Nilai Amal Sebanding dengan Niat

AMAL atau perbuatan dapat bernilai ibadah apabila pelakunya mendasarkan amal tersebut dengan niat. Pun meninggalkan suatu perbuatan tercela akan menghasilkan pahala bila ia menyertakan niat karena Allah dalam meninggalkan perbuatan tercela tersebut. Alhasil, semua amal atau perbuatan kita sehari-hari dapat menghasilkan pahala, bukan?

Kita melakukan suatu hal yang terpuji dengan niat karena Allah. Kita juga meninggalkan perbuatan tercela karena Allah. Dan kita melakukan perbuatan mubah dengan menyertakan niat mencari ridha Allah. Maka, alhamdulillah, segala laku perbuatan kita mendatangkan pahala.

Maka kita dalam sehari-hari dapat mendulang pahala dari niat kita. Padahal tidak dalam 24 jam kita shalat tanpa henti, bukan? Atau tidak dalam 24 jam kita terus menerus membaca Al Quran, bukan? Tidak juga sedekah atau yang lain. Apapun halnya yang kita kerjakan meliputi amal yang disyariatkan dan yang mubah, maka kita berpeluang besar mendapatkan pahala Allah.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah pernah berkata, “Yang benar adalah, meninggalkan suatu amalan tanpa disertai niat tidak akan mendapatkan pahala. Anda hanya mendapat pahala bila Anda secara sadar meninggalkan hal tersebut. Maka barangsiapa di harinya tidak terbetik sama sekali tentang suatu amal maksiat, tentu tidak sama dengan orang yang mengingatnya, lalu ia menahan diri dari perbuatan maksiat tersebut karena takut kepada Allah”.

Perkataan Imam Ibnu Hajar mengarahkan pada makna bahwa sangat penting menghadirkan niat baik (karena Allah) dalam setiap aktifitas kita. Tanpa perlu waktu dan tenaga berlebih, kita dapat dengan mudah mendulang pahala.

Allahu Alam