Al-Qur’an Pernah Menceritakan Kisah Tanah dan Bangunan yang Tertelan Bumi

SETELAH gempa 7,4 SR dan tsunami yang mengerikan. Tiba-tiba saja di sebagian wilayah, tanah yang tadinya keras, jadi bergerak, amblas dan mengalir seperti lumpur hidup. Rumah, pepohonan dan bangunan lainnya terseret tanah.

Satu kampung di kelurahan Petobo, Kota Palu, dikabarkan lenyap ditelan tanah. Begitu juga kabar dari Desa Joonoge, Biromaru, Kabupaten Sigi.

Analisis awal fenomena ini adalah karena likuifaksi atau pencairan tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction). Likuifaksi disebabkan guncangan gempa dan kondisi material geologi yang ada di tanah juga ikut mempengaruhi. Ketika guncangan terjadi, tanah menjadi cair karena material air yang  tinggi.

Dalam volume air yang besar tanah menjadi gembur. Akibatnya, perumahan dan pohon, itu berjalan pelan-pelan sampai akhirnya amblas dan tertimbun oleh lumpur.

Dengan kata lain, likuifaksi merupakan proses keluarnya lumpur dari lapisan tanah akibat guncangan gempa dan menyebabkan lapisan tanah yang awalnya kompak, bercampur dengan air menjadi lumpur. Kekuatan tanah yang berkurang mengakibatkan bangunan di  atasnya hancur.

Dalam mekanika tanah , istilah “pencairan tanah” pertama kali digunakan oleh Allen Hazen, mengacu pada kegagalan Bendungan Calaveras di California tahun 1918. Dia menggambarkan mekanisme pencairan aliran bendungan tanggul sebagai:

“Jika tekanan air di pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban, itu akan memiliki efek menahan partikel-partikel terpisah dan menghasilkan kondisi yang praktis setara dengan ‘‘pasir hisap’’ … gerakan awal dari beberapa bagian dari material mungkin menghasilkan tekanan yang terakumulasi, pertama pada satu titik, dan kemudian pada yang lain, berturut-turut, karena titik awal konsentrasi telah dicairkan.” [Hazen, A. (1920). Transactions of the American Society of Civil Engineers. 83: 1717–1745].

‘‘Pasir hisap’’ terbentuk ketika air menjenuhkan area pasir yang longgar dan pasir menjadi gelisah. Ketika air yang terperangkap di dalam tumpukan pasir tidak dapat melarikan diri, ia menciptakan tanah cair yang tidak dapat lagi menahan gaya. ‘pasir hisap’ dapat dibentuk dengan berdiri atau (ke atas) mengalir air bawah tanah (seperti dari mata air bawah tanah), atau oleh gempa bumi. Dalam kasus mengalirnya air bawah tanah, kekuatan aliran air menentang gaya gravitasi, menyebabkan butiran pasir menjadi lebih ringan. Dalam kasus gempa bumi, kekuatan goncangan dapat meningkatkan tekanan air tanah dangkal, mencairkan pasir dan endapan lumpur. Dalam kedua kasus, permukaan yang dicairkan kehilangan kekuatan, menyebabkan bangunan atau benda lain di permukaan itu tenggelam atau jatuh.

Beberapa Negara yang pernah mengalami nasib serupa adalah; Gempa Niigata di Jepang.

Gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang Niigata, Jepang pada 16 Juni 1964 ini, menyebabkan pencairan tanah di sebagian besar kota. Selain bangunan yang hancur akibat likuifaksi di sisi Sungai Shinano, ada juga kerusakan yang luas di dekat Bandara Niigata. Pipa-pipa dari tangki bensin milik Showa Shell Sekiyu di antara bandara dan pelabuhan, juga rusak karena goncangan. Sedikitnya 36 orang tewas dan 3.534 bangunan hancur.

Kasus likuifkasi dalam gempa Alaska, AS tahun 1964. Gempa megathrust berkekuatan 9,2 SR  memicu tsunami besar yang memporak-porandakan kawasan pesisir di Shoup Bay.  Lapisan tanah mencair menyebabkan bangunan-roboh dan ambles. Sedikitnya 139 orang tewas dalam kejadian ini.

Selain itu juga pernah terjadi di Tangshan China, 28 Juli 1976, Gempa Loma Prieta, San Fransisco, AS, 17 Oktober 1989. Gempa ini terjadi akibat pergeseran sesar San Andreas.  Juga pada Gempa Christchuch, Selandia Baru,  pada 22 Februari 2011 pukul 12.51 waktu setempat. Episentrum gempa sekitar 2 km sisi barat kota kecil Lyttelton dengan kedalaman 5 km. Gempa Bumi ini menimbulkan kerusakan besar, terutama di Christchurch, kota terdekat dari episentrum gempa sekaligus kota terbesar kedua di Selandia Baru.

Tanah dan Bangunan Tenggelam dalam al-Quran

Bila fenomena likuifaksi atau tanah menjadi lumpur hidup yang menyedot semua yang ada di atasnya ini ramai diperbincangkan di khalayak ramai saat ini, bukanlah fenomena alam yang baru. Ternyata dalam Al-Qur’an, ada peringatan bencana yang dijelaskan selain gempa bumi, banjir, angin kencang dan bencana lainnya.

Al-Qur’an juga menjelaskan secara jelas fenomena bencana pergerakan tanah amblas yang menenggalamkan semua yang ada di atasnya atau sederhananya; ditenggelamkan bumi.

Hanya saja, ayat yang mengaitkan fenomena alam ini pernah dikutip al-Quran dalam kisah Nabi Luth yang dijelaskan dalam Surat Al-Syua’araa: 160, An-Naml: 4, Al-Hijr: 67, Al-Furqon: 38, Qaf: 12, menceritakan tentang kaumnya yang menyimpang, yaitu hanya mau kawin dengan pasanga sesama jenis (homoseksual dan lesbian).

Kendati sudah diberi peringatan, mereka urung bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth Allah tenggelamkan ke dalam bumi bersama reruntuhan rumah-rumah mereka sendiri.

Kemudian kisah Qorun yang Allah jelaskan QS Al-Qashash: 81. Al-Qur’an menjelaskan, karena sombong dan ingkar, Qorun yang merupakan kaum Nabi Musa, Allah hancurkan beserta semua harta-hartanya dengan menenggelamkannya kedalam bumi.

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ ، فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ ، فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ

“Sungguh mereka terombang-ambing dalam kemabukan mereka (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari sijjil.” (QS. Al-Hijr [15]: 72-74).

فَخَسَفْنَا بِوِ وَبِدَارِهِ الَْْرْضَ فَمَا كَافَ لَوُ مِنْ فِئَةٍ يَػنْصُرُونَوُ مِنْ دُوفِ اللَّوِ وَمَا كَافَ مِنَ الْمُ نْتَصِرِينَ

Artinya, “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS: Al-Qashash, 81).

Al-Quran juga menjelaskan bahwa sesungguhnya gunung-gunung bukan diam, tetapi ia bergerak.

Tanda-tanda ini seharunya  dikaji dan sebagai bahan renungan bersama. Sebab tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan  pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab  Al-Quran.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [QS: Al-hadiid [57]: 22-24)

Semoga musibah gempa alam dan tanda-tanda alam yang disampaikan dalam ayat al-Quran bisa menjadi muhasabah kita semua. Bagi yang mendapat ujian, kita doakan agar tetap bersabar. Bagi kita yang tidak terkena dampaknya, semoga kita semakain peka dan peduli.*/Rofi Munawar,  dari berbagai sumber

HIDAYATULLAH

Terapi Musibah

Terdapat ungkapan menarik yang tentunya telah mafhum, ad-dunya daar al-imtihan, dunia adalah arena ujian. Iman sejati justru berada dalam ujian. Lantas, mendidik nurani berbisik sebagaimana sajak Rendra, … hari ini dan esok, langit di luar langit di dalam, bencana dan keberuntungan sama saja.

Pesan moral dari sajak tersebut semestinya yang hadir dalam diri adalah kepasrahan yang tulus. Sebab, boleh jadi gelapnya musibah yang datang barangkali dapat memberikan pijar yang lebih terang dalam hidup.

Musibah hendaknya ditengarai sebagai jembatan yang mendatangkan keridhaan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, Bahwasanya pahala itu ber gantung pada besarnya ujian bala, dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka kaum itu diuji nya terlebih dahulu, maka barang sia pa yang ridha mendapatkan ujian itu, maka mendapatkan keridhaan Allah, dan barang siapa yang benci, maka kemurkaan Allah baginya. (HR Tirmidzi).

Seseorang yang dirundung musibah, pada umumnya jiwa dan mental hidupnya menjadi rapuh. Oleh karena itu, maka tidak ada jalan lain bagi seorang Muslim selain mengembalikan semua peristiwa kepada Allah sebagai sebuah takdir dari-Nya. Sebagaimana ungkapan yang sering kita serukan, innalillahi wainnailaihiraaji’un.

Secara eksplisit, sesungguhnya Allah telah memberikan terapi khusus bagi mukmin saat ditimpa musibah, sebagaimana firman-Nya, Hai orang- orang yang beriman, mintalah (pertolongan) kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS al-Baqarah [2]:153).

Pertama, sabar dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan secara arif bijaksana. Seorang mukmin sejatinya menyadari bahwa hidup ini dan segalanya adalah hak mutlak Allah. Apa yang dimiliki, baik harta benda dan materi apa pun, hanyalah hak sekadar meminjam dari-Nya. Itu semua pada saatnya harus dikembalikan kepada-Nya. Bila semua yang kita miliki bukan milik kita, mengapa kita harus menangisi dan meratapi ketika semuanya lenyap dan hilang dari sisi kehidupam kita.

Sabar merupakan poros dan asas segala kemuliaan akhlak. Saat seseorang menaiki menara kebaikan dan keutamaan, maka sabar menjadi pondasinya. Zuhud, misalnya, merupakan bentuk sabar untuk tidak berfoya-foya meski di saat yang sama hidupnya bergelimang materi dan kekayaan. Qanaah atau merasa cukup dengan yang ada merupakan bentuk sabar dari segala keterbatasan yang ada walaupun di saat yang sama musibah menerpanya.

Kedua, shalat, secara generik berarti berdoa. Tipologi mukmin sejati, ia tidak pernah melepaskan segenap usahanya dengan berdoa yang terangkum indah dalam rangkaian shalat. Melepaskan diri dari belenggu musibah akan terasa indah manakala seseorang memasrahkan segala kehidupannya dalam untaian doa.

Shalat adalah serangkaian doa yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga merupakan representasi mikraj seorang mukmin dengan Allah SWT. Shalat adalah dialog istimewa dengan sang Khaliq. Melalui shalat, seorang mukmin dapat mencurahkan segala keluh kesahnya kepada sang pemilik kehidupan dan memohon pertolongan-Nya.

Tidak kurang lafal ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’indibaca 17 kali sehari-semalam dalam ritus shalat. Hanya Allah SWT satu-satunya yang berhak disembah dan sebaik- baiknya penolong dalam kehidupan.Shalat tidak hanya dipandang sebagai ungkapan rasa syukur saat mendapatkan rezeki yang berlimpah.

Shalat juga merupakan sarana memperingan penderitaan manakala beban hidup semakin berat. Di saat manusia dibelenggu rasa cemas, maka shalatlah yang membebaskannya. Pun di saat manusia diterpa musibah, maka shalat menjadi sumber tenaga, energi yang akan menguatkan diri dan imannya.

Orang yang dapat mengambil hikmah atas semua musibah, maka sejatinya dia adalah manusia yang tercerahkan.

Orang mukmin adalah orang yang tidak emosional saat mendapatkan musibah, pun tidak sombong tatkala mendapatkan anugerah. Tidak melekat pada kebahagiaan, tidak juga menolak pada kesedihan. Persis seperti bunga padma, di air tidak basah, di lumpur tidak kotor. Wallahua’lam.

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN

 

Belajar Hidup Sehat dari Nabi SAW

Seorang dokter ahli bedah usus asal Jepang, Hiromi Shinya, tak henti-hentinya menekankan pentingnya kesehatan lambung dan usus. Hasil penelitiannya menunjukkan, jika sistem pencernaan seseorang bersih, orang itu dapat melawan jenis penyakit apa pun dengan mudah.

Sebaliknya, katanya, bila sistem pencernaan tidak bersih, orang tersebut rentan terserang penyakit. Ia menjelaskan dalam bukunya The Miracle of Enzyme bahwa makanan dan keadaan saluran pencernaan (termasuk usus dan lambung) berhubungan dengan timbulnya tumor, baik jinak maupun ganas. Bahkan, dapat berhubungan dengan semua penyakit, baik yang sudah muncul maupun yang belum.

Jauh sebelum Hiromi Shinya mengungkapkan hal tersebut, Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan umatnya untuk menjaga kesehatan pencernaan dengan mengatur pola makan. Beliau bersabda, ”Tidak ada tempat yang paling jelek pada diri anak Adam selain perut yang penuh (oleh makanan). Cukuplah baginya beberapa suap sekadar untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika ia bisa mengendalikan dirinya, cukuplah (perutnya terisi) sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara.” (HR Ibnu Majah).

Peribahasa, ”Mencegah lebih baik daripada mengobati” tecermin jelas dalam sabda Nabi itu. Untuk mencegah penyakit dalam, Nabi SAW mengajarkan supaya mengatur pola makan. Sedangkan untuk mencegah penyakit luar dengan cara menjaga kebersihan. Kewajiban wudhu sebelum shalat, sunah mandi sebelum shalat Jumat, juga sunah bersiwak menjadi bukti bahwa Nabi menganjurkan kebersihan diri.

Beberapa abad kemudian, Ibnu Butlan dalam kitabnya Taqwin As-Shihha (Menjaga Kesehatan) menjelaskan enam langkah menjaga kesehatan badan. Boleh dikata, enam langkah ini merupakan penjabaran dari hadis di atas dan sunah Nabi SAW sehari-hari. Karena, langkah hidup sehat yang diungkap lebih menekankan pencegahan daripada pengobatan.

Pertama, menghirup udara yang bersih, karena ini punya efek yang baik bagi kesehatan jantung. Kedua, mengatur pola makan dan minum secara baik. Ketiga, menjaga keimbangan antara aktivitas dan istirahat. Keempat, mengatur pola tidur. Kelima, membiasakan diri dengan relaksasi dan suasana humor. Dan keenam tidak berlebihan dalam meluapkan emosi ketika senang, marah, sedih, dan takut.

Karena ada kesadaran yang tinggi akan kesehatan itulah, kajian-kajian tentang kesehatan dalam dunia sudah berkembang pesat sejak awal. Sarjana-sarjana Muslim sedari awal melakukan penelitian ilmu kedokteran dan berhasil menemukan bermacam jenis penyakit dan obat-obatan.

Tak hanya itu, lembaga-lembaga kesehatan, klinik, dan rumah sakit, didirikan di setiap kota atas biaya pemerintah. Bahkan, berdasarkan catatan Afzalur Rahman dalam Muhammad sebagai Pecinta Ilmu, pada abad ke-11 M sudah ada rumah sakit keliling di kota-kota Islam.

Etika dokter

Spirit ajaran Nabi SAW tidak hanya menginspirasi umat Islam dalam ilmu medis, tetapi juga etika pengobatan pasien. Perumusan etika kedokteran dilakukan secara matang pada zaman Turki Usmani.

Akdeniz dalam karyanya Dokter Ottoman dan Etika Kedokteran menyebutkan, secara garis besar ada empat hal yang harus dipegang teguh seorang dokter di era kekhalifahan Turki Usmani, yakni; kesederhanaan/kesopanan, kepuasan, harapan, dan kesetiaan. Seorang dokter yang baik, lanjutnya, akan mematuhi keempat aturan dalam menjalankan praktiknya.

Para dokter di zaman Turki Usmani bersama-sama menyusun kode etik kedokteran. Mereka mengusulkan apa yang harus dilakukan serta yang harus dihindari saat menjalankan praktik medis. Menurut Akdeniz, berdasarkan catatan para dokter di zaman itu, etika kedokteran mengatur perilaku dokter saat berinteraksi dengan pasiennya.

Dalam hal kesopanan/kesederhanaan, seorang dokter harus menyadari bahwa dia sebagai khalifah Tuhan yang bertugas menolong proses penyembuhan pasien. Seorang dokter hanyalah sarana, sedangkan penyembuh nyata adalah Allah SWT.

Di samping itu, seorang dokter harus melawan uang yang bukan haknya dengan alasan pengobatan. Etika yang ditetapkan menuntut agar seorang dokter menahan diri, tidak menjadi ambisius, dan tekun mengumpulkan uang. Dalam sikap yang demikian, seorang dokter juga diwajibkan melanjutkan pengobatan kepada pasiennya selama dia mampu; merawat pasiennya secara jujur, dan tidak mengenal putus asa.

Akan tetapi, spirit modernitas mendorong terjadinya perubahan etika kedokteran yang begitu besar,. Akibatnya, nilai-nilai moral yang menjadi pegangan para dokter terdahulu terkikis dan tergantikan dengan nilai-nilai baru yang lebih pragmatis. ”Kebaikan telah mengalami kemunduran,” papar Prof Nil Sari dalam karyanya berjudul Tip Deontolojisi.

Begini Cara Mengurus Jenazah dalam Kondisi Darurat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan tata cara pengurusan jenazah dalam keadaan darurat. Hal ini terkait dengan paskagempa bumi tsunami di wilayah Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.

Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan ada beberapa ketentuan tentang Pengurusan Jenazah (Tajhiz al-Janaiz) dalam kondisi darurat. Antara lain pertama, dalam keadaan normal, mayat wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan, menurut tata cara yang telah ditentukan menurut syari’at Islam.

“Kedua, dalam keadaan darurat di mana pengurusan (penanganan) jenazah tidak mungkin memenuhi ketentuan syari’at seperti di atas,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (2/10).

Pengurusan jenazah dalam keadaan darurat itu tentu saja berbeda dengan mengurus jenazah dalam kondisi normal. Berikut ini tata caranya seperti disampaikan Zainut.

Pertama, memandikan dan mengkafani. Jenazah boleh tidak dimandikan, tetapi, apabila memungkinkan sebaiknya diguyur sebelum penguburan. Kemudian pakaian yang melekat pada mayat atau kantong mayat dapat menjadi kafan bagi jenazah yang bersangkutan walaupun terkena najis.

Selanjutnya, menshalatkan mayat. Mayat boleh dishalati sesudah dikuburkan walaupun dari jarak jauh (shalat ghaib), dan boleh juga tidak dishalati menurut qaul mu’tamad (pendapat yang kuat).

Langkah ketiga, menguburkan jenazah. Jenazah korban wajib segera dikuburkan. Jenazah boleh dikuburkan secara massal dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam satu atau beberapa liang kubur, dan tidak harus dihadapkan ke arah kiblat. Penguburan secara massal tersebut boleh dilakukan tanpa memisahkan jenazah laki-laki dan perempuan. Selain kitu, juga boleh antara muslim dan non-muslim. Jenazah boleh langsung dikuburkan di tempat jenazah ditemukan.

Fatwa Perlakuan Terhadap Jasad Korban Gempa-Tsunami

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Saadi, mengatakan perlakuan terhadap jenazah korban gempa dan tsunami secara syariah bisa berpedoman terhadap Ketentuan Fatwa MUI tentang Pengurusan Jenazah (Tajhiz Al Janaiz). ”MUI banyak mendapat pertanyaan dari masyarakat tentang bagaimana mengurus jenazah dalam keadaan darurat. Terdapat ketentuan ‘Tajhiz Al Janaiz’ dalam kondisi darurat,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Senin.

Merujuk pada ketentuan tersebut, ia menambahkan pada dasarnya dalam keadaan normal mayat wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan menurut tata cara yang telah ditentukan menurut syariat Islam. Dalam keadaan darurat dan penanganan jenazah tidak mungkin memenuhi ketentuan syariat itu, maka pengurusan jenazah dilakukan sesuai keadaan di lapangan.

Dia mencontohkan saat memandikan dan mengkafani, jenazah boleh tidak dimandikan. Akan tetapi, apabila memungkinkan sebaiknya diguyur sebelum penguburan. Pakaian yang melekat pada mayat atau kantong mayat, lanjutnya, dapat menjadi kafan bagi jenazah yang bersangkutan walaupun terkena najis.

Dalam menshalatkan mayat, kata Zainut, jenazah boleh dishalati sesudah dikuburkan walaupun dari jarak jauh melalui shalat ghaib dan boleh juga tidak dishalati menurut pendapat yang kuat.

Ia melanjutkan dalam menguburkan jenazah pada keadaan darurat, mayat korban wajib segera dikuburkan. Jenazah boleh dikuburkan secara massal dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam satu atau beberapa liang kubur dan tidak harus dihadapkan ke arah kiblat.

Penguburan secara massal tersebut, tambahnya, boleh dilakukan tanpa memisahkan jenazah laki-laki dan perempuan juga antara Muslim dan non-Muslim. ”Jenazah boleh langsung dikuburkan di tempat jenazah ditemukan,” kata dia.

Kedepan Pendaftaran dan Pelunasan Haji Bisa Gunakan ATM

Yogyakarta (PHU)—Kementerian Agama terus berkomitmen untuk melakukan inovasi-inovasi untuk mempermudah pelayanan kepada jemaah haji, termasuk rencana untuk mengembangkan sistem pendaftaran dan pelunasan haji melalui non teller.

Hal ini disampaikan langsung Direktur Pengelolaan Dana Haji Ramadhan Harisman saat menjadi pembicara pada Evaluasi Pelayanan Akomodasi, Konsumsi, dan Transportasi Darat Jemaah Haji di Arab Saudi 1439H/2018M di Yogyakarta. Sabtu (29/09).

Menurut Ramadhan, kedapannya jemaah saat membayar pendaftaran dan pelunasan biaya haji di Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tidak perlu lagi antri, tapi sudah bisa melakukan pembayaran melalui ATM, SMS Banking atau Internet Banking.

“Dengan sistem ini, kami berharap ke depan, jemaah saat membayar pendaftaran dan pelunasan biaya haji, tidak perlu antri di bank, tapi bisa melalui atm, sms banking, atau internet banking,” ujarnya di Yogyakarta.

Nantinya, Lanjut Ramadhan, struknya bisa dijadikan bukti bayar atau lunas untuk selanjutnya dibawa ke Kantor Kemenang Kabupaten/Kota terdekat untuk diverifikasi.

“Struk pembayarannya, bisa jadi bukti bayar atau lunas untuk dibawa ke Kankemenag. Di Kankemeng akan kita siapkan alat verifikasinya,” jelasnya.

Jika sistem ini sudah berjalan, maka waktu pembayaran dan pelunasan biaya haji tidak harus mengikuti jadwal buka layanan di bank. Terobosan ini akan mempermudah akses jemaah, termasuk di daerah yang belum ada layanan syariahnya.

“Ini akan terus kita kembangkan dan dibahas bersama regulasi dan SOP-nya dengan pihak perbank-kan,” Pungkasnya.(mkd/ha)

Mengapa Buah Dahulu Daripada Daging?

DALAM Surat Al-Waqiah dan At-Thur, Allah selalu menyebut buah terlebih dahulu sebelum daging.

“Dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih, dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.”(Al-Waqiah 20-21)

“Dan Kami Berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan.”(At-Thur 22)

Al-Quran penuh dengan rahasia berbagai ilmu. Kiranya, apa rahasia dibalik ayat-ayat Allah yang selalu mendahulukan buah sebelum daging?

Mendahulukan memakan buah sebelum daging memiliki khasiat yang sangat bagus. Karena ketika perut sedang kosong, nutrisi buah lebih mudah diserap dan dicerna oleh pencernaan. Sementara ketika telah didahului daging dan makanan berat lainnya, butuh waktu hingga tiga jam untuk mencernanya. Sementara buah itu mudah membusuk dan nutrisinya akan berkurang.

Selain itu, dengan memakan buah terlebih dahulu, ia akan menjadi pelumas yang membantu pencernaan dalam mencerna daging dan makanan yang kita konsumsi sehingga prosesnya menjadi lebih cepat.

Dan rahasia ini telah dikabarkan oleh Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.[]

Dinukil dari : Maa At-Tib fil Quran

INILAH MOZAIK

 

 

Kisah Salahudin al-Ayyubi Merebut Kota Yerusalem

PADA 2 Oktober 1187, sebuah peristiwa terjadi dan mampu menggetarkan semua kalangan. Umat muslim dibawah pimpinan sultan kharismatik, Salahudin al-Ayyubi berhasil merebut kota Yerusalem.

Pengepungan Yerusalem adalah sebuah pertempuran yang terjadi pada 20 September sampai 2 Oktober 1187. Yerusalem direbut kembali dari tangan tentara Salib oleh umat Muslim.

Tanda-tanda kekalahan pasukan salib sebenarnya sudah tercium sejak awal penyerangan. Banyak tokoh-tokoh pasukan Salib tertangkap, termasuk Raja Yerusalem, Guy de Lusignan.

Pada pertengahan September, masih di tahun yang sama, Saladin –panggilan Salahudin — merebut kota Akko, Nablus, Jaffa, Toron, Sidon, Beirut, dan Ashkelon.

Saladin berhasil merebut Yerusalem setelah 88 tahun dikuasai Pasukan Salib. Tanggal ini juga memiliki makna simbolis khusus bagi Muslim karena bertepatan dengan tanggal 27 Rajab yaitu tanggal peringatan Isra dan Mikraj.

Kisah Salahuddin dan penaklukan Yerusalem tersebar di seluruh dunia. Dan ini adalah cerita tentang keberanian, toleransi dan keagungan akhlak.

Saat pengepungan misalnya ia memberi kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Setelah pasukan Kristen sudah siap dengan segala persenjatan dan pertahanan barulah Salahuddin memerintahkan pasukannya untuk berperang.

Tak hanya itu setelah peperangan dimenangkan oleh pasukan Muslim dan banyak tawanan perang yang berhasil ditangkap, Salahudin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam.

Padahal pada tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

Salahudin pun tidak membunuh warga beragama Kristen. Ia hanya mengusir para prajurit. dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan, Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri.

Sejumlah wanita Kristen dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis. Salahudin pun tergerak dan kemudian malah membebaskan suami-suaminya sekaligus mengembalikan harta kekayaanya.

Nama besar Salahudin kemudian tak hanya tersebar di kalangan umat Islam. Negara-negara Eropa yang mendukung Perang Salib pun menghormatinya sampai saat ini.

 

INILAH MOZAIK

Membalas Keburukan dengan Kebaikan

DALAM kehidupan sehari-hari, Pasti ada saja orang-orang yang membenci kita, orang-orang yang zolim , orang-orang yang melakukan hal-hal buruk, baik berupa hinaan, cacian, dan semacamnya.

Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap mereka ini?

Allah Taala berfirman : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushilat : 34).

Penjelasan dari ayat di atas adalah sebagaimana berikut

Jika seseorang melakukan keburukan terhadapmu, terlebih khusus lagi jika mereka adalah kerabat-kerabatmu, sahabat-sahabatmu, mereka berbuat buruk kepadamu, baik melalui lisan mereka maupun perbuatan mereka, maka balaslah mereka dengan kebaikan. Jika mereka memutus silaturahmi denganmu, maka sambunglah kembali silaturahmi tersebut. Jika mereka berbuat zolim kepadamu, maka maafkanlah.

Jika mereka menjelek-jelekkanmu, di belakang maupun di hadapanmu, maka jangan engkau jelek-jelekkan mereka kembali, bahkan maafkanlah mereka, dan balas mereka dengan perkataan yang lembut. Jika mereka mengacuhkanmu, tidak mau berbicara denganmu, maka mulailah salam kepada mereka, sapalah mereka dengan baik.

Niscaya jika engkau telah melakukan itu semua, suatu saat nanti mereka akan berbalik menyukaimu, yang sebelumnya memusuhimu, berbalik menjadi teman setiamu.

Sesungguhnya hati manusia ada di antara jari-jariNya, Dialah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai kehendakNya. Sangatlah mudah bagi Allah untuk mengubah benci menjadi cinta ataupun sebaliknya.

Inilah janji Allah dalam FirmanNya, namun sayang beribu sayang, seringkali gengsi kita mengalahkan itu semua, sehingga terlewatilah nasihat dari langit ini untuk kita amalkan. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu berusaha menerapkan Alquran dalam kehidupan kita sehari-hari.[]

*Disarikan dari Tafsir Surat Fussilat ayat 34 kitab Taisir Kariimirrahman oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi dan Syarah Riyadush Shalihin oleh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, dimuat dalam muslimorid

INILAH MOZAIK

Manusia Lebih Hina Dari Nyamuk

DUNIA ini tidak lebih baik dari seekor nyamuk! Mungkin Anda bersungut-sungut ketika membaca kalimat di atas. Benarkah dunia yang sebegitu besar dan indahnya lebih hina dari seekor nyamuk? Makhluk yang sering kita pandang tak berharga itu?

Makhluk kecil yang sering mengusik ketenangan kita. Ternyata ia mengalahkan kemegahan dan kebesaran dunia. Apa pasal? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus menyamakan persepsi terlebih dahulu.

Sebagaimana sudah maklum, bahwa pandangan orang terhadap dunia itu berbeda-beda. Di satu sisi, orang memandang dunia ini adalah surga, namun di sisi lain orang memandang dunia sekadar mampir ngombe saja. Perbedaan pandang ini bertolak dari perbedaan cara memahami makna kehidupan dunia itu sendiri.

Yang pertama mengartikan kehidupan dunia dengan kesenangan dan foya-foya. Sedangkan yang kedua mengartikan kehidupan dunia ini sebagai ladang amal dan ibadah. Jika yang pertama mereka akan berbuat apa saja demi tercapainya cita-cita, tanpa menghormati nilai-nilai kemanusian, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Tipu, dusta, manipulsi, kolusi, dan korupsi adalah makanan sehari-hari. Bahkan membunuh pun bukanlah barang baru.

Mereka inilah sekumpulan orang yang tidak bernurani dan ingin menang sendiri. Orang yang hatinya telah mati dan tidak mengenal kasih sayang, yang kerjaannya hanya memperturutkan hawa nafsu belaka. Maka yang kedua adalah orang-orang berhati lembut, penuh kasih sayang, dan bernurani sehat.

Sejatinya, yang menjadikan nilai dunia lebih rendah dari nyamuk bukanlah karena dunia itu lebih jelek dari segi penciptaannya daripada nyamuk. Bukan, bukan karena itu. Sebab kalau dari sisi ini jelas dunia jauh lebih bernilai. Apa yang ada di dunia adalah semata-mata karunia dan nikmat dari Allah, sang Pencipta. Gunung, lautan, matahari, bulan, bintang, dan seterusnya adalah pemberian yang wajib disyukuri. Dan tanpa diragukan lagi, semua itu jauh lebih baik dan berharga dibanding nyamuk.

Tetapi yang menjadikan nilai dunia ini lebih rendah dari nyamuk adalah dikarenakan polah dan tingkah laku manusia itu sendiri. Lalu apa hubungannya dengan soalan ini? Ya jelas ada hubungannya, karena manusia adalah pemakmur dan penanggung jawab bumi. Terlebih-lebih mayoritas penduduk bumi berjenis manusia pertama, sebagaimana diuraikan di atas. Jadi, kesimpulannya adalah tingkah laku manusia itu lebih hina dan rendah daripada tingkah laku nyamuk.

Dari Sahl bin Saad berkata, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini).

Tapi, bagaimana mungkin manusia bisa lebih hina dan rendah daripada nyamuk? Bukankah manusia diberi kelebihan akal, sedangkan nyamuk tidak? Justru, di sinilah letak pokok persoalannya.

Jika manusia memang memiliki akal, kenapa ia mengganggu yang lain? Kenapa buang sampah sembarangan, misalnya? Kenapa pula merokok di sembarang tempat, bukankah ia punya mata, kenapa tidak digunakan? Lalu kenapa juga ada penebangan liar, perusakan alam dan pemusnahan satwa? Bukankah kerusakan yang terjadi di bumi ini sebagian besar adalah ulah tangan manusia? Bukankah error-nya ekosistem itu juga disebabkan manusia?

Belum lagi kerusakan moral: pembunuhan, pemerkosaan, pemerasan, penganiayaan, pencurian, dan seterusnya. Bukankah itu juga tingkah laku manusia? Ya, memang, kerusakan itu manusialah biang keladinya. Sungguh benar apa yang diberitakan Alquran.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (Q.s. ar-Rm [30]: 41).

Itu pun masih ditambahi penyimpangan-penyimpangan agama yang dilakukan manusia. Kemusyrikan di mana-mana. Kedustaan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan larangan-larangan agama pun dianggap sepele. Lalu di mana akal manusia? Di mana pula mata dan telinganya? Kenapa tidak digunakan?

Pantaslah memang, jika manusia menjadi lebih hina dan rendah daripada nyamuk. Tingkah lakunya saja sudah tidak mencerminkan sisi kemanusiaan. Jika hal itu dilakukan oleh binatang kita bisa memaklumi, karena binatang tidak berakal. Kalau manusia? Adakah pembelaan yang pantas bagi orang yang tidak mau menggunakkan akalnya? Maka Allah mencela orang yang tidak mau menggunakan akalnya, bahkan menyebutnya lebih sesat dari binatang.

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai (Q.s. al-Arf [7]: 179).

Itulah tingkah laku manusia jika tidak ada keimanan di dalam dadanya. Iman akan mengikat batin manusia dengan sang Pencipta, membuat hidupnya serasi dan seimbang antara tampilan luar dan dalamnya. Manakala hati kosong dari cahaya ilahi, manusia menjadi tidak terkendali. Sebab tidak ada pengikat antara dirinya dan Tuhannya. Itulah hal paling mendasar kenapa manusia seringkali tidak punya nurani.

Alih-alih menunaikan hak orang lain, hak dirinya yang asasi saja ia abaikan. Yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana hidup senang. Hanya ada nafsu dalam benaknya. Kecintaannya kepada dunia telah membuat mata hatinya buta. Meskipun cahaya petunjuk terang benderang di depan matanya, ia tidak akan melihatnya. Tidak ada ketaatan dan kebaktian. Yang ada hanya ketamakan dan kerakusan. Inilah alasan kenapa Allah Azza wa Jalla memandang dunia ini hina, lebih rendah dari sayap nyamuk. Berikut ini alasan kenapa dunia disifati dengan kehinaan.

Kecintaan seseorang kepada dunia akan membuatnya mengagungkan dunia, padahal ia rendah di sisi Allah. Dan di antara dosa-dosa besar adalah mengagungkan sesuatu yang dianggap-Nya rendah.

Kecintaan seseorang terhadap dunia akan menjadikan tujuan hidupnya untuk dunia semata, sehingga ia akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya. Bahkan sarana yang seharusnya ditujukan untuk mencari keridaan Allah dan akhirat pun ia tujukan untuk dunianya. Akibatnya, semuanya menjadi terbalik, dan hatinya menjadi berbalik arah ke belakang.

Kecintaan kepada dunia juga akan menghalangi seseorang melakukan amalan yang akan bermanfaat baginya di akhirat, karena ia terlalu sibuk oleh dunia yang dicintainya.

Kecintaan kepada dunia juga akan menjadikan seseorang terlalu bergantung pada dunia. Padahal seberat-berat siksa adalah karena dunia.

Jika kecintaan itu menjadikan seseorang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka ia termasuk sebodoh-bodoh manusia. Sebab ia mendahulukan kehidupan yang semu dari kehidupan yang hakiki.[Ustadz Abu Hasan Abdillah, BA., MA./Muslim.or.id]