Orang Lain Bisa Dibohongi, Diri Sendiri tak Bisa

MUNGKIN manusia bisa membohongi orang lain, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Didalam hatinya ada pengadilan yang akan mengadilinya sebelum menghadapi Mahkamah Agung dihadapan Allah swt.

“Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu mencela (dirinya sendiri).” (QS.Al-Qiyamah:1-2)

Itulah kenapa Allah menggandengkan Hari Kiamat dengan Nafsil Lawwamah (Jiwa Manusia yang Mencela Dirinya). Setiap kali berbuat salah, hati kecil kita pasti mencela dan menyesali perbuatan itu. Dan ternyata, rasa penyesalan ini adalah hukuman pertama atas kesalahan yang kita perbuat.

Semua orang pasti mengalami kegelisahan yang sangat ketika pertama kali berbuat dosa. Jiwanya terus menyalahkan, hati kecilnya berontak dan mengadili kesalahan itu. Disaat seperti ini jalan untuk kembali masih mudah karena fungsi Nafsil Lawwamah nya belum mati.

Namun jika dosa itu terus terulang, maka rasa penyesalan itu semakin hilang. Hati kecil yang mencela keburukan itu semakin redup. Tak ada lagi rasa gelisah jika bersalah. Dalam posisi ini, jalan untuk kembali semakin sulit.

Hilangnya rasa penyesalan ini adalah hukuman yang lebih berat dari sekedar kegelisahan, karena Allah telah mencabut fungsi Nafsil Lawwamah yang selalu mengingatkan kesalahan dan Membiarkannya terjerumus dalam kemaksiatan. Baginya semua dosa ini adalah hal yang wajar. Tidak ada lagi antibody yang menahannya untuk berbuat buruk.

Selain Mahkamah Hati, ada juga Mahkamah Agung yang menanti di Hari Pembalasan. Terlalu banyak saksi yang akan berbicara tentang apa yang selama ini kita lakukan. Mulai bumi hingga anggota badan kita sendiri.

Jika manusia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bagaimana ia akan membohongi Tuhan yang memiliki banyak saksi?

“Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.” (QS.Al-Qiyamah:14-15). [Khazanahalquran]

 

MOZAIK INILAHcom