Nafkahkanlah Sebagian Harta yang Kamu Cintai

BERKEBUN, bertani serta berdagang adalah sumber penghasilan yang utama pada masa Rasulullah. Lahan pertanian merupakan harta yang sangat berharga dan penting pada masa itu. Karena dari berkebun, bertani, serta berdaganglah mereka bisa mencukupi keluarganya.

Abu Thalhah radhiyallahu’anhu ‘anhu adalah salah seorang sahabat Anshar yang paling banyak memiliki pohon kurma di Madinah. Kebun yang paling ia sukai adalah kebun Bayruha’ yang menghadap (dekat) masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering masuk ke dalamnya dan berteduh di sana serta minum air bersih yang berada di dalamnya.

“Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran Ayat 92)

Mengetahui turunnya ayat itu, Abu Thalhah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat (yang artinya) kepadamu: ‘Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’ Dan bahwasanya kekayaanku yang paling kucintai adalah kebun Bayruha’, dan kebun itu aku sedekahkan karena Allah dan aku mengharap kebaikan darinya sekaligus sebagai simpanan di sisi Allah. Oleh karena itu pergunakanlah ya Rasulullah, sesuai dengan petunjuk Allah yang diberikan kepadamu.”


Rasulullah menjawab, “Inilah harta yang diberkahi. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan tadi, dan aku berpendapat, hendaklah engkau membagikannya kepada kerabat.”

Thalhah berkata, “Aku akan kerjakan, ya Rasulullah.” Kemudian Abu Thalhah membagikan kebun itu kepada kerabat dan sepupu-sepupunya. Ia juga memberikan kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah memberikan bagiannya tersebut kepada Hasan bin Tsabit. []

Sumber: Walid al-A’zhami. 2016. Nabi Muhammad di Hati Sahabat. Jakarta: Qalam

ISLAMPOS