Masuk Surga Bersama Musa

Pelajaran berharga dari kisah ini adalah, barang siapa meminta kepada Allah atas perkara-perkara yang tinggi, niscaya akan dikabulkan walaupun dia tidak mencapai derajat orang-orang yang berhak meraih derajat tersebut. Ada orang yang berdoa ingin mati syahid. Allah akan mengabulkannya meskipun orang itu mati di atas tempat tidurnya. Ada pula yang meminta mencapai derajat ulama atau orang yang dermawan. Allah akan mewujudkannya walau pun tidak beramal seperti ulama ataupun orang dermawan.

Seperti wanita tua tadi, beberapa sahabat berambisi meraih derajat tinggi. Di antara mereka adalah Ukasyah bin Mihshan. Dia memohon kepada Rasulullah agar termasuk dalam 70 ribu golongan manusia terpilih yang masuk surga tanpa hisab.

Wajah mereka seperti wajah rembulan di malam purnama. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah. Lalu, Rasulullah menyampaikan kepada Ukasyah bahwa dia adalah satu dari mereka.

Abu Bakar berambisi dipanggil dari segala pintu surga. Termasuk pula sahabat yang memohon kepada Rasulullah agar bisa menemaninya di surga. Lalu, beliau bersabda, “Bantulah aku atas diri mu dengan memperbanyak sujud.”

Doa merupakan senjata orang beriman. Umat Islam diminta terus ber doa kepada Allah. Mintalah apa saja yang diinginkan. Ada yang mengucapkan shalawat. Ada pula yang meminta dilimpahkan rizki penuh berkah. Semua permintaan itu akan sampai kepada Sang Pencipta. Allah kemudian mengabulkan permintaan mereka.

Permintaan itu bermula dari perjalanan Musa bersama Bani Israil meninggalkan Mesir. Di pertengahan jalan mereka selalu tersesat. Kemudian, ulama Bani Israil mengingatkan Musa bahwa mereka pernah berjanji untuk membawa serta jasad Nabi Yusuf menuju Yerusalem.

Memaknai Hidup

1) Hidup akan bermakna jika anda BELAJAR. Apa yang tidak anda ketahui tidak akan melukai anda. Anda harus tetap belajar agar eksis, dan sukses.

Hidup terasa bermakna jika anda belajar dari pengalaman anda sendiri, baik yang negatif dan positif. Kita belajar bagaimana melakukan hal yang benar, dimana terkadang melakukan kesalahan terlebih dahulu. Kita juga belajar dari pengalaman orang lain, apakah yang positif atau negatif.

Kita belajar dari apa yang kita lihat – perhatikan.Melalui apa yang kita dengar – menjadi pendengar yang baik. Kita belajar dari apa yang kita baca. Belajar dari banyak sumber. Belajar dari guru, lagu dari pembicaraan dengan orang-orang yang peduli. Teruslah belajar.

2) Hidup akan bermakna jika anda MENCOBA. Tidak hanya dengan belajar;anda juga harus mencoba untuk mengetahui apakah anda bisa melakukannya. Cobalah melakukan sesuatu yang berbeda, mencoba membuat beberapa kemajuan, mencoba belajar beberapa keterampilan baru.

Tidak berarti anda harus mencoba semuanya, tapi ada banyak hal yang bisa anda lakukan, jika anda mau mencobanya. Mencoba yang terbaik. Kerahkan seluruh upaya.

3) Hidup akan bermakna jika anda PEDULI. Peduli untuk memberikan hasil terbaik. Peduli melakukan perubahan. Peduli untuk menjadi pemenang

Oleh: Jim Rohn

Sumber:www.woopindo.com, Diterjemahkan oleh: Iin (Tim Pengusahamuslim.com)

Read more https://pengusahamuslim.com/509-hidup-akan-bermakna-jika-anda.html

Ja’far Bin Abi Thalib, Sang Politisi Terkenal

Setiap membuka lembar emas periode sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, selalu saja membuat hati tersentuh betapa mereka pribadi mulia yang gigih membela Islam. Hingga Rasul-Nya mewasiatkan umat Islam agar menjaga hak-hak mereka, mengetahui keutamaan mereka dan melarang mencela para sahabat.

Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu berkata, “Janganlah kalian mencela sahabat Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam Sesungguhnya kedudukan salah seorang di antara mereka lebih baik dari amal kalian seluruhnya” (Ash Sharimul Maslul’ala Syatimir Rasul, hal : 570).

Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim telah meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dalam bab keutamaan-keutamaan para Sahabat, dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, bersabda: “Janganlah kalian mencela para Sahabatku. Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, tidaklah sampai (menyamai) satu mudd (satu cakupan dua tangan, pent) infak mereka, tidak pula setengahnya” (HR. Al-Bukhari, bab Fadhailush shahabahFathul Bari 7/21 hadits No. 3673 dan Muslim: Fadhailush shahabah4/1967 hadits nomor 221 dan 222).

Diantara sosok yang lekat di hati beliau adalah Ja’far bin Abi Thalib. Dia sangat mirip dengan  beliau. Ja’far bin Abi Thalib diasuh oleh Abu Bakar Ash Shidiq sebelum Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam masuk ke Darul Arqam. Saat intimidasi kafir Quraisy bertambah gencar, Ja’far bin Abi Thalib  bersama istrinya Asma’ binti ‘Umais serta serombongan kaum muslimin berhijrah ke Habasyah. Mereka mendapat perlindungan Raja Najasyi hingga dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Ketika orang-orang Quraisy mengetahui keberadaan mereka, mereka mengutus ‘Amr bin Al Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah untuk memprovokasi sang raja agar mengusir kaum muslimin. Berkat taufiknya serta kecerdasan Ja’far bin Abi Thalib raja membenarkan keyakinan kaum muslimin.

Di hadapan majelis para pejabat dan uskup dengan percaya diri dan penuh kesopanan Ja’far berkata, “Tuanku, dahulu kami adalah suatu kaum yang bodoh, kami menyembah patung-patung berhala, memakan bangkai dan tidak segera melakukan berbagai kejahatan. Kami biasa memutus hubungan kekerabatan, tidak mau ambil peduli dengan kerepotan tetangga, dan yang kuat menindas yang lemah. Dalam keadaan demikian, Allah mengutus kepada kami seorang Rasul yang kami kenal baik keramahan keluarganya serta terjamin kejujuran, ketulusan dan amanahnya. Kami diajak untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan penyembahan terhadap batu-batu dan patung. Beliau menyuruh kami jujur dalam berbicara, menyampaikan amanah, menyambung tali persaudaraan dan berbuat baik kepada tetangga. Beliau melarang kami berbuat keji, menghindari pertumpahan darah, tidak menyebarkan kata-kata fitnah, mengadu domba atau berdusta. Beliau juga melarang memakai harta anak yatim atau menuduh orang-orang yang tidak bersalah dengan keburukan, mengabdi kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya kami percaya adanya dan mau mengikuti ajaran yang dibawanya. Kami menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan yang diharamkan. Ketika kaum kami melihat kami beriman kepadanya, mereka menyiksa kami dengan sewenang-wenang untuk mengembalikan pada kebodohan, yaitu penyembahan berhala. Penindasan mereka semakin menjadi-jadi seiring keteguhan kami untuk membenarkan ajaran Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam. Tak ada satu pun mereka lewatkan untuk menganiaya kami. Bahkan mata pencaharian kami pun dihalang-halangi. Ketika sudah tidak tahan lagi dizalimi, ditindas dan dihalang-halangi dalam beragama, kami lari ke negeri Tuan. Kami mengutamakan negeri ini daripada lainnya, karena kami telah mendengar kebijaksanaan Anda. Kami berharap bisa bernaung di bawah pemerintah Tuan” (Dibawah Naungan PedangAbu Royhan, hal. 387 – 388).

Demikianlah untaian kata-kata Ja’far yang membuat Negus Ashamah kagum. Terlebih lagi ketika beliau membaca surat Maryam ayat 1-15, penguasa itu menangis terharu dan membenarkannya. Akhirnya ia melindungi kaum muslimin dan mereka tinggal di Habasyah dengan penuh kedamaian serta mampu melaksanakan ajaran Islam. Utusan Quraisy itupun akhirnya kembali dengan terhina dan semua hadiah dikembalikan.

Ada lagi keistimewaan Ja’far, beliau sangat penyayang dan menyantuni orang-orang miskin. Beliau pun mujahid tangguh yang berjihad dalam menegakkan kalimat tauhid hingga ke Roma. Mereka berhadapan dengan Raja Hercules yang memiliki tentara ± 200 ribu. Beliau bertempur habis-habisan hingga gugur sebagai syuhada. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, bersabda: Sungguh aku melihat Ja’far bin Abu Thalib di surga. Ia memiliki dua sayap yang berlumuran darah. (Sirah Sahabat, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, halaman: 424).

Demikianlah akhir kisah Ja’far, pribadi yang fasih tutur katanya, tepat argumentasinya dan sosok rendah hati yang juga sigap dalam berperang. Semoga kisah ini menginspirasi generasi muslim untuk lebih fokus meneladani para sahabat.

 

Referensi :

  1. Sirah Sahabat (terjemah). Abdurrahman Ra’fat Basya, Pustaka Al-Haura, Yogyakarta, 2013.
  2. Di Bawah Naungan Pedang. Penyadur. Abu Royhan, dkk. Sketsi Publishing, Cilacap, 2013.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/10337-jafar-bin-abi-thalib-sang-politisi-terkenal.html

Sering Terjadi Gempa, Pertanda Kiamat?

Salah satu tanda kiamat dan akhir zaman adalah banyaknya terjadi gempa bumi. Terdapat beberapa nash yang menjelaskan hal ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ

‘Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat yang lain disebutkan gempa bumi terjadi dalam waktu yang cukup lama selama beberapa tahun.

Dari sahabat Salamah bin Nufail as-Sakuni radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ

“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam… (lalu beliau menuturkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang sangat dahsyat, dan setelahnya terjadi tahun-tahun yang dipenuhi dengan gempa bumi.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan gempa bumi terjadi hampir di seluruh penjuru bumi. Beliau berkata,

قد وقع في كثير من البلاد الشمالية والشرقية والغربية كثير من الزلازل، ولكن الذي يظهر أن المراد بكثرتها: شمولها، ودوامها

“Sungguh gempa banyak terjadi pada negara-negara di utara, timur dan barat, namun yang nampak dari maksudnya lafadz ‘banyak’ adalah mencakup keseluruhan dan terjadi terus-menerus.” (Fahul Bari 31/93-94)

Apabila kita mendengar kabar adanya orang yang terperosok ke dalam belahan bumi akibat gempa yang dahsyat, maka ini juga termasuk tanda dekatnya hari kiamat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مَسْخٌ وَخَسْفٌ وَقَذْفٌ

“Menjelang tibanya hari Kiamat akan ada (orang-orang) yang dirubah bentuknya, ditenggelamkan ke dalam bumi, dan dilempari batu.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Secara umum tanda kiamat adalah terjadinya gempa bersama bencana dan masalah-masalah yang besar.

Abdullah bin Hawalah radhiallahu ‘anhu berkata,

وَضَعَ رَسُـوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْ عَلَى رَأْسِي -أَوْ عَلىَ هَامَتِي- فَقَالَ: يَا ابْـنَ حَوَالَةَ! إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ نَزَلَتِ الأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ، فَقَدْ دَنَتِ الزَّلاَزِلُ وَالْبَلاَيَـا وَاْلأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدَيَّ هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangannya di atas kepalaku, lalu beliau berkata, ‘Wahai Ibnu Hawalah! Jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di atas bumi-bumi yang disucikan, maka telah dekatlah gempa, bencana dan masalah-masalah besar, dan hari Kiamat saat itu lebih dekat kepada manusia daripada dekatnya kedua tanganku ini dari kepalamu.’” (HR. Ahmad, shahih)

Hendaknya kita banyak intropeksi diri apabila terjadi banyak gempa di daerah kita. Bisa jadi ini merupakan tanda dan peringatan kepada kita semua agar kembali kepada Allah dan bertaubat.

Ibnu Mas’ud berkata ketika terjadi gempa,

يا أيها الناس ! إن ربكم يستعتبكم فأعتبوه

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah menginginkan kalian untuk kembali, maka kembalilah pada-Nya.” (Tafsir At-Thabari 17/478)

Demikian semoga bermanfaat

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/42830-sering-terjadi-gempa-pertanda-kiamat.html

Kisah Bani Israil yang Mendapat Ujian

Rasulullah pernah mengisahkan tentang tiga orang dari Bani Israil. Sepertinya ketiga orang ini dari satu kota dan masing-masing mengenal kedua temannya.

Allah menguji mereka dengan penyakit dan kemiskinan. Malaikat mendatangi mereka satu per satu, menanyai masing-masing tentang permintaannya dan akan mewujudkan semua keinginan mereka.

Orang yang berpenyakit lepra meminta agar mendapatkan kesembuhan. Penyakit ini membuat masyarakat menjauhinya. Dia meminta diganti warna yang baik dan juga kulit yang baik. Lalu, malaikat mengusapnya dan orang berpenyakit lepra ini menjadi seperti yang dia inginkan.

Malaikat bertanya tentang harta yang paling disukainya. Dia memilih unta atau sapi. Permintaannya diwujudkan. Orang itu mendapatkan hewan ternak yang bunting.

Kemudian malaikat mendatangi orang Bani Israil yang kepalanya botak. Dia meminta rambut yang indah. Malaikat mengusapnya. Rambut indah tumbuh menutupi kulit kepala.Orang ini juga meminta sapi untuk menjadi ternak. Maka malaikat membawakannya sapi bunting.

Setelah itu malaikat mendatangi orang terakhir yang buta. Dia meminta bisa melihat lagi. Malaikat mengusap nya dan penglihatannya normal kembali. Tak seperti yang lain, orang ini lebih memilih kambing sebagai hewan ternak.

Tahun-tahun berlalu, Allah kemudian memberkahi mereka dengan hartanya. Masing-masing memiliki satu lembah dari harta yang diterimanya. Orang pertama memiliki unta sepenuh lembah, yang kedua memi liki sapi sepenuh lembah, dan yang ketiga memiliki kambing sepenuh lembah.

Diuji malaikat

Setelah mereka semua sehat dan kaya raya, malaikat mendatangi mereka. Malaikat datang kepada masing-masing dalam bentuk mereka sebelum mereka sehat dan kaya.

Malaikat datang kepada orang pertama dalam bentuk dirinya yang dahulu, saat dia terkena lepra. Malaikat meminta kepadanya dengan nama Tuhan yang memberinya warna yang bagus, kulit yang mulus, serta harta yang banyak, agar memberinya seekor unta tunggangan untuk melanjutkan perjalanan.

Laki-laki ini mengingkari nikmat Allah atasnya dan apa yang Dia berikan kepadanya. Dia pelit, tidak mau memberi kepada orang yang tertimpa penyakit seperti yang pernah menimpanya dulu.

Dia beralasan bahwa kewajiban- kewajibannya sangat banyak. Pada saat itu malaikat berkata kepadanya, Sepertinya aku mengenal Anda. Bukankah anda dulu adalah laki-laki berpenyakit lepra yang dijauhi oleh orang-orang, yang miskin Allah memberi Anda?

Orang ini tidak mengakui keadaan yang pernah dialaminya. Dia mengakui sebaliknya. Dia mengklaim bahwa harta yang dimilikinya adalah har ta lama yang diwarisinya dari nenek moyangnya. Malaikat mendoakan nya agar dia menjadi seperti sedia kala jika dia berdusta.

Kemudian malaikat datang kepada si botak. Keadaannya sama persis dengan keadaan temannya. Penging karan dan kekikiran, kesesatan dari jalan yang lurus.

Sedangkan orang yang tidak bisa melihat, dia pemilik jiwa yang suci ber sih penuh dengan iman dan takwa.Dia memandang si peminta, dia teringat keadaannya dahulu semasa dia masih buta dan diberi harta yang telah diberikan.

Dia menceritakan keadaan sebenar nya kepada pengemis ini. Dahulu aku adalah seorang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku dan aku miskin, lalu Allah membuatku kaya.

Si buta tidak hanya memberi satu ekor kambing. Dia memberi pilihan ke pada peminta untuk mengambil atau membiarkan sesukanya. Dia ber kata kepada peminta, Ambil apa yang kamu mau. Demi Allah, aku tidak mempersulit dirimu dengan memintamu mengembalikan apa yang kamu ambil karena Allah.

Pada saat itu malaikat membuka hal yang sebenarnya kepadanya. Dia berkata kepadanya, Peganglah harta mu. Aku hanya menguji kalian.Allah telah meridhaimu dan memurkai kedua temanmu.

Kisah ini diambil dari hadis yang di riwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Ahadisil Anbiyabab tentang orang berpenyakit lepra, orang buta, dan orang botak di Bani Israil (6/500 no 3464). Imam Muslim dalam sahih nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaiqjuga menulis hal yang sama.

Sesungguhnya Orang Mukmin itu Bersaudara

ALLAH SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertawakallah kepada Alloh, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)

Sahabat yang baik, kita tahu bahwa umat Islam adalah umat yang sangat besar, dan takdir Allah SWT Indonesia menjadi rumah dengan penghuni kaum muslimin terbesar di dunia.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menyadari persaudaraan sesama muslim. Sehingga manakala sebagian kaum muslimin sedang didzolimi atau sedang berada dalam kesempitan dan kesulitan, maka sebagian muslim yang lain antusias untuk meringankan bebannya.

Sahabat, mari kita semangat berbagi peran, semangat saling mengisi, bersinergi, bekerjasama perlu terus kita gelorakan untuk mengeratkan ukhuwah islamiyyah.

Semoga semakin bertambahnya hari, rasa persaudaraan diantara sesama umat Islam semakin kokoh. Aamiin yaa Robbalaalamiin. [*]

Hukum Membakar yang Ada Tulisan Lafadz Allah dan Al-Quran

Al-Quran dan tulisan lafadz Jalalah Allah yang tertulis media seperti kertas atau kain, maka wajib kita muliakan. Sebagaimana kita memuliakan mushaf Al-Quran dan lafadz Jallalah Allah. Tidak boleh kita taruh sembarangan di tempat yang kotor dan tempat yang tidak suci. Tidak boleh juga dibiarkan berada ditempat yang tidak layak bagi kemuliaan Al-Quran. Jika kita menemukannya berada ditempat yang tidak layak, hendaknya kita ambil dan kita taruh dan simpan ditempat yang layak dan mulia, agar tidak menjadi barang/benda yang “tidak berharga” seperti sampah atau benda-benda remeh yang tidak dipedulikan.

Ketika kita menemukan Al-Quran yang robek atau sudah sulit dibaca sebagiannya atau menemukan media yang ada tulisan Al-Quran dan lafadz Allah dalam keadaan demikian juga, maka cara “menyelamatkannya” ada dua cara:

1) Membakarnya sampai habis dan tidak tersisa

2) Menguburkan pada tanah yang baik dan layak

Hal ini sebagaimana fatwa dari Al-Lajnah Ad-Daimah:

ما تمزق من المصاحف والكتب والأوراق التي بها آيات من القرآن يدفن بمكان طيب ، بعيد عن ممر الناس وعن مرامي القاذورات ، أو يحرق ؛ صيانة له ، ومحافظة عليه من الامتهان ؛ لفعل عثمان رضي الله عنه

“Mushaf (Al-Quran) yang robek dan lembaran yang ada tulisan Al-Quran hendaknya dikubur pada tanah yang baik dan jauh dari tempat jalannya manusia, jauh dari berbagai kotoran. Atau dibakar untuk menjaganya dan tercegah dari fitnah/ujian sebagaimana perbuatan Utsman radhiyallahu ‘anhu.” [Fatwa Al-Lajnah 4/139]

Perbuatan membakar Al-Quran agar tidak terjadi fitnah ini dilakukan di zaman Utsman bin Affan. Ketika itu, Al-Quran ditulis dengan berbagai macam dialek dan gaya bahasa sesuai suku dan kabilah masing-masing dan keadaan ini hampir menimbulkan perpecahan, maka Ustman bin Affan segera memerintahkan agar Al-Quran ditulis dengan versi sesuai dengan dialek dan gaya bahasa Quraisy sebagaimana diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memerintahkan Al-Quran yang lain dibakar dan harus memakai serta menggandakan Al-Quran standar versi Quraisy yang telah disepakati oleh para sahabat.

Mush’ab bin Sa’ad mengatakan,

أدركت الناس متوافرين حين حرق عثمان المصاحف ، فأعجبهم ذلك ، لم ينكر ذلك منهم أحد

“Aku menjumpai manusia (para sahabat) telah sepakat ketika Ustman membakar mushaf-mushaf (yang tidak sesuai standar Quraisy), hal ini membuat mereka takjub dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.” [Kitabul Mashahif hal. 41]

Petunjuk sisa Al-Quran yang tidak layak itu agar dikuburkan adalah salah satu pendapat dari mazhab Hanabilah. Al-Bahuti dari mazhab Hanabilah berkata,

وَلَوْ بَلِيَ الْمُصْحَفُ أَوْ انْدَرَسَ دُفِنَ نَصًّا ، ذَكَرَ أَحْمَدُ أَنَّ أَبَا الْجَوْزَاءِ بَلِيَ لَهُ مُصْحَفٌ فَحَفَرَ لَهُ فِي مَسْجِدِهِ فَدَفَنَهُ

“Apabila Mushaf Al-Quran telah lusuh atau rusak, maka hendaknya dikubur. Ahmad menyebutkan bahwa Abul Jauzaa’ mempunyai Mushaf Al-Quran yang telah lusuh dan beliau menggali tanah di masjid kemudian menguburkannya.” [Kasyful Qannaa’ 1/137]

Perlu diperhatikan, hendaknya ketika menguburkan atau membakar dilakukan dengan prosedur yang sesuai dengan kelayakan dan sikap yang menghormati Al-Quran dan lafadz Jallallah Allah. Membakar atau menguburkan dengan tujuan ini berbeda dengan orang yang menghinakan Al-Quran. Kita dapati ada oknum yang benci Islam atau orang munafik yang membakar Al-Quran karena benci dan tidak suka, mereka membakar dengan sikap dan gaya yang menghinakan serta dilakukan di tempat yang tidak sesuai dengan kemuliaan Al-Quran.

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43421-hukum-membakar-yang-ada-tulisan-lafadz-allah-dan-al-quran.html

Membela Kalimat Tauhid dengan Mempelajari, Mengamalkan dan Mendakwahkannya

Kita sangat senang ketika kaum muslimin memunculkan ghirah dan semangat membela agama ketika agama mereka dilecehkan atau ketika kalimat tauhid dilecehkan dengan cara dihinakan. Ini adalah kabar gembira bagi kita semua atas semangat kaum muslimin, akan tetapi kita masih punya tugas dan PR bersama yang harus tetap terus kita perjuangkan untuk membela kalimat tauhid, yaitu mempelajarinya dengan sungguh-sungguh di majelis ilmu, berusaha mengamalkannya dan mendakwahkannya kepada manusia.

Membela dengan Belajar Terlebih Dahulu

Agama Islam dibangun di atas ilmu, agar bisa membela kalimat tauhid, kita perlu belajar dahulu dan kembali ke majelis ilmu di rumah-rumah Allah.

Kalimat tauhid ternyata harus dipelajari secara lengkap dengan pemahaman yang baik sesuai dengan pemahaman para salafus shalih. Kita perlu mempelajari dari kalimat tauhid ini (kami sebutkan sedikit poin-poinnya penting yang perlu dipelajari):
1. Makna kalimat tauhid
2. Rukun kalimat tauhid
3. Konsekuesi kalimat tauhid
4. Syarat-syarat kalimat tauhid
5. Pembatal kalimat tauhid
6. Penambah dan pengurang kesempurnaan tauhid

Dan masih banyak yang harus kita pelajari lagi terkait dengan kalimat tauhid. Allah memerintahkan kita dalam Al-Quran untuk mengilmui (mempelajari) kalimat tauhid.

Allah berfirman,

ﻓَﺎﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah…” [Muhammad: 19]

Allah juga berfirman,

ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺷَﻬِﺪَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

“Melainkan mereka yang mengakui kebenaran, sedang mereka orang-orang yang mengetahui (mengilmui).” [Az-Zukhruf: 86]

Setelah kita mempelajari dengan benar, kita berusaha mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan mendakwahkan kalimat tauhid. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam kitab terkenal yang menjelaskan tentang tauhid dasar yaitu kitab Tsalatsatul Ushul:

ﺍﻋﻠﻢ ﺭﺣﻤﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﺭﺑﻊ ﻣﺴﺎﺋﻞ :
ﺍﻷﻭﻟﻰ : ﺍﻟﻌﻠﻢ .
ﻭﻫﻮ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻌﺮﻓﺔ ﻧﺒﻴﻪ، ﻭﻣﻌﺮﻓﺔ ﺩﻳﻦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺑﺎﻷﺩﻟﺔ .
ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ : ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﻪ .
ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ : ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻴﻪ .
ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ : ﺍﻟﺼﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺫﻯ ﻓﻴﻪ

“Ketauhilah (semoga Allah merahmatimu) bahwa wajib bagi kita mempelajari 4 hal:
1) Ilmu
Yaitu ilmu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama dengan dalil-dalil
2) Mengamalkannya
3) Mendakwahkannya
4) Bersabar terhadap gangguan (ujian) ketika mengilmui, mengamalkan dan mendakwahkannya.” [Matan Tsalatsatul Ushul)

Sekedar tahu secara ringkas (superficialnya) saja tentu tidaklah cukup. Diibaratkan kalimat tauhid adalah kunci surga, maka tidak cukup kunci saja, tapi perlu diperhatikan gigi-gigi pada kunci tersebut. Inilah
syarat-syarat kalimat tauhid yang harus dipenuhi dan diamalkan. Perhatikan kisah berikut:

ﺳُﺌِﻞَ ﻭَﻫَﺐُ ﺑْﻦُ ﻣُﻨَﺒِّﻪِ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ – ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃﺟﻠﺔ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ – ﻗِﻴْﻞَ ﻟَﻪُ ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ ﺍﻟﺠَﻨَّﺔِ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ” ﺑَﻠَﻰ ؛ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﻟَﻬُﺄَﺳْﻨَﺎﻥُ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺟِﺌْﺖَ ﺑِﻤِﻔْﺘَﺎﺡٍ ﻟَﻪُ ﺃَﺳْﻨَﺎﻥُ ﻓُﺘِﺢَ ﻟَﻚَ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻔْﺘَﺢْ”

Salah seorang tokoh tabiin yang bernama Wahab bin Munabbih rahimahullah pernah ditanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallah adalah kunci surga?” Beliau menjawab, “Iya, betul. Tapi biasanya kunci itu memiliki geligi (bagian ujung yang tidak rata). Apabila engkau membawa kunci bergigi (yang tepat), terbukalah ia, jika tidak ia tak akan terbuka.” [HR. Bukhari secara mu’allaq]

Semoga kita semua dan kaum muslimin bisa selalu membela kalimat tauhid sampai akhir hayat kita dengan mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan serta bersabar.

Demikian semoga bermanfaat

 

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43344-membela-kalimat-tauhid-dengan-mempelajari-mengamalkan-dan-mendakwahkannya.html

Abjad Kehidupan, Bisa Diduga dan Dipelajari

SEHABIS mengisi isi acara kajian di Masjid al-Muhajirin Sidoarjo, kami langsung menuju lapangan badminton untuk membakar lemak. Lupa sekali bahwa saya punya janji bertemu dengan Syekh Nadirsyah Hosen, sahabat dan guru saya yang ganteng itu yang sedang mampir ke Surabaya (kalau jadi, tidak ada pemberitahuan kembali).

Keringatpun mengucur deras, tarikan nafas mengajak istirahat sambil minum air hangat yang dihidangkan pemilik lapangan badminton, Mr. Sam, owner showroom terjujur, Sam Mobil Surabaya. Lalu kami berbincang tentang kehidupan. Syekh Haffandi, teman sekolah Pak Mahfud MD, berkata bahwa kehidupan ini sebenarnya bagai abjad a, b, c sampai z. Susunannya menjadi kata bisa ditebak. Hidup itu bisa dipelajari. Simpel saja. Hidup itu bagai angka-angka. Mau diapakan saja pasti berpulang pada angka 0, 1 sampai 9. Apanya yang sulit?

Saya manggut-manggut saja. Dalam benak berkata bahwa yang sulit adalah ketika susunan huruf itu akhirnya berbunyi GAGAL. Bagi saya, hidup itu bagai huruf hija’iyah (aksara Arab). Gampang-gampang sulit. Kalau tahu aturannya, makhraj dan tajwidnya, maka sungguh akan menjelma menjadi suara indah menyejukkan. Siapa yang tahu aturan hidup dan kemudian taat dalam menjalaninya maka hiduppun akan damai dan nyaman.

Dalam tajwid tentang hukum nun mati dan tanwin bertemu huruf hijaiyah ada lima: idzhar (terang dan jelas), idgham bighunnah (memasukkan sambil dengung), idgham bilaa ghunnah (memasukkan tanpa dengung), iqlab (berubah suara), dan ikhfa’ (menyamarkan). Dalam kehidupan, lima hukum itu berlaku. Masih kurang jelas? Kapan-kapan saya idzharkan. Yang jelas, kini saya tak akan iqlab, berubah suara. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

Jadi Mualaf, Sinead O’Connor Disambut Hangat Muslim Dunia

Penyanyi asal Irlandia Sinead O’Connor yang terkenal dengan lagunya “Nothing Compares 2U” pada era 1990-an menyatakan diri masuk Islam. Ia masuk Islam dengan penuh kesadaraan setelah mempelajari beragam teologi.

Beralihnya O’Connor memulai kepercayaan baru, Islam, menuai pujian dan dukungan dari warganet. Mereka berondong-bondong memberikan ucapan dukungan dan saran kepada Davitt.

“Selamat datang Sinead O’Connor aka Shuhada! Damai dan Cinta Selalu! Apa yang akan Steve katakan, 2 dari anak perempuannya sekarang shalat 5 waktu sehari,” tulis Kristiane Backer dengan akun @KristianeBecker.

Seorang netizen lain mendoakan agar Connor selalu mendapatkan kemudaan dan bimbingan dari Allah SWT.

“Semoga Allah memberikan kemudahan kepadamu dan melanjutkan membimbing menuju kesuksesanmu. Amin,” ujar Imraan Siddiqi lewat @Imraan Siddiqi.

“Kamu berada di jalan yang benar, Alhamduliah,” tulis netizen dengan akun @kasheeq8.

“Kami akan menuntunmu dalam doa kami, sehingga kamu tidak dapat menemukan kekerasan dalam Islam, Islam merupakan satu-satunya agama yang dapat membebaskan jiwa dan memberikan kebahagiaan sejati. Semoga Allah membimbingmu kepada jalan yang benar, selamat pulang ke rumah baru, saudariku!,” ujar akun @SaedaMaru

Nama Sinead O’Connor sudah tak asing lagi dalam jagad permusikan dunia.  Penyanyi asal Islandia itu mencuat setelah menyanyikan lagu “Nothing Compares 2U” pada era 1990-an.

Pada 10 Juli 2017, lagu ini diunggah di Youtube dan kini telah diklik oleh 99,1 juta viewer. Video ini juga mendapat sambutan hangat dari para penggemarnya.  “The beautiful song is for my wife, she is in heaven, my love, my comrade, thank you for everything,” tulis salah satu netizen dalam komentarnya pada lagu tersebut enam bulan lalu.

Sinead O’Connor kini kembali menjadi perhatian internasional. Ia memiliki banyak penggemar baru. Bukan karena lagunya, namun karena keputusannya untuk memeluk Islam. Ia kini mengganti namanya menjadi Shuhada’ Davitt.

Menurut Connor, ia memilih Islam atas dasar kesadarannya setelah perjalanan panjang mempelajari beragam teologi.

“Ini untuk menunjukkan bahwa saya bangga menjadi seorang Muslim. Ini merupakan keputusan murni dari perjalanan ilmu teologi. Semua studi kitab menuju ke Islam dan membuat seluruh kitab yang lain tak lagi dibutuhkan. Saya akan mempunyai nama baru. Nama itu adalaha Shuhada,” ujar O’Connor lewat kicauan di Twitter pada 20 Oktober lalu.

REPUBLIKA