Siapa Orang yang Disalib Menggantikan Isa?

ADA 3 pendapat manusia mengenai orang yang disalib orang yahudi itu dan berikut statusnya. Pertama, orang yang disalib itu adalah Nabi Isa, dan disalib dalam kondisi kafir, karena tuduhan menyebarkan kesesatan. Ini merupakan anggapan yahudi. Kedua, orang yang disalib itu adalah Nabi Isa, dan disalib dalam rangka menebus dosa semua manusia, ini aqidahnya nasrani.

Ketiga, orang yang disalib bukanlah Nabi Isa, tapi salah satu muridnya yang diserupakan dengan Isa. Sementara Nabi Isa diangkat oleh Allah ke langit. Dan inilah aqidah kaum muslimin yang diajarkan oleh Allah dalam al-Quran. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/449). Untuk aqidah yahudi dan nasrani, tidak perlu kita hiraukan, karena mereka sendiri tidak yakin dengan aqidah ini. Allah berfirman menceritakan aqidah mereka,

Ucapan Yahudi: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. an-Nisa: 157).

Siapa yang disalib itu? Terdapat riwayat yang shahih sampai Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat di atas, “Ketika Allah hendak mengangkat Isa ke langit, beliau menemui para muridnya, dan ketika itu di rumah ada 12 lelaki hawariyin kemudian Isa mengatakan, “Siapakah diantara kalian yang wajahnya digantikan seperti wajahku, lalu dia akan dibunuh menggantikan aku, dan dia akan mendapatkan surga yang derajatnya sama denganku. Lalu berdirilah seorang pemuda yang paling muda usianya, “Saya.”

“Duduk.” Kata Isa. Nabi Isa mengulang lagi tawarannya, dan pemuda itu angkat tangan dan menyatakan “Saya.” Nabi Isa tetap menyuruhnya untuk duduk. Hingga berlangsung sampai 3 kali. Di yang ketiga, pemuda ini angkat tangan, “Saya.” Lalu Isa mengatakan, “Baik, kamu orangnya.” Lalu dia diserupakan dengan Isa dan Isa diangkat melalui lubang angin yang ada di atap, menuju langit. Kemudian datanglah orang yahudi yang mencarinya, mereka langsung menangkap manusia yang mirip itu, dan langsung membunuhnya, lalu mensalibnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/449).

Ibnu Katsir berkomentar, “Sanadnya shahih sampai Ibnu Abbas. Demikian pula yang dijelaskan beberapa ulama salaf, bahwa Isa berkata ke mereka, Siapa yang bersedia wajahnya diserupakan dengan wajahku, lalu dia dibunuh menggantikanku dan balasannya dia akan menemaniku di surga.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/450).

Sementara itu, Ibnu Jarir berpendapat bahwa yang diserupakan dengan Nabi Isa adalah semua orang hawariyin muridnya Isa. Ketika orang Yahudi yang mengepung rumah itu menangkap mereka, Yahudi itu kebingungan dan mengatakan, Kalian telah menyihir kami. Tunjukkan mana Isa, atau kami bunuh kalian semua. Kemudian salah satu diantara mereka ada yang maju, karena teringat janji Isa bahwa dia akan mendapatkan surga bersama Isa. Lalu Yahudi itu membunuh orang tadi dan menyalibnya. Namun kata Ibnu Katsir mengomentari riwayat kedua ini, “Konteksnya sangat aneh.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/451)

Apapun itu, berdasarkan riwayat ini, bahwa orang yang disalib, menggantikan Isa adalah orang soleh dan bukan orang jahat. Bahkan dia termasuk manusia yang dijamin surga. Kemudian Ibnu Katsir membantah akidah Nasrani, “Sebagian nasrani menyangka bahwa Yudas yang berkhianat memberi yahudi posisi Isa dialah yang diserupakan dengan Isa, lalu dia disalib. Dia mengatakan, “Saya bukan orang yang kalian cari, justru saya yang menunjukkan kalian posisi orang yang kalian cari.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/452)

Meskipun kami ingatkan, sejarah semacam ini tidak mendesak untuk diketahui muslim, dalam arti iman mereka tetap baik, meskipun mereka tidak mengetahui siapa hakekatnya orang ini. Karena itu, tidak ada penjelasan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai orang ini. Intinya, kita meyakini bahwa yang disalib bukanlah Nabi Isa alaihi shalatu was salam. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

MOZAIK

Awas! Iblis Bersama Harta dan Anak Anda

SEPENGGAL hikmah di surat al-Isra: 61 65. Ketika Iblis diusir dari surga karena membangkang perintah Allah, dia diberi kesempatan untuk menyesatkan manusia untuk menjadi temannya di neraka Jahanam.

Dia juga diberi kesempatan untuk memanfaatkan setiap harta dan anak yang dimiliki manusia agar menjadi propertinya. Allah berfirman, “Bergabunglah dengan mereka (manusia) pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” (QS. Al-Isra: 64)

Ulama berbeda pendapat tentang bentuk bergabungnya iblis bersama manusia dalam hal anak dan harta. Al-Hafidz Ibnu Katsir menyimpulkan perbedaan tafsir tersebut dengan menyebutkan keterangan Ibnu Jarir at-Thabari, “Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling mendekati kebenaran, bahwa setiap anak yang dilahirkan wanita, dan menjadi sebab seseorang bermaksiat kepada Allah, baik dengan memberikan nama untuknya dengan nama yang Allah Allah benci, atau dengan memasukkan anak ini ke dalam agama yang tidak Allah ridhai, atau anak hasil zina dengan ibunya, atau anak yang dibunuh dan dikubur hidup-hidup, atau perbuatan lainnya yang termasuk maksiat kepada Allah terhadap anak itu, semua keadaan di atas termasuk dalam bentuk ikut campurnya Iblis terhadap anak.

Oleh karena itu, semua anak dan harta yang menjadi sarana bermaksiat kepada Allah dan sebab mentaati setan maka Iblis ikut bergabung di dalamnya. (Tafsir Ibnu katsir, 5/94).

Ayat ini mengingatkan kita untuk lebih mawas diri dalam mendidik dan memperhatikan manfaat harta dan pendidik anak. Bisa jadi secara zahir itu harta dan anak kita, namun sejatinya telah dikendalikan iblis.

Perhatikan dengan baik, jangan beri kesempatan Iblis untuk bergabung mengendalikan harta dan anak kita. Allahu alam. [Ustaz Ammi Nur Baits]

 

MOZAIK

Harta dan Anak jangan Bikin Lalai Mengingat Allah

AGAMA Islam mengajarkan kepada umatnya agar berhati-hati dengan pelit dan menjadi dermawan. Janganlah pelit dan memiliki akhlak yang tercela.

Tidaklah berkumpul kedua (sifat) ini bersama keimanan yang benar. Jadilah orang yang dermawan dengan harta dan bersikap lemah lembutlah.

Arti dari bait kalimat di atas adalah berhati-hatilah apabila berkumpul dalam dirimu sifat pelit dan akhlak yang tercela. Karena kedua sifat itu tidak mungkin berkumpul di dalam diri seseorang yang beriman. Dengan kata lain, iman tidak mungkin ada dalam diri seseorang apabila kedua sifat [pelit dan akhlak tercela] itu ada di dalam dirinya.

Karena pelit itu lahir dari prasangka buruk (su’udzan) kepada Allah dan tidak yakin kepada jaminan Allah atas orang-orang yang dermawan. Sedangkan akhlak yang tercela lahir dari hati yang sempit.

Dalil Alquran tentang sifat pelit, Allah berfirman:
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki llah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (al-Anaam 125)

Dalil dari hadis Nabi Muhammad tentang hubungan pelit, akhlak tercela dan seorang mukmin, yang artinya: “Dua perkara yang tidak berkumpul dalam hati seorang mukmin: pelit dan akhlak yang tercela.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengandung peringatan yang keras atas dua perkara yang tercela tersebut. Karena kedua perkara pelit dan akhlak tercela dapat menghilangkan kesempurnaan iman dalam diri seseorang, yang selanjutnya dapat mencabut iman dari diri seseorang dan berakhir dengan mati dalam keadaan su’u al-khatimah. Semoga Allah memberikan kita ampunan dan melindungi kita dari kedua perkara tercela tersebut.

Alquran memuji sifat dermawan

Mengenai pujian atas kedermawanan dan celaan atas sifat pelit telah dijelaskan dalam Alquran: Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (al-Lail [92]:5-ll)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada hari ketika seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali kedua malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah berilah kepada orang yang berinfak gantinya.’ Dan malaikat yang satu berdoa, ‘Ya Allah berikan kepada orang yang pelit kehancuran.”‘ (HR. Bukhari- Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda, “Wahai anak Adam, sesungguhnya apabila kamu menginfakkan harta yang lebih milikmu itu baik bagimu dan apabila kamu pelit atasnya itu buruk bagimu, dan tidaklah tercela bagi orang-orang yang memiliki harta sebatas yang dibutuhkan.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh Ibn Masud, Rasulullah bersabda, “Allah menghidupkan dua hamba dari hamba-hambaNya setelah keduanya meninggal dunia. Keduanya adalah orang yang memiliki harta dan anak yang banyak. Allah berkata kepada salah satu dari kedua orang itu, ‘Apa yang kamu lakukan atas apa yang telah Aku berikan kepadamu?’ orang itu berkata, ‘Aku meninggalkannya untuk anak-anakku karena aku takut mereka menjadi miskin.’ Allah berkata kepadanya, ‘Apakah kamu tidak yakin dengan kemurahanku. Sesungguhnya apa yang kamu takutkan atas mereka telah Aku turunkan kepada mereka (kemiskinan).’ Lalu Allah berkata kepada yang satunya, ‘Apa yang kamu lakukan atas apa yang telah Aku berikan kepadamu?’ orang itu berkata, ‘Aku infaqkan dalam ketaatan kepadaMu, dan aku yakin dengan nasib anak-anakku sebab kemurahanMu.’ Allah berkata, ‘Apa ang telah kamu yakini atas mereka, sungguh telah aku berikan kepada mereka (kekayaan).'” (Thabrani).

Imam Ghazali berkata: Ketahuilah! Sesungguhnya sifat pelit itu akan membawa kepada kerusakan yang sangat besar. Dasar dari sifat pelit adalah cinta kepada harta, baik atas harta miliknya atau milik orang lain yang ingin dimilikinya.

Ketahuilah! Memiliki harta itu bukanlah hal yang tercela. Karena setiap orang untuk menuju Allah memerlukan kendaraan yaitu tubuhnya. Dan, tubuh itu memerlukan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Akan tetapi orang yang memahami tujuan dari harta itu, dia tidak akan mengambilnya kecuali sebatas apa yang diperlukan. Apabila berlebihan, maka seperti seorang musafir yang membawa bekal terlalu banyak sehingga memberatkan dirinya sendiri dan dia dapat celaka dengan barang bawaannya sendiri.

Begitu pula, memiliki harta yang lebih dari apa yang diperlukan dapat membawa kerusakan, karena ia dapat membawa hawa nafsunya dalam kemaksiatan. Hal itu disebabkan dia dapat melakukan apa saja dengan harta yang dimilikinya. Sedangkan untuk menjaga dirinya dia tidak mampu, karena sabar atas apa yang dia mampu lakukan sangatlah erat. Selain itu, harta yang berlebih dapat memalingkan dirinya dari kikir dan beribadah kepada Allah, yang merupakan inti dari kebahagian yang abadi. Dan, bagi yang menyia-nyiakan keduanya (dzikir dan ibadah) akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (al-munaafiquun [63]:9)

Hal itu dapat terjadi, ketika hati disibukkan dengan urusan perusahaan seperti pengaturan manajemen, mencari solusi dalam pertengkaran di antara karyawan atau manajemen keuangan. Semua itu akan menyibukkan hati dan raganya dari ibadah kepada Allah, bahkan akan membuatnya cinta kepada dunia dan kebencian akan kematian. Yang berarti dia benci bertemu dengan Allah dan orang yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci bertemu dengannya.

Selanjutnya dia akan melakukan hal-hal yang dimurkai Allah, seperti mencari muka dihadapan manusia, riya (pamer), munafik dan mengatasnamakan agama untuk kepentingan duniawi. Bukan hanya itu saja, akan timbul permusuhan dan pertengkaran untuk meraih itu semua. Dan, masih banyak lagi hal-hal negatif yang ditimbulkan darinya.

 

MOZAIK

3 Kali Penyisiran Nihil, Sampai Kapan 2 Jemaah yang Hilang Dicari?

Laporan Dari Madinah

Madinah – Dua jemaah haji, Atim Arta Ota (62), warga Bogor, dan Hadi Sukma Adsani (73), warga Tulang Bawang, Lampung, hilang karena terpisah dari rombongan di Mekah puluhan hari lalu. Belum ada titik terang nasib keduanya. Hasil penyisiran nihil. Akan terus dicari?

“Tidak seperti SOP (Standart Operating Procedure) SAR (Search and Rescue) yang jelas batas waktunya, khusus soal ini tidak ada batas waktu. Akan terus dicari meski operasional haji berakhir,” jelas Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah, Nasrullah Jasam, saat berkunjung ke Kantor Urusan Haji Daker Madinah, Minggu (1/10/2017).

Operasional pelaksanaan haji di Mekah berakhir pada Kamis, 28 September 2017. Hanya tersisa beberapa petugas yang terus mencari kedua jemaah. Sementara operasional haji di Madinah berakhir seminggu lagi, tepatnya Sabtu, 7 Oktober 2017.

Nasrullah menjelaskan, sejak jemaah dilaporkan hilang, 3 kali penyisiran dilakukan di Mina dan berbagai sudut Kota Mekah. Petugas juga mengecek ke sejumlah rumah sakit. Namun jejak Atim dan Hadi belum terlacak.”Setelah operasional haji, laporan akan disampaikan ke KUH (Kantor Urusan Haji). Akan terus dikoordinasikan dengan Saudi,” jelas Nasrullah.

Atim terpisah dari rombongannya, kelompok terbang (kloter) embarkasi 56 Jakarta-Bekasi (JKS 56) saat beribadah di Masjidil Haram pada Selasa, 15 Agustus 2017. Sedangkan Hadi yang merupakan jemaah kloter 37 embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 37) hilang saat mabit (bermalam) di Mina untuk melempar jumrah pada Sabtu, 2 September 2017.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Bidang Perlindungan Jemaah (Linjam) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Kolonel Jaetul Muchlis, mengatakan, Sabtu (30/9) malam, pihaknya menyisir ulang kawasan Mina dan Mekah. Petugas juga mengecek mayat-mayat tanpa identitas.”Nihil. Kamar mayat sudah dicek, termasuk mayat yang mayat yang belum diambil negara mana pun,” kata Jaetul saat dikonfirmasi via pesan WhatsApp.

Selama operasional haji, 383 jemaah haji Indonesia dilaporkan terpisah dari rombongan. Mayoritas segera ditemukan. Hanya Atim dan Hadi yang hingga saat ini belum diketahui nasibnya. (try/rna) DETIK

Nyai Roro Kidul, Bunda Maria dan Praktik Paganisme

Sejak zaman purba,  penganut paganisme selalu memuja para dewi,  khususnya Dewa Bumi atau Dewi Bumi.

Ciri paganisme ditandai dengan berbagai ritual dan mitologi dengan tanda-tanda atau fenomena yang sama,  misalnya menyembah alam,  menghormati setinggi-tingginya keseimbangan kosmos,  memuja dewa-dewi, patung-patung,  kekuatan magis, roh leluhur,  animisme, dinamisme, benda keramat,  simbol-simbol keramat dan ramalan bintang atau astrologi.

Ciri lain paganisme adalah mantra-mantra,  sesaji,  altar persembahan serta asap-asapan atau dupa atau kemenyan untuk menambah suasana mistis.

Kembali lagi ke paganisme zaman purba. Dewi Bumi digambarkan sebagai sosok dewi yang cantik jelita,  melambangkan kesuburan, tanah pertanian yang subur, lambang kemakmuran,  cinta kasih dan kemurahan hati. Orang Jawa kuno senantiasa membuat patung Dewi Sri,  untuk dipuji sebagai bentuk syukur saat masa panen tiba. Patung Dewi Sri sering diletakkan di sentong atau semacam bilik kamar atau di lumbung penyimpanan padi.

Pada tradisi Kerajaan Mataram di Tanah Jawa,  dipercaya adanya ratu penguasa pantai selatan. Nyai Roro Kidul. Ia digambarkan sebagai seorang dewi yang cantik,  yang memiliki kekuatan magis dan berkolaborasi dengan penguasa Raja Mataram dalam memerintah kerajaan.  Setiap orang yang hanyut di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa diyakini sebagai korban atau tumbal dari Nyai untuk dijadikan abdi atau punggawa kerajaan Laut Kidul. Setiap tanggal satu Syuro diadakan acara labuhan untuk menghormati Nyai Roro Kidul. Demikian pula nelayan di sepanjang pantai selatan sering mengadakan acara sedekah laut untuk memberi kurban kepada Nyai.

Sementara itu, tradisi Hindu khususnya Bali terdapat pemujaan terhadap Dewi Saraswati. Ia dikenal sebagai dewi yang cantik jelita,  berilmu pengetahuan,  hikmah dan kebijaksanaan. Pada setiap upacara ritual ditaruh buku-buku pelajaran untuk disucikan di depan patung sang dewi.

Ajaran paganisme tentang pemujaan dewi sangat berpengaruh pada dunia Kristen sehingga pada tahun 431 M,  saat diselenggarakannya Konsili di kota Efesus,  Maria diproklamirkan sebagai Bunda Allah. Sejak saat itu Proklamasi tersebut diterima sebagai sesuatu yang sesuai dengan Alkitab dan sebagai patokan iman mereka.  FYI,  di kota Efesus tersebut berdiri megah sebuah kuil untuk memuja Dewi Artemis. Dengan pengangkatan Maria sebagai Bunda Allah,  jelas bahwa telah turun surat keputusan dari hasil Konsili Efesus yang memberikan status  “keilahian” atau ketuhanan Maria. Dengan surat pengangkatan tersebut berubahlah status Maria dari bunda manusia menjadi Bunda Allah. Dengan demikian status keilahian Maria didapat kurang lebih 400 tahun setelah kematiannya.

Di Sendangsono,  Kulon Progo Yogyakarta dibuat Gua Maria sebagai tempat peziarahan umat Kristen. Demikian pula Sendang Sriningsih di Klaten Jawa Tengah,  di Kediri Jawa Timur,  di NTT,  Timor Leste dan lainnya. Tempat-tempat tersebut sering diadakan upacara ritual di gua persembahyangan.

Di Indonesia,  tidak kurang terdapat 52 tempat peziarahan yang bermula dari fenomena penampakan Bunda Maria. Di depan patung Bunda Maria itulah umat Kristen berdoa,  persis seperti yang dilakukan oleh penganut paganisme.

Padahal dalam Injil sendiri mengingatkan kepada orang Kristen,  “Anak-Anakku,  waspadalah terhadap segala berhala.” (I Yohannes 5:21).

Terhadap praktik penyembahan terhadap mahluk lain atau penyembahan terhadap Yesus atau Maria ini,  Islam telah mengingatkan dalam pesannya yang termuat dalam Alquran:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah’? Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nyayaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian,’ dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Almaidah ayat 116-117).

Wallahu a’lam.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

2 Jemaah Hilang Puluhan Hari, Petugas Sisir Ulang Armina dan Mekah

Laporan Dari Madinah

Madinah – Belum ada titik terang soal keberadaan 2 jemaah haji Indonesia yang hilang puluhan hari di Mekah. Petugas menyisir ulang titik puncak haji, yakni padang Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Juga berbagai sudut Kota Mekah.

“Mohon doanya. Kami akan sisir lagi Armina dan Mekah,” kata Kepala Bidang Perlindungan Jemaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Kolonel Jaetul Muchlis, Minggu (1/10/2017).

Dua jemaah yang hilang karena terpisah dari rombongan adalah Atim Arta Ota (62), warga Bogor, Jawa Barat, dan Hadi Sukma Adsani (73), warga Tulang Bawang, Lampung. Atim terpisah dari rombongannya, kelompok terbang (kloter) embarkasi 56 Jakarta-Bekasi (JKS 56) saat beribadah di Masjidil Haram pada Selasa, 15 Agustus 2017. Sedangkan Hadi yang merupakan jemaah kloter 37 embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 37) hilang saat mabit (bermalam) di Mina untuk melempar jumrah pada Sabtu, 2 September 2017.

Selama operasional haji, 383 jemaah dilaporkan terpisah dari rombongan. “Hanya dua jemaah (Atim dan Hadi) yang hingga saat ini belum ditemukan,” jelas Jaetul yang juga perwira TNI AU ini.

Petugas sudah melaporkan kejadian itu ke polisi setempat sejak laporan masuk. Juga mencari ke berbagai titik di Mekah. Namun jejak keduanya belum ditemukan. Untuk itu penyisiran ulang dilakukan.

Penyisiran ulang hanya melibatkan 5 petugas karena petugas Daerah Kerja (Daker) Mekah sudah habis masa operasionalnya. Petugas telah kembali ke Tanah Air pada Jumat, 29 September.

Saat ini, petugas haji Indonesia yang masih full team di Saudi hanya Daker Bandara (Jeddah-Madinah) dan Madinah. Mereka fokus pada pemulangan jemaah yang dimulai sejak Kamis, 21 September. Proses ini akan terus berlangsung Jumat, 6 Oktober.

Berdasarkan data Sistem Informasi dan Kompueterisasi Haji Terpadu, pukul 04.00 Waktu Arab Saudi (WAS), Minggu (1//2017), total jemaah yang diterbangkan ke Tanah Air berjumlah 174.429 orang. Terdiri dari 101.875 orang dari Jeddah (operasional sudah berakhir) dan 72.554 orang dari Madinah (operasional masih berlangsung). (try/nvl)

DETIK

Banyak Orang Tertipu Harta dan Keindahan Dunia

ALKISAH, pada zaman Nabi Isa as. terdapat tiga pemuda saleh tengah berjalan kaki menyusuri gurun.

Ketiganya sepakat untuk sama-sama menuntut ilmu di sebuah negeri sebrang nun jauh. Namun, saat tiba di tengah perjalanan, mereka menemukan timbunan harta yang melimpah. Alhasil, mereka pun memutuskan untuk istirahat sebentar sembari mencari makan.

Ketiga pemuda itu kemudian sepakat bahwa mereka harus rela berbagi tugas. Salah satu di antara mereka pergi mencari makan. Sementara dua orang lainnya bertugas menjaga harta istimewa itu guna menghindari adanya pencuri atau orang yang mengaku-ngaku atas kepemilikan harta tersebut. Hal ini dikarenakan nilai harta itu dinilai lebih tinggi ketimbang makanan yang akan mereka santap, sehingga penjagaan ekstra pun harus dilakukan.

Akhirnya, dia yang ditunjuk mencari makanan, bergegas pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Di tengah perjalanan, terlintas di benaknya untuk menguasai seluruh harta temuan itu. Sang pemuda pun mencari cara agar bisa melenyapkan keduanya. Dan, dipilihlah racun untuk dicampur dengan makanan yang akan diberikan kepada mereka.

Ternyata, niat jahat bukan hanya terlintas dalam benak sang pemuda yang diutus mencari makan saja. Kedua rekannya yang lain juga telah sepakat untuk menghabisinya sekembali ia mencari makan. Tentu saja, mereka berharap agar kekayaan itu hanya dibagi dua saja.

Setelah pemuda yang membeli makanan itu sampai ke tempat semula, kedua rekannya langsung menerkam dan membunuhnya. Tak ada sesal, tak ada rasa bersalah. Bahkan, keduanya tersenyum simpul, lega. Dan, karena sangat lapar, mereka pun tak sempat berpikir lain kecuali menyantap makanan yang diperoleh temannya ituyang juga telah dibubuhi racun.

Ya, apa hendak dikata, berkat keserakahan dan cinta dunia yang berlebih, nasib ketiganya pun sama-sama berujung maut. Ketiganya sama-sama tidak sempat merasakan sedikit pun nikmat atas limpahan harta yang Allah karuniakan kepada mereka. Ketiganya sama-sama tertipu oleh fatamorgana dunia.

Begitulah dunia. Banyak orang yang tertipu karena keindahannya, hingga melupakan arti penting dari kehadiran dunia itu sendiriyang notabenenya hanya sebagai sarana, bukan tujuan.

Karena keserakahan, dunia yang seharusnya bisa mendatangkan kenikmatan, justru berlaku sebaliknyayang bahkan bisa merugikan diri sendiri, hingga mendatangkan kematian.

Konon, Nabi Isa as. bersama para pengikutnya yang setia (Al Hawariyyun) sempat berkunjung ke tempat terjadinya peristiwa itu. Beliau pun berkata, “Lihat, inilah dunia. Bagaimana ia telah membunuh tiga orang yang awalnya berniat suci (menuntut ilmu), namun terperosok oleh fatamorgana dunia,” ujar Isa.

“Setelah mereka, tentu akan ada banyak lagi korban-korban yang berguguran karena memburu dan mencintai dunia. Hati mereka terbutakan oleh dunia, hingga melupakan tujuan utamanya dihadirkan ke dunia (untuk mengabdi pada Allah Swt.),”

“Pemburu dunia tak ubahnya peminum air laut. Semakin banyak minum, makin tambah haus. Ia pun terus minum sampai binasa. Namun demikian, ia tetap tak terpuaskan,” kata Isa as, lebih lanjut.

Ya, dunia. Sedari dulu, bahkan Rasul Saw. mewanti-wanti umatnya untuk tidak ngoyo pada dunia, yang bisa mengakibatkannya rugi dunia, bahkan akhirat. Perhatikan, betapa banyak orang yang awalnya dikenal sebagai orang baik, sholeh, pemurah, namun ketika dihadapkan dunia justru malah semakin lupa.

Dalam hal ini, beliau bersabda, “Sebagaimana penyelam laut, ia tidak dapat terhindar dari basah, maka pemburu dunia juga tidak akan terlepas atau terhindar dari kotoran.”

Begitulah Rasul Saw. mengumpamakan dunia dengan kotoran. Nasihat ini bukan berarti kita tidak boleh mencari dunia, namun nasihat ini hadir untuk mengingatkan umatnya agar waspada terhadap titipan yang Allah karuniakan kepada kita (hamba). Bukan malah berlaku zalim, dengan mengejar dan menguasai dunia, hingga melupakan kewajiban kita untuk saling berbagi dalam kebaikan. []

Sumber : diolah dari Nasihat Al Ghazali bagi Penguasa

MOZAIK

Bachtiar Nasir: Indonesia Satu tak Boleh Berpecah Belah

Pimpinan Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) Ustaz Bachtiar Nasir bersama rombongan MUI Bali Crisis Center, menyerahkan bantuan logistik dari umat Islam ke Posko Bencana Gunung Agung, di Tanah Ampo, Karangasem Bali, Sabtu (30/9).

Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, urusan kemanusiaan menghilangkan sekat keagamaan. Masyarakat Bali khususnya yang dekat dengan Gunung Agung, saat ini, membutuhkan bantuan kemanusiaan, apapun agamanya baik Hindu, Muslim atau yang lain.

“Saatnya kita buktikan umat Islam bersama umat Hindu di Bali memberikan kasih sayang. Indonesia kita satu dan tidak boleh dipecah belah. Siapapun dan apapun suku dan agamanya jika ada kesulitan, kita di Indonesia harus saling membantu dan bersatu,” ujar Ustaz Bachtiar, Sabtu (30/9).

Karena itu, kepada umat Islam bisa berikan bantuan terbaik kepada masyarakat terdampak bencana Gunung Agung, baik sandang dan pangan, tenda dan obat obatan. Bahkan, sarana pendukung pendidikan bagi anak anak yang saat ini mengungsi.

Dukungan bantuan logistik ini dianggap sangat penting, karena tidak ada yang tahu sampai kapan ancaman erupsi Gunung Agung ini akan selesai. Sehingga tidak bisa dipastikan berapa lama para pengungsi bertahan di tempat pengungsian.

“Kita doakan bersama agar bencana ini cepat selsai dan kita donasikan yang terbaik kepada saudara kita di Bali,” terangnya.

Bantuan dari AQL dan MUI Crisis Center ini diserahkan langsung ke posko induk logistik BNPB di Tanah Ampo, Karangasem agar tidak membeda bedakan pengungsi dalam penyalurannya. Ia berharap kepada lembaga kemanusiaan muslim lain yang ingin menyalurkan bantuan bisa bekerjasama dengan MUI Bali Crisis Center, supaya langkah penyaliran bantuan bisa lebih strategis di lapangan.

“Saat ini lah menunjukkan komitmen umat Islam yang sesungguhnya menjalankan nilai keikhlasan atas nama kemanusiaan yang sesungguhnya,” ujar Bachtiar Nasir.

 

REPUBLIKA

Sejarah Awal Mulanya Puasa Asyura

HARI Asyura, hari yang sangat istimewa. Hingga Rasullullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan banyak perhatian pada hari itu untuk berpuasa. Dari Ibnu Abbbas Radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan, “Saya belum pernah melihat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap puasa di satu hari yang beliau istimewakan, melebihi hari asyura, dan puasa di bulan ini, yaitu Ramadhan.” (HR. Ahmad 3539 & Bukhari 2006)

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga menjanjikan, puasa di hari Asyura, bisa menjadi kaffarah (penebus dosa) setahun yang lalu. Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa di hari Asyura. Jawab beliau, “Bisa menjadi kaffarah setahun yang lalu.” (HR. Ahmad 23200 dan Muslim 2804)

Berdasarkan beberapa hadis di atas, ulama sepakat bahwa puasa pada hari Asyura tidak wajib, dan mayoritas ulama mengatakan hukumnya anjuran. Al-Hafidz Ibn Rajab menyebutkan tahapan perjalanan puasa Asyura. Tahapan pertama, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melakukan puasa Asyura bersama orang musyrikin Mekah.

Aisyah Radhiyallahu anhu menceritakan, “Hari Asyura adalah hari puasanya orang quraisy di masa Jahiliyah. Dan dulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga berpuasa Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, beliau melakukan puasa itu, dan menyuruh para sahabat untuk melakukan puasa Asyura.” (HR. Bukhari 2002 dan Muslim 2693)

Tahapan kedua, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang yahudi melakukan puasa Asyura, akhirnya beliaupun berpuasa dan menyuruh para sahabat untuk berpuasa. Dari Ibn Abbas radliallahu anhuma, beliau mengatakan: Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam sampai di Madinah, sementara orang-orang yahudi berpuasa Asyura. Mereka mengatakan: Ini adalah hari di mana Musa menang melawan Firaun. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “Kalian lebih berhak untuk bangga terhadap Musa dari pada mereka (orang yahudi), karena itu berpuasalah.” (HR. Bukhari 4680).

Dan ketika itu, puasa Asyura menjadi puasa wajib bagi kaum muslimin. Dari Rubayyi binti Muawwidz radliallahu anha, beliau mengatakan: Suatu ketika, di pagi hari Asyura, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu kampung penduduk Madinah untuk menyampaikan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah puasa, hendaknya dia lanjutkan puasanya.” Rubayyi mengatakan: Kemudian setelah itu kami puasa, dan kami mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami memberikan mainan itu. Begitu seterusnya sampai datang waktu berbuka. (HR. Bukhari 1960)

Tahapan ketiga, ketika ramadhan diwajibkan, hukum puasa Asyura menjadi anjuran dan tidak wajib. Aisyah mengatakan, Dulu hari Asyura dijadikan sebagai hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melaksanakn puasa Asyura dan memerintahkan sahabat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, beliau tinggalkan hari Asyura. Siapa yang ingin puasa Asyura boleh puasa, siapa yang tidak ingin puasa Asyura boleh tidak puasa. (HR. Bukhari2002 dan Muslim 2693)

Tahapan Keempat, di akhir hayat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau memerintahkan sahabat untuk melakukan puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharam, untuk membedakan dengan orang yahudi. Dari Ibn Abbas radliallahu anhuma, beliau menceritakan: Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu alaihi wa sallamsudah diwafatkan. (HR. Muslim 2722)

Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

MOZAIK

Awas! Diamnya Anda Bisa Menjadi Haram

SETIAP muslim tidak halal bermalas-malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah atau tawakkal kepada Allah, sebab langit ini tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak.

Tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya. Untuk itu Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna.” (Riwayat Tarmizi)

Dan yang sangat ditentang oleh Nabi serta diharamkannya terhadap diri seorang muslim, yaitu meminta-minta kepada orang lain dengan mencucurkan keringatnya. Hal mana dapat menurunkan harga diri dan karamahnya padahal dia bukan terpaksa harus minta-minta.

Kepada orang yang suka minta-minta padahal tidak begitu memerlukan, Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut: “Orang yang minta-minta padahal tidak begitu memerlukan, sama halnya dengan orang yang memungut bara api.” (Riwayat Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya)

Dan sabdanya pula: “Barangsiapa meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya tanpa sesuatu yang menghajatkan, maka berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat, dan batu dari neraka yang membara itu dimakannya. Oleh karena itu siapa yang mau, persedikitlah dan siapa yang mau berbanyaklah.” (Riwayat Tarmizi)

Dan sabdanya pula:”Senantiasa minta-minta itu dilakukan oleh seseorang di antara kamu, sehingga dia akan bertemu Allah, dan tidak ada di mukanya sepotong daging.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Suara yang keras ini dicanangkan oleh Rasulullah, demi melindungi harga diri seorang muslim dan supaya seorang muslim membiasakan hidup yang suci serta percaya pada diri sendiri dan jauh dari menggantungkan diri pada orang lain. [Syekh Yusuf Qaradhawi]

 

MOZAIK