Tiga Prioritas Rasulullah Saat Tiba di Madinah

Muhammad di dalam Alquran

Allah hanya menyebut nama Nabi dengan Muhammad empat kali dalam Alquran.

Gegap-gempita menyambut kelahiran Nabi masih seperti tahun-tahun yang lewat. Perayaan maulid dilaksanakan di mana-mana. Lantunan pujian-pujian mengangkasa sebagai lambang patuh, cinta, dan rindu. Setiap kali kisah perjuangan Nabi dibaca, selalu saja menimbulkan histeria, seolah Nabi ada di tengah-tengah yang membacanya.

Namun, Allah hanya menyebut nama Nabi dengan Muhammad empat kali saja dalam Alquran. Ini tentu unik dan menarik. Di dalam Alquran,   yang kepada Nabi diturunkan dan yang berbicara tentang Nabi sebagai teladan, nama Muhammad tak sebanyak nama Adam yang berulang 25 kali dalam Alquran. Namun begitu kata Muhammad sambung-menyambung diucapkan dalam shalawat ketika shalat atau lantunan adzan dari titik bumi yang satu ke titik bumi yang lain.

Berdasarkan nomor urut surat, inilah empat ayat dalam empat surat nama Muhammad dalam Alquran. Pertama, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS  Ali Imran/3: 144). Ayat ini, menurut Syaikh Nawawi dalam Tafsir Munir, maknanya sebelum Muhammad telah berlalu para rasul Allah yang seumpama  beliau. 

Kedua, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS  al-Ahzab/33: 40). Ayat ini tegas menyatakan bahwa Nabi adalah seorang rasul dan penutup para Nabi. Nabi bukanlah bapak dari seorang laki-laki, yakni Zaid yang tak lain anak angkat beliau.

Oleh karena itu, tulis pengarang Tafsir Jalalain, Muhammad bukan bapak bagi Zaid. Zaid bukanlah anaknya, maka tidak diharamkan bagi Nabi untuk mengawini bekas istri anak angkatnya yaitu Zainab. Karena, kata Syaikh Nawawi, Muhammad itu bukanlah bapak yang sebenarnya bagi Zaid. Zaid yang dimaksud di sini adalah Zaid bin Haritsah (wafat 629 Masehi). Zainab adalah bekas istri Zaid yang kemudian menikah dengan Nabi. Zainab binti Zahsy wafat pada 641 Masehi di Madinah.

Ketiga, “Dan orang-orang mukmin dan beramal saleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS  Muhammad/47: 2). 

Ayat ini menegaskan dua keuntungan jadi umat Muhammad. Pertama, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Kedua, Allah memperbaiki keadaan mereka sepanjang mereka beriman kepada Allah, berbuat baik, dan beriman kepada Alquran. Menurut Syaikh Nawawi, mereka juga mendapat pahala. Pahala yang diperoleh karena penyesalan mereka dulu pernah berbuat dosa.

Keempat, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang (kepada) sesama mereka.” (QS  al-Fath/48: 29).

Bagi Syaikh Nawawi, ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang yang bersama Muhammad menampakkan sikap keras terhadap para  penentang agama yang dibawa Muhammad.  Sebaliknya mereka menampakkan sikap kasih sayang terhadap mereka yang seagama. Bukan sebaliknya, seperti sering terjadi pada hari ini dengan dalih toleransi.

Kalau ditelusuri empat ayat tentang Muhammad berisi tentang Muhammad seorang rasul, Muhammad bukan bapak bagi Zaid, Muhammad menerima wahyu Alquran, dan umat Muhammad keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka.

Oleh  Syamsul Yakin

Kabar