan hasil. Setelah melakukan observasi, penelitian, dan berbicara dengan epidemolog, Ia meyakini  bahwa Covid-19 itu nyata dan berbahaya. Dalam sekejap mengubah pemikirannya. Yang awalnya ragu dan menganggap bohong, kini ia telah mantap membenarkan keberadaa Covid-19.

Lebih lanjut, Syekh Ismael Menk juga menyesalkan tindakan kaum agamawan, terutama yang menyebarkan Covid-19 sebagai hoaks. Padahal mereka belum melaksanakan observasi dan riset mendalam.”Sebagai pemimpin (pemimpin umat) Anda seharusnya jangan mengeluarkan kata kata itu, “ katanya menyesalkan perbuatan itu.

Teruntuk para  kaum agamawan dan siapapun yang menganggap Covid-19 konspirasi, Ismael Menk memberikan pesan. Mungkin saja ada teori konspirasi di balik Covid-19. Mungkin saja ada motif yang bertujuan ekonomi dan politik, tetapi itu bukan bidang Anda. Yang harus diperhatikan oleh seorang ulama dan penceramah agama adalah fakta di lapangan.

Ada umat di sana. Jutaan pasien terjangkit Covid-19. Ribuan nyawa melayang. Orang tua kehilangan anaknya. Ibu berpisah dari buah ahtinya. Anak kehilangan bapak dan ibunya. Virus semakin menggila. Itulah fakta ril di lapangan.

Anologi sederhana. Ketika terjadi kebakaran besar di semak-belukar di Australia. Pihak Australia bisa saja menyalahkan siapa saja, dan menganggap ada konspirasi besar.Pun misalnya, di Indonesia ada kebakaran besar, siapa saja silahkan menyebutkan ada konspirasi besar di balik itu semua.

Tetapi penting dicatat, kebakaran itu kemudian jadi bencana bagi kemanusiaan. Bukan hanya bencana bagi Australia dan Indonesia. Tapi  bencana kemanusiaan bagi dunia. Yang terpenting bagi kita adalah untuk menyelamatkan nyawa. Menjaga lisan agar tak memberikan nasihat yang keliru.

Dan untuk Penceramah agama yang menakutkan orang lain menggunakan dalil agama. Menyebutkan Covid-19 konspirasi, lantas mengutip ayat dan hadis yang keliru. Itu sungguh perbuatan tak terpuji. Bagaimana mungkin seorang paham agama melakukan perbuatan itu?

Pada masyarakat umum, Covid-19 ini adalah urusan ahli medis dan kesehatan. Mereka orang yang berwenang bicara dan memiliki otoritas. Maka dengarkanlah dan ikuti perintah mereka. Merekalah pemimpin kita di tengah pandemi Covid-19.

Pada umat Islam, Mufti  Ismael Menk berpesan. Jaga jarak ketika berbicara. Agar manusia lain tidak tertular virus. Sembari itu, jangan lupa memakai masker. Pasalnya, masker menurut pakar kesehatan, itu akan bermanfaat  bagi Anda.

Saban orang pasti ingin sakit. Meskipun seseorang menjadi direktur di 12 rumah sakit, lengkap dengan ICU nya. Tetapi si direktur itu pasti tidak ingin masuk rumah sakit, bukan? Nah Anda pun yang sehat, jangan sekali-kali menimbulakn penyakit pada orang lain.

Terutama pada mereka yang rentan, karena ada komorbid. Pun orang yang lanjut usia.  Jangan sekali-kali membuat mudharat bagi makhluk Allah lain. Pasalnya, itu perbuatan terkutuk. Nasihat dan petuah bijak ini diutarakan oleh Mufti Zimbabwe, Ismail ibn Musa Menk, yang dinukil dari video Youtube Cordova Media. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH