MUI Kaji Ideologi Aliran Gafatar

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sedang mengkaji keterkaitan ideologi organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dengan hilangnya sejumlah orang di berbagai daerah. Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis mengatakan hingga kini MUI masih melakukan kajian mendalam terkait gerakan dan ideologi Gafatar.

“Masih kita kaji aliran ideologinya,” kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (10/1).

Berkaitan dengan orang hilang, Cholil mengakui memang ada beberapa organisasi dengan ideologi dan aliran tertentu yang menjurus pada penghilangan orang atau kabur dari rumah tinggalnya. “Aliran seperti ini memang sedang tumbuh subur di Indonesia,” katanya.

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari beberapa hal penyebab. Pertama tingginya semangat keagamaan tapi tidak dibarengi pemahaman agama yang baik. Kedua orang dengan semangat keagamaan yang tinggi tidak terbiasa mencari guru agama yang terbaik.

“Ketiga, fenomena sosial dan kekecewaan terhadap kelompok agama dominan dan keempat minimnya wawasan dan referensi keagamaan,” kata dia.

Namun, Kiai Cholil menyebut, bagaimana pun kasus orang yang hilang dari rumahnya bisa menjadi tindak pidana yang sangat mungin diusut pihak kepolisian.

Saat ini masyarakat sedang diresahkan dengan hilang atau kaburnya beberapa orang dari kediamannya. Sebelumnya dokter asal Lampung, Rica Tri Handayani bersama anaknya dikabarkan hilang di Jogja pada 30 Desember lalu. Selain Rica, Diah Ayu Yulianingsih juga dikabarkan hilang bersama utrinya pada 11 Desember lalu.

Beberapa pihak mengkaitkan kejadian hilang atau kaburnya beberapa orang ini dengan merebaknya organisasi dengan paham aliran agama menyimpang atau jaringan terorisme. Sebagian lain menyebutkan keterlibatan organisasi Gafatar ini terkait kelompok aliran Al-qiyadah Al Islamiyah yang disebarkan Ahmad Musadeq, yang sempat mengakui diri sebagai nabi terakhir atau mesiah.

 

sumber: Republika Online