Ramadan: Bulan Perbaikan Akhlak

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 273. Lihat Shahih Adabul Mufrad.)

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan redaksi (lafaz) إِنَّمَا  (innama) yang mempunyai arti pembatasan (makna: hanya) dan menetapkan hukum suatu perkara dengan meniadakan perkara yang lain. Maksudnya, tujuan Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam diutus hanyalah untuk memperbaiki (menyempurnakan) akhlak. Sehingga, sebagian ulama mengatakan bahwa seluruh syariat Islam dan ajarannya bermuara pada akhlak mulia.

Dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain,

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik (sempurna) akhlaknya. (HR. Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284.)

Oleh karena itu, mukmin yang paling baik ibadahnya, paling kuat imannya, dan paling tinggi akidahnya adalah yang paling sempurna (baik) akhlaknya. Jika ada yang bertambah ilmu dan imannya, semangat dalam ibadahnya, tetapi akhlaknya tidak bertambah baik, waspadalah, mungkin ada yang salah ketika belajar agama dan mengamalkannya.

Akhlak-akhlak yang diperbaiki selama Ramadan

Bulan Ramadan merupakan bulan yang berisikan banyak ibadah yang agung dan istimewa. Yang ibadah-ibadah tersebut dapat mendidik (memperbaiki) akhlak seseorang agar semakin baik dan sempurna. Lalu, apa saja akhlak yang diperbaiki selama bulan Ramadan? Berikut rincian dan penjelasannya.

Pertama, sabar

Salah satu ibadah di bulan Ramadan yang sangat spesial adalah puasa. Puasa Ramadan dapat memperbaiki kesabaran seseorang. Sehingga, setelah Ramadan berlalu, seseorang yang lulus menapaki madrasah Ramadan akan menjadi lebih penyabar.

Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ

“Puasa bulan kesabaran.” (HR. Ahmad no. 7567, 8965 dan Muslim no. 1162)

Dari hadis di atas, Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam mensifati bulan Ramadan sebagai bulan kesabaran. Hal ini karena pada bulan Ramadan terhimpun berbagai jenis kesabaran. Sabar dalam ketaatan dan berbagai ibadah di bulan Ramadan (puasa, tarawih, zakat, iktikaf, dan lainnya). Sabar menjauhi kemaksiatan dan dosa. Bahkan, pada perkara yang halal pun ia bersabar, dengan menahan agar tidak melakukannya saat puasa (semisal makan, minum, hubungan suami istri). Sabar di sini juga mencakup saat kondisi emosi (marah), serta menghadapi celaan dan hinaan.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ

Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ (HR. Bukhari  dan Muslim)

Kedua, jujur

Ramadan adalah salah satu sarana untuk melatih kejujuran. Kejujuran di sini mencakup jujur dalam perilaku maupun perkataan. Sebagaimana halnya puasa, yang mengetahui dirinya melaksanakan ibadah puasa atau membatalkan atau bahkan meninggalkan puasa, hanyalah dirinya sendiri dan Allah Ta’ala. Jujur dalam lisan mencakup meninggalkan perkataan dusta, jorok, sia-sia, gibah (menggunjing), fitnah, adu domba, dan semisalnya.

Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah justru mengamalkannya, maka Allah Taala tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.(HR. Bukhari no. 1903, Abu Daud no. 2362, dan Ahmad no. 10562)

Dalam sabda beliau yang lain,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

“Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri dari berkata sia-sia dan jorok.” (HR. Ibnu Hibban no. 3479 dan Hakim no. 1570. Lihat Shahih At-Targhib no. 1082)

Ketiga, dermawan

Jika kita perhatikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika di luar Ramadan adalah seorang yang sangat dermawan. Namun, tatkala masuk bulan Ramadan, beliau tambah lebih dermawan lagi.

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Quran. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari)

Ada beberapa faedah singkat dari hadis di atas. Pertama, ada hubungan antara membaca Al-Qur’an dengan akhlak seseorang. Semakin sering dan baik seseorang membaca Al-Qur’an, maka seharusnya perilakunya juga semakin baik dan lebih dermawan terhadap sesama. Kedua, kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diibaratkan bak angin yang bertiup kencang. Tatkala angin bertiup kencang, maka ia akan cepat dan mengenai segala arah (luas). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Ramadan sangat ringan, cepat, banyak, dan luas cakupannya dalam memberi, tanpa banyak berpikir. Bahkan, sampai orang kafir pun merasakan kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana riwayat berikut.

Ibnu Syihaab berkata,

غَزَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزْوَةَ الْفَتْحِ – فَتْحِ مَكَّةَ – ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَاقْتَتَلُوا بِحُنَيْنٍ، فَنَصَرَ اللهُ دِينَهُ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأعْطَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ صَفْوَانَ بْنَ أميَّةَ مِائَةً مِنَ النَّعَمِ، ثُمَّ مِائَةً، ثُمَّ مِائَةً.

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan perang menaklukkan kota Makkah. Lalu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pergi bersama kaum muslimin bertempur dalam perang Hunain. Maka, Allah memenangkan agama-Nya dan kaum muslimin. Dan pada hari itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kepada Shafwan bin Umayyah 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta, lalu100 ekor unta.

Sa’id Ibnul Musayyib berkata bahwasanya Shafwan bin Umayyah berkata,

وَاللهِ لَقَدْ أعْطَانِى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أعْطَانِى، وَإِنَّهُ لأبْغَضُ النَّاسِ إلَىَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إنَّهُ لأحَبُّ النَّاسِ إلَىَّ

Demi Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang paling aku benci. Namun, Nabi terus memberikan kepadaku hingga akhirnya ia adalah orang yang paling aku cintai. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan keamanan dan harta kepada Shafwan agar ia dapat merasakan kebaikan dari ajaran agama Islam. Dan pada akhirnya, Shafwan pun masuk Islam.

Keempat, disiplin

Hampir seluruh ibadah di dalam agama Islam ada waktu-waktu yang telah ditentukan, semisal salat, zakat, haji, kurban, dan lainnya. Pada bulan Ramadan, kita dilatih dan dididik untuk mendisiplinkan diri menaati syariat dan hukum Allah Ta’ala. Sebagaimana saat puasa, ada batas waktu untuk sahur, imsak, dan berbuka. Malamnya dilatih untuk disiplin dalam ibadah tarawih, tadarus, dan iktikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Kemudian, kita juga dilatih untuk disiplin dalam mengelola diri saat puasa, dengan tidak bermaksiat dengan lisan dan perbuatan, agar tidak mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa yang dilakukan.

Semua akhlak yang dilatih saat bulan Ramadan di atas tujuan puncaknya adalah agar menjadikan seorang mukmin menjadi hamba yang bertakwa. Dan inilah akhlak yang tertinggi, yaitu akhlak kepada Allah Ta’ala. Hal ini selaras dengan firman-Nya,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah; 183)

Semoga Ramadan kali ini dapat memberikan bekas dalam diri dan akhlak kita semua. Aamiin.

***

Penulis: Arif Muhammad N.

Sumber: https://muslim.or.id/92523-ramadan-bulan-perbaikan-akhlak.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Agar Memperoleh Kebahagiaan Abadi

Banyak dari manusia tertipu dan terlena. Mereka mengira bahwa kebahagiaan terletak pada banyaknya harta dan keturunan, atau tercapainya ketenaran dan jabatan. Menganggap jika ia miskin dan tidak memiliki jabatan, ia tidak akan berbahagia. Sungguh, semua persepsi ini salah dan keliru. Karena, Allah Ta’ala sendiri yang mengingatkan kepada kita bahwa semua kebahagiaan yang ada di dunia ini adalah kebahagiaan semu dan menipu. Allah Ta’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Mirisnya lagi, banyak dari kaum muslimin yang menjadikan popularitas dan kemewahan sebagai tolok ukur kebahagiaannya. Mereka sangat mengimpikan untuk menjadi orang terkenal, influencer, ataupun yang semisalnya. Banyak juga yang memperkaya diri dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat dan ajaran Islam ini. Mereka lupa bahwa kebahagiaan abadi hanya ada di surga. Kebahagiaan abadi tersebut harganya mahal dan tidak dapat diperoleh, kecuali jika menaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Surga, tempat kebahagiaan abadi

Muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala haruslah yakin dan percaya bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang kekal lagi abadi adalah kesenangan di surga. Karena, itulah yang Allah Ta’ala janjikan kepada kaum mukminin yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Buahnya tak henti-henti dan (demikian pula) naungannya. Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa. Dan tempat kesudahan bagi orang-orang yang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’d: 35)

Allah Ta’ala juga berfirman,

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan gelas-gelas. Dan di dalam surga itu terdapat segala apa (kenikmatan) yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71)

Allah Ta’ala juga memberikan kabar gembira bagi para sahabat yang ikut berhijrah dan berjihad dengan harta dan diri mereka bahwa mereka akan mendapatkan nikmat yang kekal lagi abadi di surga. Allah Ta’ala berfirman,

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ

“Tuhan mereka memberi kabar gembira kepada mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 21)

Dari ayat-ayat tersebut, seharusnya seorang muslim menyadari bahwa kesenangan dan kebahagiaan di dunia tidak ada yang abadi. Sehingga, ia tidak terlalu mengejarnya dan berlebih-lebihan di dalam mengusahakannya. Sebaliknya, ia harus semangat dan giat untuk mewujudkan kebahagiaannya yang abadi di akhirat nanti.

Islam adalah jalan menuju kebahagiaan abadi

Bagaimana caranya mendapatkan kesenangan abadi yang Allah janjikan tersebut?

Menjadi seorang muslim yang baik adalah satu-satunya jalan untuk mengejar dan meraih kebahagiaan abadi di dalam surga. Bagaimana caranya? Yaitu, dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, serta taat dan tunduk terhadap setiap perintah dan syariat yang beliau sampaikan dari Allah Ta’ala. Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,

يا رسولَ اللهِ، أخبِرْني بعملٍ يُدخِلُني الجنَّةَ، ويباعدني منَ النَّارِ

“Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka!”

Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لقد سألتَ عن عظيمٍ، وإنَّهُ ليسيرٌ علَى من يسَّرَه اللهُ عليه، تعبدُ اللهَ ولا تشرِكُ بِه شيئًا، وتقيمُ الصَّلاةَ، وتؤتي الزَّكاةَ، وتصومُ رمضانَ، وتحجُّ البيتَ، ثمَّ قالَ: ألا أدلُّكَ علَى أبوابِ الخيرِ؟ الصَّومُ جُنَّةٌ، والصَّدَقةُ تطفئُ الخطيئةَ، كَما يطفئُ الماءُ النَّارَ،وصلاةُ الرَّجلِ في جوفِ اللَّيلِ، ثمَّ تلا: تَتَجَافَى جُنُوبُهُم عَنِ الْمَضَاجِعِ) حتَّى بَلغَ: يَعمَلونَ) ثمَّ قال: ألا أُخبِرُك بِرأسِ الأمرِ ، وعمودِه، وذِروَةِ سَنامِه؟ قلت: بلَى، يا رسولَ اللهِ، قال: رأسُ الأمرِ الإسلام، وعمودُه الصَّلاةُ، وذِروةُ سَنامِهِ الجِهادُ، ثمَّ قال: ألا أخبرُك بمِلاكِ ذلِك كلِّه؟ قلتُ: بلَى، يا نبيَّ اللهِ، فأخذَ بلسانِهِ، وقال: كُفَّ عليكَ هذا، فقُلتُ: يا نبيَّ اللهِ، إِنَّا لمؤاخَذونَ بما نتَكلَّمُ بِه؟ قال: ثَكلتكَ أمُّكَ يا معاذُ، وَهل يَكبُّ النَّاسَ في النَّارِ علَى وجوهِهِم، أو علَى مناخرِهم، إلَّا حصائدُ ألسنتِهم

”Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar. Namun, sungguh hal tersebut sangatlah mudah dikerjakan bagi yang dimudahkan Allah. Yaitu, engkau hanya beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, ”Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah tameng. Sedekah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan seperti air memadamkan api. Dan salatnya seseorang pada tengah malam.” Lalu, beliau membaca (ayat) (yang artinya), “’Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.’ (QS. As Sajdah : 16) sampai pada firman-Nya, ‘Yang telah mereka kerjakan.’”

Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Maukah engkau aku beritahu pokok urusan agama ini, tiangnya, dan puncak tertingginya?” Aku mengatakan, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, “Pokok segala urusan adalah Islam. Tiangnya adalah salat. Dan puncak tertingginya adalah jihad.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua itu?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Nabi Allah.” Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda, “Tahanlah (jagalah) ini!” Aku bertanya, ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Muadz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam neraka dengan wajah tersungkur tidak lain disebabkan hasil panen (apa yang mereka peroleh) dari lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjanjikan surga bagi umatnya yang taat dan patuh terhadap syariat Islam,

كُلُّ أُمَّتي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَن أَبَى، قالوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَن يَأْبَى؟ قالَ: مَن أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَن عَصَانِي فقَدْ أَبَى.

“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya.” Ada seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku, akan masuk surga. Barangsiapa tidak taat kepadaku, sungguh dia orang yang enggan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 7280)

Tidaklah seorang muslim mengikuti setiap ajaran yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menjalankan seluruh perintah yang datang darinya dan meninggalkan seluruh perbuatan yang dilarang olehnya, kecuali ia termasuk umatnya yang dijanjikan surga. Dan tidaklah seseorang membangkang serta tidak menaati syariat yang beliau sampaikan, kecuali ia akan dimasukkan ke dalam neraka yang panasnya abadi. Naudzubillahi min dzalik.

Beberapa amalan yang menjadi jalan cepat ke surga

Begitu besarnya keinginan beliau agar seluruh umatnya masuk ke dalam surga, sampai-sampai di beberapa kesempatan, beliau sebutkan tentang beberapa amalan yang akan  menjadi jalan cepat bagi seorang muslim untuk menuju surga. Beberapa di antaranya adalah:

Pertama, menuntut ilmu yang berkaitan dengan syariat Islam

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan yang didapatkan oleh seseorang yang menuntut ilmu agama. Dan hal ini bukan tanpa alasan. Dengan belajar dan menuntut ilmu, seorang muslim akan lebih mengenal agamanya. Dengan belajar dan menuntut ilmu juga, seorang muslim dapat beribadah sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, menjadi mukmin yang bertakwa dan berakhlak mulia

Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal perbuatan apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga dan neraka. Beliau kemudian menjawab bahwa perbuatan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah,

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.”

Adapun perbuatan yang banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka adalah,

الْفَمُ وَالْفَرْجُ

“(Perkara yang disebabkan karena) mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004, Ibnu Majah no. 4246 dan Ahmad no. 9085)

Ketiga, mengelola emosi dan tidak mudah marah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasihat kepada salah satu sahabatnya,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 2374. Disahihkan oleh Syekh Al-Albâni dalam Shahîh Al-Jâmi’ish Shaghîr no. 7374 dan Shahîh At-Targhîb wat-Tarhîb no. 2749.)

Bukan berarti seorang muslim tidak boleh marah dan meluapkan emosinya. Hanya saja, marah yang ada pada dirinya hendaknya diletakkan di tempat yang semestinya. Jangan sampai digunakan untuk memukul istri atau pembantunya, menyerang atau menghardik muslim lainnya tanpa ada alasan. Hendaknya marah dan emosi yang ia rasakan dilampiaskan tatkala agama Allah Ta’ala dihinakan. Ia marah tatkala aturan Allah dilanggar. Muslim yang memiliki sifat seperti inilah yang berhak mendapatkan surga Allah Ta’ala.

Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita semua di surganya yang penuh akan keutamaan dan kenikmatan, yang kekal abadi lagi tak pernah sirna. Saudaraku, jangan pernah bosan untuk berdoa dan meminta kepada Allah Ta’ala untuk diberikan surga dan dihindarkan dari neraka. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ

”Siapa saja yang meminta surga sebanyak tiga kali, maka surga akan berkata, ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan siapa saja yang memohon perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, maka neraka akan berkata, ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.’” (HR. Tirmidzi no. 2572, An-Nasa’i no. 5521, Ibnu Majah no. 4340, dan Ahmad no. 13173)

Wallahu A’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/92398-agar-memperoleh-kebahagiaan-abadi.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Keutamaan Membaca Alquran di Bulan Ramadhan

Ada keutamaan di balik berinteraksi dengan Alquran.

Bulan Ramadhan merupakan bulan diskon untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Khususnya dalam melakukan amalan yang baik pada bulan Ramadhan akan dilipat gandakan pahala seorang muslim oleh Allah SWT. Terdapat amalan penting yang dilakukan pada bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran.

“Amalan penting yang dilakukan Nabi (Muhammad) yang spesifik dilakukan secara konsisten dan intens di bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran. Metodologi atau cara berinteraksi dengan Alquran setidaknya didapati secara umum tiga cara utama”, kata Ustadz Adi Hidayat, dikutip dari akun Youtube pribadinya, Adi Hidayat Official, Kamis (21/03/2024).

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, bahwa cara berinteraksi dengan Alquran yang pertama, membaca Alquran dengan tujuan untuk mengkhatamkan Alquran dengan bacaan yang benar dan dengan bimbingan yang baik sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW atau yang disebut dengan qiraah.

Metode yang kedua, yaitu mengkaji kedalaman makna Alquran yang biasa disebut dengan Tilawah. Memahami arti atau makna ini dengan harapan bisa mengamalkannya sesuai dengan kedalaman maknanya. Metode ini juga biasa disebut dengan tafsir, mencari penjelas dari bacaan – bacaan yang didapat dan ayat – ayat yang ditemukan.

Metode yang ketiga, yaitu menghafal Alquran. Metode ini memiliki banyak manfaat yang akan didapat bagi orang yang mengamalkannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dengan metode ini dapat memudahkan seseorang membawa Alquran kemanapun ia hadir saat membutuhkannya. Hal tersebut berguna untuk memberikan petunjuk, menentramkan jiwa yang gelisah, dan membawa seseorang pada kedamaian setiap beraktivitas.

Hal tersebut dijelaskan pada surat Fatir ayat 32 yang berbunyi,

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ

Arab Latin : Ṡumma auraṡnal-kitābal-lażīnaṣṭafainā min ‘ibādinā, fa minhum ẓālimul linafsih(ī), wa minhum muqtaṣid(un), wa minhum sābiqum bil-khairāti bi’iżnillāh(i), żālika huwal-faḍlul-kabīr(u).

Artinya : “Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab suci adalah) karunia yang besar.”

IHRAM 

Donor Darah Ketika Puasa, Boleh dan Amankah?

Persiapan penting dilakukan saat seseorang donor darah saat puasa.

Apakah Anda rutin mendonorkan darah? Mungkin muncul pertanyaan, apakah boleh dan aman melakukan donor darah ketika sedang berpuasa?

Baik dalam Islam maupun secara medis, donor darah saat berpuasa diperbolehkan dan dinilai aman jika dilakukan dengan tepat. Donor darah adalah proses pengambilan darah secara sukarela untuk disimpan di bank darah sebagai stok transfusi darah. Dikutip dari laman NU Online, Kamis (21/3/2024), donor darah tentu tidak terlepas dari proses injeksi.

Artinya ada proses melukai tubuh seseorang. Tetapi ini tidak memengaruhi keabsahan atau membatalkan puasa. Ada proses melukai tubuh dengan batu, jarum, pisau, atau benda-benda lainnya.

Namun donor darah hukumnya tidak haram sebab dibenarkan syariat karena melukai tubuh berlandaskan pada kebutuhan yang dibenarkan secara syariat. Sebaliknya, melukai tubuh tanpa adanya tujuan yang jelas hukumnya adalah haram.

Jumhur ulama berpandangan bahwa jelas donor darah tidak membatalkan puasa sebagaimana hijamah (bekam). Pendapat Hanabilah menyatakan donor darah tidak membatalkan puasa.

Tetapi untuk proses bekam, mayoritas Ulama Madzahib al-Arba’ah menganggap itu membatalkan puasa, sedangkan mazhab Hanabilah berpendapat itu membatalkan puasa. Hal ini baik bagi orang yang membekam atau yang dibekam.

Syekh Wahbah menegaskan pandangan berikut:

لَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِمَا يَأْتِيْ –إلى أن قال- وَإِخْرَاجِ الدَّمِ بِرُعَافٍ، وَجَرْحِ الصَّائِمِ نَفْسَهُ أَوْ جَرَحَهُ غَيْرُهُ بِإِذْنِهِ وَلَمْ يَصِلْ إِلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ آلَةِ الْجَرْحِ، وَلَوْ كَانَ الْجَرْحُ بَدَلَالْحِجَامَةِ، لِأَنَّهُ لَا نَصَّ فِيْهِ، وَالْقِيَاسُ لَا يَقْتَضِيْهِ.

“Orang yang berpuasa tidak batal dengan hal-hal sebagai berikut; dan mengeluarkan darah sebab mimisan, melukai diri atau dilukai orang lain atas seizinnya dan tidak ada sesuatu dari alatnya yang masuk pada lubang tubuh, meski sebagai ganti dari hijamah, sebab tidak ada nash di dalam hal tersebut dan qiyas tidak menuntutnya”. (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3, hal. 1730).

Maka dapat disimpulkan kegiatan donor darah tidak membatalkan puasa. Bahkan secara medis, donor darah saat berpuasa dinilai aman dan dianjurkan. Meski demikian, persiapan tetap penting agar memastikan kondisi kesehatan sebelum mendonorkan darah saat berpuasa.

REPUBLIKA

Haus Berlebihan Saat Puasa? Atasi dengan 6 Cara Ini

Menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan sering kali membuat tubuh merasa haus. Utamanya di tengah cuaca yang panas dan kegiatan yang padat. Dilansir Geo.tv pada Kamis (21/4/2023), rasa haus bisa menjadi lebih mengganggu dibandingkan rasa lapar saat berpuasa.

Untuk membantu mengatasi rasa haus selama Ramadhan, ada beberapa tips sehat dan bermanfaat yang bisa diterapkan:

1. Konsumsi yoghurt

Yoghurt mengandung sekitar 85 persen air dan kaya akan nutrisi. Dengan mengonsumsi yoghurt saat sahur atau buka puasa, Anda bisa mendapatkan hidrasi tambahan selama berbuka puasa.

2. Hindari aktivitas fisik yang terlalu berat

Aktivitas fisik yang terlalu intens, olahraga yang agresif, dan paparan panas dapat membuat tubuh lebih cepat dehidrasi saat berkeringat. Karena itu, Anda disarankan untuk menghindari aktivitas ini selama bulan Ramadhan, terutama pada siang hari.

3. Kurangi konsumsi minuman berkafein

Minuman seperti teh, kopi, dan minuman bersoda bisa meningkatkan risiko dehidrasi dan rasa haus. Kurangi konsumsi minuman ini selama Ramadhan. Gantilah dengan minuman yang lebih sehat dan tidak mengandung kafein.

4. Tambahkan makanan berair dalam pola makan

Makanan seperti semangka, mentimun, selada, dan tomat mengandung banyak air dan juga kaya akan vitamin, serta serat. Tambahkan makanan-makanan ini dalam diet Anda untuk membantu menjaga hidrasi tubuh.

5. Hindari makanan pedas dan asin

Makanan yang terlalu pedas atau asin bisa membuat Anda lebih membutuhkan cairan tubuh karena bisa menyebabkan mulut terasa kering. Hindari makanan-makanan ini selama Ramadhan.

6. Mandi untuk merasa sejuk

Mandi pada siang hari dapat membantu menurunkan suhu tubuh dan memberikan sensasi sejuk yang menyegarkan. Hal ini juga dapat membantu mengurangi rasa haus selama berpuasa.

REPUBLIKA

Hukum Keramas Saat Puasa

Salah satu pertanyaan yang sering muncul ketika memasuki bulan puasa yakni hukum keramas saat puasa Ramadhan. Pembahasan ini sering kali menjadi perdebatan bagi sebagian umat Islam. 

Alasannya karena ada kekhawatiran jika keramas dapat membatalkan puasa seseorang. Perkara tersebut menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh seluruh umat Islam agar dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan syariat agama dan terhindar dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Lantas bagaimana hukum keramas saat puasa Ramadhan?

Hukum Keramas Saat Puasa

Hukum keramas saat puasa Ramadhan didasarkan dari sejumlah pendapat para ulama adalah boleh. Namun dengan catatan tidak ada air yang masuk ke dalam lubang tubuh seperti telinga, hidung, dan mulut. Sementara, bagi yang tidak bisa menjaga air tersebut untuk masuk ke dalam lubang tubuh, maka hendaknya lebih berhati-hati ketika mengguyurkan air ketika sedang mandi. 

Pada dasarnya, keramas atau mandi di siang hari saat berpuasa hukumnya mubah (tetap diperbolehkan) asalkan bisa menjaga bagian lubang tubuh yang tidak boleh kemasukan air. Dalam berpuasa tidak ada anjuran khusus untuk keramas. Sedangkan air yang tidak sengaja masuk ke dalam lubang tubuh karena mandi Junub atau mandi sebelum shalat Jumat, maka puasanya tetap terhitung sah karena mendapat toleransi (marfu).

Penjelasan Hadist

Salah satu sahabat Nabi, Anas bin Malik pernah mandi dan berkeramas di siang hari ketika sedang berpuasa. Hal ini disebutkan dalam sebuah Hadis Riwayat Bukhari yang berbunyi:

“Saya punya kolam air dan saya berendam di dalamnya saat keadaan berpuasa,” (H.R Bukhari).

Nabi Muhammad SAW juga pernah melakukan aktivitas keramas di siang hari ketika berpuasa karena merasa tidak nyaman akan teriknya matahari. Ia mengguyurkan air ke kepalanya, sebagaimana disaksikan oleh para sahabat. Hal tersebut telah diriwayatkan dalam sebuah hadis, yaitu:

كان صلى الله عليه وعلى آله وسلم يصب الماء على رأسه وهو صائم من العطش أو من الحر

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyiramkan air ke atas kepala Beliau ketika sedang puasa, karena kehausan atau terlalu panas.” (HR. Ahmad 16602, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Adapun sebuah hadis riwayat dari Aisyah RA yang menyebutkan jika Rasulullah SAW melaksanakan mandi junub di waktu subuh.

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصْبِحُ جُنُباً مِنْ جِمَاعِ غَيْرَ احْتِلَامٍ ثُمَّ يَصُومُ فِي رَمَضَانَ

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika masih berada dalam keadaan junub di waktu subuh lantaran jima’ (sebelum subuh), bukan karena ihtilam (mimpi basah), lalu beliau menjalankan puasa Ramadhan (di hari itu).”

Dari sejumlah hadist di atas maka kesimpulannya adalah hukum keramas atau mandi ketika berpuasa tetap diperbolehkan dalam Islam. Dengan catatan, orang tersebut mampu menjaga air agar tidak masuk ke dalam tubuh melalui lubang-lubang seperti hidung, telinga maupun mulut. Demikian semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Menangis saat Membaca Al-Quran

Semoga Allah melembutkan hati kita yang keras dan gersang agar dapat menangis saat membaca Al-Quran

MUHAMMAD bin Munkadir rahimahullah (wafat 130 H), ketika sedang shalat malam, beliau menangis dengan keras sampai beliau pingsan. Ketika beliau sadar, keluarganya bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Beliau tidak menjawab dan tetap menangis.

Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim rahimahullah (wafat 135 H) untuk menanyakannya. Abu Hazim yang merupakan sahabat karib Muhammad Munkadir datang dan mendapati beliau sedang menangis.

Abu Hazim bertanya kepadanya; “Wahai saudaraku, apa yang menyebabkanmu menangis? Sungguh engkau telah membuat keluargamu khawatir?” Muhamamd bin Munkadir menjawab; “Aku membaca sebuah ayat dari al-Qur’an.” Abu Hazim bertanya lagi, “Ayat apakah itu?” Muhammad bin Munkadir menjawab, “Firman Allah Azza wa Jalla.

وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُۥ مَعَهُۥ لَٱفْتَدَوْا۟ بِهِۦ مِن سُوٓءِ ٱلْعَذَابِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ وَبَدَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا۟ يَحْتَسِبُونَ

Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan nampaklah bagi mereka adzab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.”  (Surat  Az Zumar: 47)

Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin keras. Keluarga Ibnu Munkadir berkata kepada Abu Hazim, “Kami membawamu agar menghentikan tangisannya, tetapi engkau justru malah menambahnya menangis.”

Abu Hazim menceritakan kepada mereka apa yang menyebabkan beliau berdua menangis.” (Mukhtashar Hilyatul Auliya juz 2 halaman 367).

Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan gersang agar dapat menangis saat membaca Al-Quran. Semoga Allah memberikan taufikNya kepada kami dan memudahkan kami untuk  mengamalkan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Quran, amin.

🌱🌱🌱🌱

Muhammad bin Munkadir terus ingat dan takut akan ayat ini sampai akhir hayatnya. Saat menjelang sakaratul maut, Muhammad bin Munkadir merasa takut.

Ketika ditanya apa yang menjadi penyebab takutnya. Beliau menjawab satu ayat dalam Al-Quran dan menyebutkan ayat ke 47 di surat Az Zumar.

Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata, “Muhammad bin Munkadir adalah tokoh ahli qira’at. Hampir setiap orang yang menanyakannya sebuah hadits, beliau menangis.”

Imam Sufyan Ibnu Uyainah berkata; “Beliau bibit kejujuran, orang-orang yang shalih selalu berkumpul dengannya.”

Imam Dzahabi berkata, “Ulama sepakat bahwa beliau orang yang tsiqah dan menonjol dalam ilmu dan amal.”

💦💦💦

Menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang sangat besar. Ketika seseorang menganggap ada kekuatan lain yang lebih kuat dari Allah, maka ia akan tunduk dan menjadi budaknya.

Ia jatuh ke dalam kesyirikan karena ia taat dan menganggap kekuatan lain itulah yang dapat memberinya manfaat dan menghindarkannya dari segala kerugian.

Ketika Anda menzalimi pihak lain, pada hakikatnya Anda telah menzalimi diri sendiri. Orang zalim bukanlah orang yang cerdas karena dia lupa bahwa orang yang dizalimi memiliki Allah yang akan membalas, cepat atau lambat, di dunia sebelum di akhirat!

💦💦💦

Manusia siap menebus dan membayar ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah agar ia dapat sembuh dari penyakit ginjal, jantung, kanker dan lainnya. Di akhirat manusia ingin menebus dengan dua kali lipat dari semua kekayaan yang ada di dunia agar ia terhindar dari siksa neraka!

Ini menunjukkan siksa yang sangat pedih di mana manusia tidak tahan menerimanya. Semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka, amin.

Imam Mujahid (wafat 101 H) berkata tentang Tafsir Surat Az Zumar 47, “Mereka melakukan amalan yang mereka anggap baik, ternyata amal buruk”.

Al-Khathib Al Baghdadi meriwayatkan dari Fudhail bin Iyadh bahwa beliau menyebutkan tafsir ayat ini; “Mereka membawa amal-amal yang mereka sangka sebagai amal shalih tapi ternyata amal-amal keburukan”.

Ketika ucapan Fudhail ini disampaikan kepada Yahya bin Ma’in, maka beliau menangis.

Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan kaku, semoga Allah menjadikan kami sebagai orang-orang yang tersentuh dengan ayat-ayat Al-Quran, menangis ketika membacanya dan semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan Al-Quran dan mendakwahkannya, amin.

💦💦💦

Mungkin ketika kita membaca tulisan ini, terpikir oleh kita orang-orang lain yang kita anggap sesat tapi mereka meyakini bahwa mereka berada dalam kebenaran, bagaimana keadaan mereka di hari kiamat?

Pasti mereka terguncang dan kaget ketika mendapatkan bahwa amal-amal yang mereka lakukan di dunia ditolak oleh Allah bahkan dikatagorikan sebagai amal-amal buruk!

Setelah itu didatangkan azab untuk mereka, dan mereka tidak menyangka sama sekali akan mendapatkan azab yang pedih. Sekiranya mereka memiliki harta seisi dunia dua kali lipat mereka akan tebus dengan semuanya agar mereka bisa terhindar dari azab Allah!

Tidakkah kita merenung sebentar, bagaimana jika kita yang mengalami hal tersebut? Apakah tidak mungkin? Sangat mungkin sekali! Kenapa tidak? Tidakkah kita ingat firman Allah Ta’ala (yang artinya);

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا

ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu kami beritahukan kepada kalian tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.” (Surat Al-Kahfi: 103-104).

اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS: Faathir: 8).

Sulaiman At-Taimi takut akan ayat ini. Dikatakan kepadanya: “Anda takut? Anda takut? Anda kan tidak sama dengan orang-orang lain?” Beliau menjawab, “Tidak! Janganlah kalian berkata demikian! Saya tidak tahu apa yang nampak bagi saya dari Allah? Tidakkah kalian mendengar firman Allah (yang artinya).

“Dan nampaklah bagi mereka azab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.”

Sulaiman At-Taimi adalah Imam di masjid jami’ di Bashrah. Beliau banyak menghabiskan waktu malamnya untuk shalat malam, membaca Al-Quran, beristighfar, berdzikir dan berdoa.

Dr Muhammad Ied Kuraim berkata, “Rahmat-Mu ya Allah, rahmat-Mu ya Allah, turunkanlah untuk kami. Kami yang selalu bermaksiat kepadamu siang dan malam, kemudian kami mengatakan Allah akan mengampuni kami. Jika kami mendengar ayat Al-Quran tentang azab kami tidak menangis, tidak merinding dan tidak ada rasa takut!”

🌱🌱🌱🌱

Imam Assuddi (127 H) berkata tentang tafsir Surat Az-Zumar ayat 47;

“Mereka melakukan amal buruk dan berharap bertaubat kemudian kematian datang terlebih dahulu sebelum bertaubat. Atau mereka menganggap Allah akan mengampuninya meskipun tidak bertaubat dengan amal shalih yang akan menghapus dosanya atau dengan syafaat, ternyata Allah tidak ampuni dosa mereka”.

Imam Sufyan Ats Tsauri (wafat 161 H) mengatakan, “Kecelakaan dan kebinasaan untuk orang-orang yang riya, ayat ini untuk mereka!”.*/Disarikan dari buku “MENGASAH HATI” oleh : Fariq Gasim Anuz  

HIDAYATULLAH

Jangan Sampai Puasa Hanya Jadi Formalitas

Syaikh Ali Jum’ah dalam sebuah forum yang disiarkan televisi memperingatkan umat Islam agar menjaga lisan dan perkataan selama bulan Ramadan. Selain agar tidak membuat amal puasa mereka sia-sia, namun juga sebagai momen latihan dalam beretika.

Beliau menyampaikan peringatan itu berdasarkan sejumlah hadits, yakni:

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan terlarang maka Allah tidak membutuhkan rasa lapar dan dahaga yang dia tahan.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain: “Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan terlarang serta kebodohan maka Allah tidak membutuhkan rasa lapar dan dahaga yang dia tahan.”

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah RA., bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Puasa adalah tameng selama ia tidak merusaknya dengan kebohongan dan umpatan.” (HR Thabarani)

Menurut Syaikh Ali Jum’ah, dalam hadits pertama Rasulullah SAW menjelaskan tujuan berpuasa kepada kita adalah tujuan pendidikan dan etika. Ketentuannya, kita didorong untuk menjaga lisan, tidak berkata bohong, tidak mengumpat, tidak berdusta, dan tidak bersaksi palsu di bulan Ramadan.

“Dan hendaknya Ramadan menjadi latihan praktik bagi kita untuk meninggalkan ucapan palsu dan perbuatan terlarang. Tinggalkanlah!” kata ulama Mesir itu.

“Jika kamu tidak meninggalkan ucapan palsu dan perbuatan terlarang pada siang hari Ramadan maka puasamu sebatas formalitas dan lahiriah belaka. Kamu tidak berhak atas pahalanya di sisi Allah SWT,” lanjut Syaikh Ali Jum’ah.*

HIDAYATULLAH

Waktu Minum Kopi yang Pas Ketika Ramadhan, Lebih Cocok Saat Sahur atau Buka Puasa?

Minum kopi pada pagi hari sudah menjadi kebiasaan banyak orang. Memasuki Ramadhan, kebiasaan minum kopi umat Islam otomatis berubah. 

Ahli gizi masyarakat, DR dr Tan Shot Yen, M hum mengungkapkan kopi adalah diuretik. Artinya, minuman ini membuat seseorang buang air kecil lebih sering sehingga risiko dehidrasi bisa terjadi. 

“Kopi adalah diuretik, artinya membuat buang air kecil lebih sering sehingga risiko dehidrasi bisa terjadi,” kata dr Tan saat dihubungi Republika.co.id, beberapa waktu lalu. 

Saat ditanya kapan waktu yang pas untuk orang yang ingin meminum kopi pada bulan Ramadhan, dr Tan menjawab itu merupakan hal yang sulit. “Nah itu sulit sebab habis berbuka dan Tarawih pun mesti istirahat dan cukup tidur,” ujarnya. 

Beberapa ahli gizi menyarankan untuk minum kopi saat atau segera setelah berbuka puasa. “Minum kopi pada malam hari atau saat sahur akan membuat Anda menderita insomnia dan dehidrasi yang akan menjadi tantangan selama puasa,” ujar ahli gizi Anjali Chawla, dilansir Arab News.

Manfaat dan risiko minum kopi saat puasa 

Kafein, bahan utama dalam kopi, dikaitkan dengan banyak manfaat termasuk peningkatan kewaspadaan mental, peningkatan kewaspadaan dan waktu reaksi, peningkatan kinerja atletik, mengurangi kurang tidur, menurunkan semua penyebab kematian, insiden stroke yang lebih rendah, dan mengurangi risiko penyakit Alzheimer, asam urat, penyakit Parkinson, dan diabetes tipe 2. 

Di balik banyaknya manfaat minum kopi saat puasa, ada juga risiko yang mengintai. Dilansir Health News, jika kafein dikonsumsi saat puasa dalam keadaan perut kosong, dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare atau mual.

Konsumsi kafein berlebih juga dapat menyebabkan jantung berdebar atau gemetar. Dari sudut pandang bahan tambahan, krimer, penyedap rasa, gula dan lain-lain, yang digunakan untuk membuat kopi lebih enak dapat membuat Anda merasa lebih lapar saat berpuasa dan mungkin memengaruhi kadar gula darah. Hal ini pada akhirnya dapat membuat Anda menyerah dan membatalkan puasa, yang mungkin menghilangkan efek apa pun dari pola makan dan penurunan berat badan. 

Kiat-kiat meminum kopi di bulan Ramadhan

Anda tidak perlu meninggalkan kopi sepenuhnya di bulan Ramadhan. Berikut kiat-kiatnya: 

Pertama, tambahkan lebih sedikit gula ke dalam kopi Anda. Kurangi jumlah gula yang biasanya Anda perlukan, sebanyak seperempatnya terlebih dahulu. Kemudian secara bertahap tingkatkan menjadi setengahnya. 

Kedua, dilansir Have Halal With Travel, kurangi waktu yang Anda gunakan untuk menyeduh kopi. Anda sebenarnya dapat mengurangi jumlah waktu yang Anda perlukan untuk menyeduhnya. Kandungan kafein akan meningkat seiring semakin lama bubuk kopi Anda diseduh dalam air. 

Ketiga, minum satu hingga dua jam sebelum sahur berakhir. Meminum kopi saat sahur menjadi opsi pilihan yang lebih baik daripada berbuka. 

Namun, disarankan untuk minum maksimal satu gelas saja. Sebab jika terlalu banyak dapat menyebabkan dehidrasi.

Keempat, pertimbangkan untuk beralih ke teh. Teh terasa lebih lembut di perut, dibandingkan dengan kopi. Jadi, teh cocok untuk minuman berbuka puasa Anda. Jika Anda harus meminum minuman panas setelah berbuka atau setelah sesi Tarawih, cobalah secangkir teh hangat sebagai gantinya. 

RAMADHAN REPUBLIKA

Will Smith Ngaku Telah Khatam Al-Quran Selama Bulan Ramadan, Mualaf?

Aktor Hollywood Will Smith mengaku telah khatam atau membaca Al-Qur’an hingga 30 juz selama bulan Ramadan. Ia juga mengungkap kekagumannya akan kitab suci tersebut.

Melansir dari Saudi Gazette pada Rabu (20/3/2024), melalui wawancara di program Big Time Podcast, Will Smith mengatakan dirinya telah melalui masa sulit selama dua tahun terakhir. Hal inilah yang mendorongnya untuk mencari ketenangan batin, karenanya ia membaca seluruh kitab suci termasuk Al-Qur’an.

“Itu adalah periode dalam hidupku ketika aku ingin memperluas hatiku sebanyak mungkin sehingga aku bisa merangkul jumlah orang yang paling banyak,” ujarnya.

Smith bahkan menyatakan kekaguman yang mendalam atas kesederhanaan Al-Qur’an. Ia juga menceritakan bagaimana kisah Nabi Musa AS dapat menggetarkan dirinya.

“Saya takjub melihat banyak referensi tentang Nabi Musa AS dalam Al-Qur’an,” jelasnya.

Smith juga mengungkap kekaguman mendalam terhadap kesederhanaan Al-Qur’an.

“Hal lain yang saya suka tentang Al-Qur’an adalah kesederhanaannya. Al-Qur’an itu sangat jelas; itu sangat jelas. Sulit untuk meninggalkan kesalahpahaman,” katanya menjelaskan.

Melalui wawancara itu, Smith turut mengungkap dirinya sempat berkunjung ke Arab Saudi dan ia menyukainya. Di sana, Smith singgah di kota Jeddah, Riyadh dan melakukan tur proyek NEOM.

“Saya menyukai kehidupan di sini (Arab Saudi),” ungkapnya.

ISLAMKAFFAH