ISIS Gagal Paham Soal Esensi Ajaran Islam

Peristiwa penyerangan dua menara kembar di Amerika Serikat oleh segerombolan teroris pada sembilan belas tahun lalu (11/9/2011) telah meyisakan duka mendalam bagi umat manusia. Dalam insiden itu 3000 orang tewas. Dan mau tidak mau wajah Islam ikut tercoreng di mata dunia.

Aksi teror ini terus bergulir, bak tak ada ujungnya. Dalam melancarkan aksinya, mereka memakai beragam motif tempur. Dari meledakan bom, memberedel korban dengan senjata api, memperalat warga dengan iming – iming harta dan bidadari, memarginalkan kaum hawa hingga mengeksploitasi anak di bawah umur.

Para ekstremis ini tidak segan – segan menyiksa siapa saja yang tidak sepaham dengan mereka. Segala hal dilakukan seperti menyusupkan ancaman dan teror terhadap warga. Sebuah pembuktian atas eksistensi kehebatan atau lebih tepatnya kedunguan mereka.

Anehnya, tindakan yang begitu keji, bengis dan brutal itu tidak jarang dilakukan oleh oknum – oknum yang mengaku muslim. Dan mereka dengan dada membusung menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Lalu sebenarnya apakah betul perbuatan mereka itu sesuai dengan ajaran Islam ? Untuk mengetahui hal tersebut, mari kita ambil sampel aksi aksi satu organisasi teroris terhits di masa sekarang yaitu Negara Islam Irak dan Suriah atau yang populer dengan sebutan ISIS.

1.Penyiksaan Terhadap Non-Muslim

Dalam buku Islam bukan ISIS, Dr.Suaib dkk kisah – kisah kebrutalan ISIS terhadap non-Muslim, misalnya terhadap tawanan laki – laki. Diceritakan para tawanan disiksa hingga merenggang nyawa. Mereka dibunuh dengan cara diseret menggunakan kendaraan, digorok, ditenggelamkan hingga dibakar hidup – hidup.

Sementara tawanan wanita non-Muslim dipersekusi dengan cara diperkosa. Para militan ISIS membual bahwa saat 10 orang militan ISIS menyetubuhinya, perempuan non-Muslim tadi otomatis akan menjadi muslimah.

Dengan landasan tidak berdasar itu, mereka melakukan pelecehan seksual terhadap tawanan – tawanan non-Muslim dan melakukan pembunuhan secara biadab. Sungguh, perbuatan yang sangat jauh dari tuntunan agama bahkan menyalahi ajaran agama Islam itu sendiri.

Sejatinya Islam adalah agama rahmatanlil’alamin, artinya tidak hanya mengandung kebaikan untuk umat Islam tapi untuk seluruh alam. Hal ini sesungguhnya telah dicontohkan oleh Rasullullah. Sebagaimana tertera dalam buku – buku sirah, beliau merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan persatuan.

Piagam Madinah layak jadi bukti konkret. Nabi memprakarsai perjanjian agar semua orang apapun latar belakang dan agamanya bisa hidup damai dalam sebuah struktur sosial. Beliau pun melarang umat Islam memaksa non-muslim untuk memeluk agama Islam apalagi mengganggu mereka.

Dalam peperangan, Islam menegaskan tidak boleh membunuh wanita dan anak – anak. Bahkan terhadap tawanan perang pun harus diperlakukan dengan baik dan adil. Dan Islam jelas – jelas melarang perlakuan buruk terhadap non-Muslim selagi mereka tidak memerangi umat Islam.

Sebagaimana tertuang dalam Surat Al Mumtahanah ayat 8 : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu”.

2.Memandang Rendah Wanita

“ISIS melakukan penyiksaan, perkosaan, hingga pembunuhan kepada perempuan tanpa memandang usia, tidak terkecuali kepada gadis – gadis di bawah umur yang mereka tawan. Para gadis yang berusia belasan atau belim genap 10 tahun itu mereka siksa terus menerus”. (Dr. Suaib Tahir dkk, Islam bukan ISIS hal.29)

“Perempuan – perempuan yang tidak menggunakan jilbab jika ditemukan di jalan – jalan maka akan diperkosa dan dipaksa memenuhi kebutuhan seksualnya kemudian menggilir perempuan itu kepada seluruh pimpinan – pimpinannya dan komandan – komandannya”. (BNPT, Waspada ISIS hal.17).

Penindasan yang mereka lakukan seperti perilaku di masa Jahiliah hanya berbeda model saja. Jika di masa Jahiliah anak – anak perempuan dibunuh karena takut membebani. Di masa sekarang ISIS membunuh mereka dengan bertopeng dalih agama.

Padahal jika membaca sejarah, Islamlah yang telah menghapus praktek – prektek amoral tersebut. Mengajarkan kita arti kebebasan. Artinya setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang tidak boleh dirampas oleh siapapun.

Oleh karenanya, jika memang para teroris ini benar – benar mengamalkan hukum Islam, seperti yang kerap mereka teriakan, seharusnya mereka menghapus segala macam kezaliman dan kejahatan, bukan malah sebaliknya.

Rasulullah pun sudah melarang umatnya agar tidak berbuat keji, tidak meneror, tidak memaksakan kehendak dan tidak merampas hak seorang wanita. Ingatlah Rasulullah pernah bersabda : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.”.

3.Eksploitasi Anak

“Terdapat dua cara yang umum dilakukan ISIS terhadap anak – anak yang berhasil mereka tawan, yakni dibunuh secara langsung atau dibunuh secara perlahan dengan mempersiapkan mereka menjadi pelaku bom bunuh diri”. (Dr. Suaib Tahir dkk, Islam bukan ISIS hal.30).

Pembunuhan terhadap anak dan menjerumuskan mereka pada tindak kriminal sama sekali tidak dapat dibenarkan. Dalam ajaran Islam nyawa merupakan sesuatu hal yang teramat mahal sehingga menempati posisi puncak dalam disiplin ilmu maqashid.

Begitu pula nyawa seorang anak. Mereka memiliki hak hidup sama seperti orang dewasa. Sebagaimana Allah berfirman :“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka

Rasulullah sebagai tuntunan umat Islam pun amat menyayangi anak – anak. Sebagai contoh, tatkala beliau sujud dalam shalatnya, tiba – tiba Hasan bin Ali melompat ke pundak dan tengkuk beliau. Lalu Rasulullah mengangkat kepalanya dengan perlahan agar Hasan tidak terjatuh.

Terorisme Bukan Ajaran Islam

Dari sini bisa kita lihat bersama, bahwa klaim para teroris -ISIS dan sejenisnya – yang berkoar bahwa aksi brutal mereka berdasar ajaran agama Islam tidak lebih dari omong kosong belaka. Bagaimana pun juga agama Islam tidak pernah membenarkan kekerasan meski misalnya dengan tujuan yang baik.

Sejatinya, yang dikehendaki Islam adalah kebaikan, perdamaian, persaudaraan dan persatuan. Nilai – nilai yang sudah tentu akan membawa manfaat dan kebahagiaan bagi alam semesta.

Oleh karena itu, mereka yang mengecam, mengintimidasi, merugikan dan menghancurkan tatanan sosial masyarakat bisa dipastikan telah melenceng dari ajaran agama Islam itu sendiri.

BINCANG SYARIAH

Habib Syech: Islam Melarang Membunuh dan Tidak Mengkafirkan Sesama Muslim

Islam itu agama yang mulia. Agama penuh dengan cinta dan kasih. Dalam Islam, yang di bawa Nabi Muhammad, menjadi rahmat bagi semua alam. Bukan saja bagi manusia, tetapi juga alam semesta. Bukan saja bagi yang muslim, Islampun menjadi rahmat bagi manusia umat non muslim.

Itulah wajah Islam sejati.  Kata itu dituturkan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf, begitu nama panjangnya.  Beliau adalah seorang tokoh masyarakat, ulama, public figure, pemimpin, dan pembina di pelbagai organisasi. Sejatinya, menurut Habib Syech—panggilan populernya—, Islam itu adalah agama persaudaraan. Wajah Islam itulah yang harus ditonjolkan di tengah masyarakat muslim Indonesia

Pada salah satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tergambar bahwa seorang muslim dengan muslim lain seperti sebuah bangunan yang kokoh. Dalam sebuah bangunan tidak ada yang lebih dominan. Tidak ada yang lebih superior. Kaca tidak lebih baik dari jendela. Tiang pun tidak lebih berharga dari atap. Lantai tak lebih hina dari sebuah pintu. Semuanya saling membutuhkan satu dengan yang lain.  

“Kesempurnaan bangunan itu terjadi,  kalau sempurna semuanya. Jadi diperumpamakan ada yang jadi genteng; siang kepanasan, malam kedinginan ia tidak peduli asal yang di bawahnya ternaungi. Ada yang jadi lantai. Ada yang jadi tiang. Menopang gerak atap. Satu sama lain menjadi rangkaian yang luar biasa,” begitu nasihat bijak Habib Syech dalam video berjudul Bersatulah Bangsaku.

Nabi bersabda;

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya; Seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari/6026 dan Muslim/2585).

Pada sisi lain, Nabi juga mengabstraksikan seorang muslim dengan yang lain dengan kal jasadi wāhid (satu batang tubuh).  Hal ini mengindikasikan, satu anggota dengan yang lain ada keterikatan yang kuat. Misalnya ada satu yang sakit,  maka anggota tubuh lain ikut juga merasakan. Tangan kanan sakit; tidak otomatis dibuang dan dicampakkan, tetapi dirawat dan diobati. Sebab yang lain akan merasakan sakit juga.

Satu tubuh merasakan sakit maka yang lain ikut merasai. Begitulah gambaran seorang muslim dengan yang lain. Betapa indahnya gambaran persaudaraan dalam Islam yang digemborkan Rasulullah. Tidak ada yang lebih mulia antara satu dengan yang lain. Tidak ada yang lebih berharga antara satu dengan lain. Pasalnya, setiap orang memiliki peran dan fungsi masing-masing.

Allah berfirman dalam āli Imrān/3:191 ;

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا

Artinya:  “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.

Alangkah hebatnya Nabi, mampu membuat perumpaan yang indah. Itulah Islam sejati. “Islam tidak membunuh sesama Muslim, Islam itu tidak mencaci sesama muslim, Islam itu tidak mengakafirkan sesama muslim. Islam tidak menghina sesama muslim, Islam itu agama yang dikatakan seperti yang dikatakan Nabi kal bunyāni wāhid,  kal jasadi wāhid,” demikian jelas Habib Syech.

Pun Indonesia. NKRI ini merupakan satu bangunan. Negeri itu berdiri dengan bangunan. Yang menopang satu dengan lainnya. Negeri ini dibangun dengan persatuan. Kewajiban bagi setiap anak bangsa untuk menjaga keutuhan Indonesia.

Untuk itu, bila ada yang mencoba menjelek-jelekkan  negeri ini kita tidak terima. Kalau ada pemimpin kita dijelekkan, kita tidak terima. Pun ketika ulama sebagai dijelekkan,  kita tak boleh membiarkan. “Mereka semua adalah saudara kita setanah air. Lantas Kenapa kita justru bangga orang yang dijelekkan karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,” tanya Habib Syech.

BINCANG SYARIAH

Tahdzir Terhadap Dai Menyimpang, Bukan Berarti Merasa Suci

Tahdzir atau memperingatkan umat terhadap bahaya dai yang menyimpang adalah bagian dari agama. Karena ini bentuk amar makruf nahi mungkar dan upaya untuk menjaga kemurnian agama. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pun melakukan tahdzir terhadap orang-orang menyimpang secara umum maupun secara khusus. Dari Abu Umayyah al Jumahi Radhiallahu ’anhu, Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر

“Di antara tanda kiamat adalah orang-orang menuntut ilmu dari al ashoghir” (HR. Ibnul Mubarak dalam Az Zuhd [2: 316], Al Lalikai dalam Syarah Ushulus Sunnah [1: 230], dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [695]).

Ibnul Mubarak ketika meriwayatkan hadis ini, beliau menjelaskan,

الأصاغر : أهل البدع

Al Ashoghir adalah ahlul bid’ah

Ini bentuk tahdzir secara umum.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang Dzul Khuwaisirah,

إِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِىءِ هذَا قَوْمٌ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ رَبْطًا، لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ.

“Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini, sekelompok kaum yang membaca Kitabullah (Al-Quran) secara rutin. Namun bacaan Al-Quran mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama seperti anak panah yang melesat menuju sasarannya” (HR. Bukhari no. 3344, 7432, Muslim no. 1064).

Ini bentuk tahdzir secara khusus.

Oleh karena itu, Syekh Shalih Al Fauzan Hafizhahullah menjelaskan,

التحذير من أهل الضلال هذا واجب، التحذير من الأخطاء في أمور الدين هذا واجب ونصيحة للمسلمين وليس فيه غِيبة لأنه مقصودٌ به النصيحة وليس المقصود به تَنَقُّص الشخص

Tahdzir terhadap orang-orang yang menyimpang hukumnya wajib. Tahdzir terhadap kesalahan-kesalahan agama (yang ada di tengah umat) hukumnya wajib, dan ini bentuk nasihat untuk kaum Muslimin. Tahdzir itu bukan ghibah. Karena tujuan dari tahdzir adalah untuk menasihati kaum Muslimin, bukan untuk merendahkan individu tertentu” (transkrip fatwa dari: https://ar.alnahj.net/audio/353).

Tahdzir bukan berarti menganggap diri suci

Demikian juga, ketika ada ulama atau ustadz yang memperingatkan umat terhadap bahaya dai yang menyimpang, bukan berarti ulama atau ustadz tersebut menganggap dirinya suci.

Yahya bin Ma’in Rahimahullah, seorang ulama ahlul hadits, imam dalam jarh wat ta’dil. Penilaian-penilaian Yahya bin Ma’in Rahimahullah sangat diperhitungkan dalam menilai status perawi hadis. Walaupun demikian, beliau mengatakan,

إنا لنطعن على أقوام لعلهم قد حطوا رحالهم في الجنة منذ مائتي سنة

“Sesungguhnya kami mencela (menyebutkan jarh) orang-orang (yaitu para perawi hadis) yang bisa jadi akan menjejakkan kaki mereka di surga 200 tahun lebih dahulu” (Muqaddimah Ibnu Shalah, tahqiq Dr. Aisyah Abdurrahim, hal. 656).

Beliau tidak merasa lebih baik dari para perawi yang beliau kritik.

Maka jika ada ulama atau ustadz ahlus sunnah yang memperingatkan umat agar menjauhi seorang yang menyimpang atau dai yang sesat, bukan berarti ulama atau ustaz ahlussunnah tersebut menyucikan dirinya, merasa pasti lebih baik, “mengaveling surga”, merasa lebih saleh atau semisalnya. Tidak sama sekali.

Urusan surga, bisa jadi yang dikritik atau di-tahdzir itu lebih dulu masuk surga, lebih mulia derajatnya, lebih salih. Karena tidak ada yang mengetahui perkara surga kecuali Allah Ta’ala, dan tidak ada yang mengetahui bagaimana akhir kehidupan setiap manusia kecuali Allah Ta’ala.

Namun tetap saja, penyimpangan dan kesesatan perlu diingkari dan diperingatkan. Untuk melindungi umat dari penyimpangan dan untuk menjaga kemurnian agama.

Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah ketika ada yang bertanya kepada beliau, “Anda lebih menyukai ketika seseorang yang rajin puasa, rajin salat dan rajin iktikaf ataukah ia bicara tentang ahlul bidah?” Imam Ahmad Rahimahullah menjawab,

إذا قام وصلى واعتكف فإنما هو لنفسه، وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين؛ هذا أفضل

“Jika seseorang beribadah, salat, iktikaf, maka itu semua untuk dirinya sendiri. Namun, jika ia bicara tentang ahlul bidah, maka itu manfaatnya untuk kaum Muslimin, ini yang lebih utama.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengomentari perkataan ini, beliau berkata,

فبَيَّنَ أن نفع هذا عام للمسلمين في دينهم من جنس الجهاد في سبيل الله، إذ تطهير سبيل الله ودينه ومنهاجه وشرعته ودفع بغي هؤلاء وعدوانهم على ذلك واجب على الكفاية باتفاق المسلمين، ولولا من يقيمه الله لدفع ضرر هؤلاء لفسد الدين

“Imam Ahmad menjelaskan bahwa menjelaskan penyimpangan ahlul bidah ini manfaatnya luas untuk kaum Muslimin, dan termasuk jihad fii sabilillah. Karena memurnikan jalan Allah, agama Allah, memurnikan cara beragama, memurnikan syariat-Nya, serta mencegah kezaliman dari musuh-musuh Allah yang merusak agama, ini adalah wajib kifayah menurut kesepakatan ulama. Jika tidak ada orang yang Allah jadikan sebagai pembela agamanya, untuk mencegah dari bahaya mereka, maka agama akan rusak” (Majmu Al Fatawa, 28: 231-232).

Dari sini juga kita paham bahwa dalam menjelaskan penyimpangan ahlul bid’ah dan memperingatkan umat dari dai sesat, butuh kepada niat yang ikhlas. Yaitu untuk menjaga kemurnian agama dan melindungi umat dari kesesatan.

Jangan sampai niat dikotori oleh urusan pribadi, sakit hati, menumpahkan emosi, mencari popularitas, mencari pujian, dan niat-niat yang batil yang lainnya.

Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

Sumber: https://muslim.or.id/67830-tahdzir-terhadap-dai-menyimpang-bukan-berarti-merasa-suci.html

Batasan Toleransi dalam Agama yang Boleh Syariat Islam

Kata “toleransi” berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “tolerare”, berarti : menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, berhati lapang terhadap orang-orang yang berlainan aliran. Toleransi sejati bukan sikap acuh tak acuh atau yang menyamakan semua aliran yang berbeda, tanpa menghormati atau mencari kebenaran; bukan laksana kopi susu yang mencampurkan bagian-bagian yang dianggap cocok dari macam-macam aliran (sinkretisme); bukan sikap mengorbankan prinsip sendiri dalam hal-hal asasi. (Lihat, Yayasan Cipta Loka Caraka, “Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila” 4 : 272 – 273).

TOLERANSI DI DALAM ISLAM

Di dalam Islam kata “toleransi” itu sebanding dengan kata “tasamuh”. Dalam pandangan Islam, toleransi beragama itu dapat diwujudkan dalam 2 bentuk, yaitu :

  1. Toleransi intern kaum muslimien, saling menghargai antara sesama kaum muslimien yang berbeda pendapat wajib diwujudkan, karena :
  2. Kaum mu’minien / muslimien itu bersaudara sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadiets.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ١١ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. 49 : 10-12)

– المسلم اخو المسلم (د) عن سويد بن حنظلة (ح) ؛ الجامع الصغير ٢ : ١٨٦

– المسلمون اخوة لا فضل لأحد على أحد إلّا بالتقوى (طب) عن حبيب بن حراش (ح) ؛ الجامع الصغير ٢ : ١٨٦

Oleh karena itu janganlah setiap kelompok menganggap kelompoknya yang paling benar dan kelompok yang lain salah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat

فَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡ زُبُرٗاۖ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٥٣

“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”. (QS. 23 : 53).

وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗاۖ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٣٢

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (QS. 30 : 31-32)

فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ ٣٢

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. 53 : 32)

  1. Rasulullah telah memberikan legalitas bagi perbedaan pendapat para mujtahid :

إذا حكم الحاكم فاجتهد فأصاب فله أجران و إذا حكم فاجتهد فأخطأ فله أجر واحد (حم ق د ن) عن عمرو بن العاص (حم ق ٤) عن أبي هريرة ؛ الجامع الصغير ١: ٢٤

Dalam hal ini tentu pendapat yang bisa ditolelir adalah yang tidak menyimpang dari ijma’ sahabat dan kaidah- kaidah yang telah disepakati dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut manhaj as-salafus salih sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. 9 : 100).

  1. Toleransi antara kaum muslimien dengan penganut agama lain. Dalam hal ini yang bisa ditolelir bukan faham agamanya tetapi penganutnya, sedangkan faham agamanya harus kita sikapi dengan semangat dakwah sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an :

قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ ٦٤

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS. 3 : 64)

فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ

“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta”. (QS. 3 : 61)

Mengenai toleransi terhadap penganut agama lain, Al-Qur’an menyebutkan :

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٨ إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ وَظَٰهَرُواْ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ أَن تَوَلَّوۡهُمۡۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٩

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. 60 : 8-9).

Kalau mereka berbuat makar terhadap islam dan kaum muslimien maka sikap kita adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah :

مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِي ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡ‍َٔهُۥ فَ‍َٔازَرَهُۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنۡهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا ٢٩

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku´ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. 48 : 29).

Sejarah telah membuktikan bahwa Yahudi dan Nasrani telah banyak membuat makar terhadap Islam dan kaum muslimien sejak masa Rasulullah saw. sampai zaman kita sekarang ini. Hal ini terjadi akibat ajaran kitab suci mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama :

“Beginilah firman Tuhan semesta alam : Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.” (I Samuel 15 : 2-3).

Jika mereka menyerang islam tidak terang-terangan secara fisik, tetapi dengan cara menghujat islam, Al-Qur’an dan Rasulullah maka sikap kita adalah sebagaimana firman Allah :

فَمَنِ ٱعۡتَدَىٰ عَلَيۡكُمۡ فَٱعۡتَدُواْ عَلَيۡهِ بِمِثۡلِ مَا ٱعۡتَدَىٰ عَلَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ ١٩٤

“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS. 2 : 194)

Bongkar kebatilan agama mereka, bongkar kepalsuan “kitab suci” mereka, bongkar kedustaan pendiri agama mereka !

Al-Qur’an dan Al-Hadiets telah menunjukkan kepada kita bahaya yang ditimbulkan oleh mereka. Firman Allah :

وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ فَٱعۡفُواْ وَٱصۡفَحُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١٠٩

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. 2 : 109)

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. 2 : 120)

Di dalam hadiets disebutkan :

لتتّبعنّ سنن الذين من قبلكم شبرا بشبر و ذراعا بذراع حتّى لو دخلوا في حجر ضبّ لاتّبعتموهم. قلنا يا رسول الله أٰليهود و النصارى؟ قال : فمن (رواه مسلم ؛ صحيح مسلم بشرح النووى ٤ : ٢٠٥٤)

Oleh karena itu kita harus hati-hati terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang yang benci terhadap Islam, diantaranya adalah program nativisasi dari nativisme zionis / Yahudi, yang memunculkan local wisdom (kearifan lokal) dalam bentuk :

  1. Pakaian adat daerah yang bertentangan dengan agama Islam.
  2. Etika adat yang bertentangan dengan Islam.
  3. Upacara adat yang bertentangan dengan Islam.

Bahaya lain dari luar yang merusak kesucian agama islam adalah pengadopsian budaya agama lain, seperti pengadopsian kalender masehi dan hari libur Yahudi-Nasrani, padahal hari libur kaum muslimien adalah hari Jumat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Amirul Mu’minien ‘Umar bin Khaththab. (Lihat, Dr. H. Dedeng Rosyidin, M.Ag , “Konsep Pendidikan Formal Islam” : 32).

Sebagian dari budaya dan gaya hidup Yahudi dan Kristen juga telah berhasil menancap di jantung hati sebagian kalangan muslim berkat kelicikan mereka melalui kegiatan Westernisasi, termasuk Latinisasi. Hal ini sebagai akibat langsung dari ajaran kitab suci mereka, diantaranya :

  1. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10 : 16).
  2. “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”. (I Korintus 9 : 20-23)

Padahal Al-Qur’an dan Al-Hadiets telah memberikan arahan kepada kita :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةٗ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ١١٨

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” (QS. 3 : 118)

– من تشبّه بقوم فهو منهم (رواه أبو داود ا الطبرانى ؛ صحيح ؛ ترجمة الجامع الصغير ٥ : ١٨٦)

Oleh karena itu mari kita jaga diri kita, keluarga dan generasi kita dari pengaruh budaya dan agama kafir. Firman Allah :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. 66 : 6).

Wallau A’lam…(Abdullah Nasrullah)

Islam Kafah

5 Virus Perusak Hati

HATI adalah alat pengontrol. Jika dia baik, maka perbuatannya baik. Jika ia rusak, maka rusak juga perbuatannya.

Maka menjaga hati dari kerusakan harus selalu dilakukan.  Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa ada lima hal, yang menjadi penyebab rusaknya hati.

Pergaulan di Luar Batas

Bergaul itu perlu, tapi tidak asal bergaul dengan banyak teman, apalagi tidak jelas. Pergaulan yang salah juga hanya akan menimbulkan masalah.

Teman yang buruk cepat atau lambat akan menggelapkan hati, melemahkan dan menghilangkan hati nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam pemenuhan berbagai keinginan negatif.

Kita sering melihat orang-orang yang hidupnya hancur karena pergaulan di luar batas. Biasanya output semacam ini, karena tujuan pergaulanya adalah untuk dunia saja. Dan memang, kehancuran manusia lebih disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, di akhirat banyak yang akan menyesal memilih teman yang salah selama di dunia. Allah SWT berfirman:

وَيَوۡمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيۡهِ يَقُوۡلُ يٰلَيۡتَنِى اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِيۡلًا‏ ﴿25:27﴾ يٰوَيۡلَتٰى لَيۡتَنِىۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيۡلًا‏ ﴿25:28﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِىۡ عَنِ الذِّكۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِىۡ​ ؕ وَكَانَ الشَّيۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلً

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim menggigit kedua tangannya sambil berkata, ‘Aduh (dulu) jika aku mengambil jalan dengan Rasul. Celakalah aku, jika aku (sebelumnya) tidak membuat fulan dia adalah sahabat karibnya. Sesungguhnya dia menyesatkanku dari Al-Qur’an ketika sampai kepadaku.” (QS Al-Furqan: 27-29).

اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ ۗ ࣖ

“Teman-teman dekat pada hari itu sebagian akan menjadi musuh bagi yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Az-Zukhruf: 67).

Ini adalah pertemanan yang didasarkan pada tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diinginkan. Jika arti pentingnya telah hilang, maka persahabatan akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan memaki.

Oleh karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul harus dilandasi dengan kebaikan. Tingkatan persahabatan karena Allah,  lebih tinggi dan lebih mulia kedudukanya di mata Allah.

Banyak Angan-angan Kosong

Angan-angan kosong seperti lautan tak berujung. Ini adalah lautan tempat para pecundang berlayar. Bahkan konon, angan-angan adalah modal para pecundang. Gelombang angan-angan terus menggoyahkannya, delusi kebohongan selalu mempermainkannya seperti anjing bermain dengan bangkai.

Sementara orang yang memiliki cita-cita yang tinggi dan luhur, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, keimanan dan amal shaleh yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini adalah idealisme yang patut dipuji. Adapun angan-angan kosong, itu hanyalah tipuan. Nabi ﷺ memuji orang-orang yang mendambakan kebaikan.

Allah berfirman

يَعِدُهُمۡ وَيُمَنِّيۡهِمۡ‌ ؕ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيۡـطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا‏

Ya’iduhum wa yuman niihim wa maa ya’iduhumush Shaitaanu illaa ghuruuraa

“(Setan itu) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.” (QS: An Nisa’ : 120)

Mengandalkan Selain Kepada Allah SWT

Ini adalah faktor terbesar kerusakan hati. Tidak ada yang lebih berbahaya daripada percaya dan mengandalkan selain kepada Allah. Jika seseorang bertawakal selain Allah SWT maka Allah akan menyerahkan urusan orang itu kepada sesuatu yang menjadi sandarannya.

Allah akan mempermalukannya dan membuat perbuatannya sia-sia. Dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari Tuhan, atau dari makhluk yang dia andalkan. Allah SWT berfirman:

وَاتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لِّيَكُوۡنُوۡا لَهُمۡ عِزًّا

كَلَّا‌ ؕ سَيَكۡفُرُوۡنَ بِعِبَادَتِهِمۡ وَيَكُوۡنُوۡنَ عَلَيۡهِمۡ ضِدًّا

“Dan mereka telah mengambil tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sama sekali tidak! Kelak mereka (sesembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka.” (QS: Maryam: 81-82)

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ () لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ

“Mereka mengambil tuhan-tuhan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Para berhala tidak dapat membantu mereka, meskipun berhala-berhala itu adalah tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.” (QS: Yaa Sin: 74-75)

Maka orang yang paling hina adalah orang yang bergantung kepada selain Allah. Ini seperti orang yang berlindung dari panas dan hujan di bawah jaring laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah terlemah dan paling rapuh.

Apalagi pada umumnya asal dan dasar syirik dibangun atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang-orang yang melakukannya tercela dan hina.

لَّا تَجْعَلْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَّخْذُولًا

Allah berfirman, artinya: “Janganlah kamu menjadikan Tuhan selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (QS: Al-Isra’: 22)

Makanan

Ada dua jenis makanan yang merusak.  Pertama, bersifat merusak karena substansinya, dan terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas bergigi, dan burung bercakar tajam.  Kedua, makanan yang diharamkan karena hak-hak budak.

Sesungguhmua syetan amat senang dengan  orang yang malas untuk melakukan ketaatan pada Allah. Mereka adalah orang yang sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memuaskan nafsunya. Jika dia kenyang, maka dia merasa berat dan dengan mudah mengikuti perintah iblis.

Setan memasuki tubuh manusia melalui aliran darah manusia. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalan setan. Sedangkan rasa kenyang membuat aliran darah menjadi lebih lancar dan membuat setan betah berlama-lama.

Barang siapa yang makan dan minumnya banyak, pasti akan banyak tidur dan banyak kehilangan. Dalam sebuah hadits terkenal disebutkan:

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk yaitu perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR: At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)

Kebanyakan tidur

Banyak tidur bisa membunuh jantung, melelahkan tubuh, menyita waktu dan membuat Anda pelupa dan malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, yang berbahaya, dan yang sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur pada saat paling dibutuhkan.

Segera tidur di malam hari lebih baik daripada tidur larut malam. Tidur siang (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Subuh dan terbitnya matahari. Karena ini adalah waktu yang sangat strategis, banyak diterimanya doa.

Meski para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah dan berdoa, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat Allah menurunkan rizki, saat diberikannya barakah. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya hanya karena benar-benar terpaksa.

Secara medis,  waktu tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada paruh pertama malam, juga pada seperenam malam terakhir, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut dokter. Jika lebih atau kurang dari itu maka akan mempengaruhi kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak berguna adalah tidur lebih awal di malam hari, setelah matahari terbenam. Dan itu termasuk tidur yang dibenci Nabi Muhammad ﷺ.* /Diadaptasi dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, Min Kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah

Hidayatullah

Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan

Tugas mengkafani mayit sejatinya adalah tugas ahli warisnya. Namun biasanya tugas ini diserahkan oleh ahli waris pada para petugas. Jika mayitnya perempuan, maka biasanya tugas tersebut dilakukan oleh ibu nyai, istrinya pak modin atau istrinya pak lebe jika di wilayah Jawa. Hal ini dianggap sebagai sebuah keumuman. Bahkan jika seorang perempuan belajar tata cara mengkafani, sering dibercandai sebagai calon istri modin.

Sesungguhnya, mempelajari cara tajhizul janaiz atau mengurusi mayit mulai dari memandikan, mengkafani, mensalati dan menguburkan adalah kewajiban seluruh umat Islam. Hal ini dikarenakan setiap kita adalah ahli waris dari anggota keluarga kita dan tentu saja memiliki kewajiban kelak untuk mengurusi jenazah anggota keluarga kita.

Terlebih lagi jika jenazahnya adalah anggota keluarga perempuan, maka ada beban moral tambahan yakni fitnah pada diri jenazah jika tidak “diurusi” oleh anggota keluarga atau ahli warisnya. Kemungkinan aurat jenazah akan terlihat oleh orang lain, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Mengkafani jenazah perempuan dijelaskan oleh Mustafa al-Bugha dan Mustafa al-Khin dalam kitab Al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab Imam al-Syafi’I sebagai berikut:

وإن كانت أنثى: ندب أن تكفن في خمسة أثواب بيض هي: إزار يستر من سرتها إلى أدنى جسمها، وخمار يستر رأسها، وقميص يستر أعلى جسمها إلى ما دون الإزار، ولفافتان تحتوي كل منهما على جميع جسدها.

Artinya: “Jika jenazahnya adalah perempuan, maka disunnahkan untuk mengkafaninya dengan tiga lapis kain berwarna putih, yakni: sarung (izar) yang menutupi tubuhnya mulai dari pusar hingga ke bawah, kerudung (khimar) yang menutupi kepalanya, gamis yang menutupi bagian atas tubuhnya di luar izar, dan dua lapis pakaian yang menutupi keseluruhan jasadnya”.

Dari pemaparan diatas bisa kita pahami bahwa tacara mengkafani jenazah perempuan secara sistematis ialah:

  1. bentangkan 2 helai kain yang akan menutupi tubuhnya
  2. di atasnya, bentangkan kain sarung (izar) yang akan menutupi pusar ke bawah
  3. diatas izar, bentangkan gamis untuk menutupi tubuh bagian atas
  4. diatas gamis, bentangkan kerudung (khimar) di posisi kepala
  5. letakkan mayit
  6. mulai pakaikan izar, gamis dan khimar pada mayit
  7. pakaikan 2 helai kain yang menutupi sekujur mayit.

Semua kain yang digunakan ialah disunnahkan berwarna putih. Penjelasan di atas tentu saja merupakan tatacara sempurna dalam mengkafani jenazah perempuan. Untuk minimalnya, mengkafani jenazah perempuan ialah dengan pakaian yang menutupi auratnya ketika ia masih hidup. Tapi tentu saja kita sangat dianjurkan untuk melakukan hal yang sempurna dalam beribadah.

Tata cara di atas, disesuaikan dengan hadis Rasulullah Saw. riwayat Abu Dawud no. 3157 dan lainnya, bahwasanya Nabi Saw. memerintahkan untuk mengkafani jenazah putri beliau, Ummi Kaltsum Ra. dengan tatacara demikian. Wallahu a’lam bi shawab.

BINCANG SYARIAH

Tata Cara Mengkafani Jenazah Lelaki

Salah satu dari 4 kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang hidup terhadap orang meninggal ialah mengkafani. Ini dilakukan setelah mayit dimandikan, sebelum disalatkan dan kemudian dikuburkan. Meskipun terlihat sederhana, namun sejatinya mengkafani mayit perlu memperhatikan berbagai agar sesuai dengan syariat Islam. Biasanya, tugas mengkafani mayit ini diwakilkan oleh para petugas yang telah ditunjuk oleh Pemerintahan Desa atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di masing-masing daerah. Padahal sejatinya, yang paling utama melaksanakan tugas mengkafani ialah ahli warisnya. Ahli waris lelaki untuk mayit lelaki dan ahli waris perempuan untuk mayit perempuan.

Tugas memandikan mayit dilakukan oleh ahli waris ini memiliki keutamaan yakni sebagai perwujudan bakti terhadap mayit yang merupakan anggota keluarga kita dan demi menjaga muruah (kehormatan) mayit jangan sampai ketika mengkafani yang notabenenya tidak akan bisa menghindar dari melihat aurat akan tidak lagi menjadi polemik karena yang melakukannya adalah ahli waris sendiri.

Sayangnya, tidak semua ahli waris bisa melakukan tugas mengkafani mayit. Mereka berkilah bahwa itu adalah tugas pak modin atau pak lebe jika di daerah. Dalam tulisan kali ini akan dijelaskan tatacara mengkafani mayit lelaki dengan harapan ke depannya tugas mengkafani bisa dilakukan oleh ahli waris.

Hukum mengkafani mayit sendiri adalah fardlu kifayah. Artinya apabila sudah ada yang melaksanakan, maka telah terpenuhilah kewajiban, dan jika tidak dilakukan maka berdosalah seluruh umat Islam yang berada di daerah tersebut.

Tata cara mengkafani mayit lelaki oleh Imam Abu Ishaq al-Syairazi dalam kitab Al-Muhadzdzab dijelaskan sebagai berikut:

فصل: وأقل ما يجزيء ما يستر العورة كالحي ومن أصحابنا من قال أقله ثوب يعم البدن لأن ما دونه لا يسمى كفناً والأول أصح والمستحب أن يكفن الرجل في ثلاثة أثواب إزار ولفافتين

Artinya: “Pasal: Paling sedikitnya (kafan) ialah pakaian yang menutupi auratnya sebagaimana ketika ia masih hidup. Sebagian murid Imam al-Syafi’i (Ashhab) menyebutkan bahwa paling sedikitnya ialah pakaian yang menutupi sekujur badan, karena jika kurang dari itu tidak akan disebut sebagai kafan. Pendapat pertama lebih sahih. Disunnahkan mengkafani lelaki dengan tiga lapis baju, yakni sarung (izar) dan dua lapis pakaian.

Dari pemaparan di atas bisa kita pahami bahwa dalam persoalan minimal kafan terdapat dua pendapat. Pendapat pertama ialah pakaian yang bisa menutupi auratnya ketika ia masih hidup. Pendapat kedua ialah sekujur tubuh. Dalam hal ini pendapat kedua dianggap lebih sahih. Sementara untuk kesunnahnya atau paling utamanya ialah menggunakan 3 lapis pakaian.

Argumen yang dikemukakan oleh Imam Syairazi ini disesuaikan dengan hadis Rasulullah terkait persoalan mengkafani sebagaimana diriwayatkan oleh Ibunda Kaum Mukminin, Aisyah Ra.:

كفن رسول الله صلى الله عليه وسلم في ثلاث أثواب بيض سحولية ليس فيها قميص ولا عمامة

Artinya: Rasulullah Saw. dikafani dengan tiga lapis baju putih bersih tanpa gamis dan surban.

Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa mengkafani jenazah lelaki yang paling sempurna ialah disesuaikan dengan tata cara ketika Rasulullah Saw. dikafani, yakni menggunakan tiga helai kain putih yang dipakaikan berlapis-lapis antara satu dengan lainnya. Wallahu a’lam bi shawab.

BINCANG SYARIAH

Mengobati Hati Sempit dan Depresi

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah

Pertanyaan:

Fadhilatusy-Syaikh, terkadang saya merasakan sempitnya hati dan depresi. Apakah sebabnya dan bagaimanakah cara mengobati keduanya? Semoga Allah membalas Anda dengan pahala.

Jawaban:

Tentang sebabnya, saya tidak dapat mengetahui hal itu. Karena penyebab depresi dan sempitnya hati itu berbeda-beda.

Tetapi, ada satu hal yang bisa bermanfaat untuk seseorang dalam keadaan ini. Yaitu hendaknya ia berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

/lā ilāha illā anta subhānaka innī kuntu minazhzhālimīn/

“Tiada Ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Engkau, Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim” [1].

Ini yang pertama. Kedua, hendaknya ia membaca doa dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

«اللهم إني عبدك ابن عبدك ابن أمتك، ناصيتي بيدك، ماضٍ في حكمك، عدلٌ في قضاؤك، أسألك اللهم بكل اسمٍ هو لك سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحداً من خلقك، أو استأثرت به في علم الغيب عندك، أن تجعل القرآن العظيم ربيع قلبي ونور صدري وجلاء جزني وذهاب همي وغمي»

/Allāhumma innī ‘abduk, ibnu ‘abdik, ibnu amatik, nāshiyatī biyadik, mādhin fiyya hukmuk, ‘adlun fiyya qadhā’uk, as’alukallāhumma bikullismin huwa lak, sammaita bihī nafsak, au anzaltahu fī kitābik, au a’lantahū ahadan min khalqik, awista’tsarta fī ‘ilmilgaibi ‘indak, an taj’alal qur’āna rabī‘a qalbī wa nūra shadrī wa jalā’a huznī wa dzahaba hammī wa ghammī/

Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku berada di tangan-Mu, telah berlalu keputusan-Mu padaku, keputusan-Mu adil untukku. Aku meminta, Ya Allah, dengan seluruh nama yang menjadi milik Engkau, yang Engkau menamai diri-Mu dengannya, yang Engkau turunkan di kitab-Mu, yang Engkau telah ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al-Qur’an Al-’Azhim sebagai musim semi (penyejuk) hatiku, cahaya bagi dadaku, pengusir kesedihanku, dan penghilang rasa gundah gulanaku” [2].

Sesungguhnya ini adalah obat yang ampuh dan bermanfaat. Setiap insan hendaknya memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah). Allah Ta’ala akan angkat darinya rasa duka dan gundah gulana berdasarkan firman Allah Ta’ala,

ألا بذكر الله تطمئن القلوب

“… Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Seyogyanya setiap insan memperbanyak zikir-zikir yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam di pagi dan petang hari. Kebanyakan yang memudaratkan manusia pada perkara-perkara ini adalah karena lalai dari mengingat Allah Ta’ala dan lalai dari zikir-zikir syar’i. Na’am.

Sumber:https://binothaimeen.net/content/12783

***

Penulis: Muhammad Fadhli, ST.

Sumber: https://muslim.or.id/67832-cara-mengobati-hati-yang-sempit-dan-depresi.html

Mungkinkah Seorang Pelaku Maksiat Dicintai Allah? Ini Jawaban Habib Ali Al Jufri

Suatu ketika seorang bertanya pada Habib Ali Al Jufri tentang pendosa yang penuh maksiat. “Adakah harapan untuk ku, seorang pelaku maksiat yang berlumuran dosa, untuk dicintai oleh Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya?,”

Habib Ali Al Jufri menjawab, “Ya mungkin, pintu taubat Allah itu sangat luas dan terbuka lebar. Dan pemberiannya sangat Agung. Pun rahmat dan kurnia Tuhan tiada terbatas.  Dan Allah memanggil hamba-Nya setiap malam. Allah berkata; Apakah Ada yang mempunyai hajat, maka akan kupenuhi hajatnya. Sesungguhnya Allah membentangkan rahmat-Nya pada malam hari, agar orang yang berbuat dosa di siang hari bertaubat. Dan Allah juga membentangkan rahmat-Nya di siang hari, untuk bertaubat orang yang berbuat maksiat di malam hari,” begitu nasihat bijak Habib Ali Al Jufri.

Lebih lanjut, Habib Ali Al Jufri juga menceritakan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Menurut Habib Ali Al-Jufri pengampunan Allah meliputi langit dan bumi. Rahmat Allah tiada tara.  Allah berfirman pada hamba-Nya; “Wahai hamba ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam Q.S Az Zumar ayat 53. Allah berfirman;

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Artinya; Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Seyogianya orang yang bertaubat, kata Habib Ali Al Jufri bahwa ia melaksanakan taubat yang sebenar-benar taubat. Yaitu orang yang bertekad kuat di hatinya untuk meninggalkan maksiat tersebut. Di samping itu, menjauhkan diri dari pelbagai hal yang membuatnya kembali jatuh pada kemaksiatan. Itulah hakikat taubat pada Allah.

Di samping itu, terkait persoalan dengan manusia—yang bersangkutan dengan hak manusia—, seyogianya seorang yang bertaubat mengembalikan hak manusia tersebut. Jika ada perbuatan salah dan khilaf, senantiasa minta maaf.  Pasalnya taubat yang benar itu adalah meninggalkan segala perilaku maksiat yang berkaitan dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Dan berhati-hati agar tidak terulang.

Namun, bila di tengah taubat, seorang yang taubat tadi terjerumus kembali ke dalam dosa, maka ia juga dianjurkan untuk bertaubat kembali. Allah juga akan mengampuni dosanya. Artinya, saban kali kita terjatuh dalam jurang kemaksiatan,kita dianjurkan selalu bertaubat. Pasalnya Allah sangat Maha Pengampun dosa seluruh hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Q.S  al-Baqarah ayat 222;

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya; Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Terkahir Habib Ali Al Jufri menyatakan yang paling berbahaya adalah pelaku maksiat yang tidak menyadari akan dosany atau mengabaikan pelbagai dosanya. Sangat berbahaya bagi seorang apabila mempermudahkan kemaksiatan itu. Dan Allah juga murka dengan orang yang bercanda dengan taubat. Misalnya ia mengatakan, “Aku berbuat dosa hari ini, nanti akan bertaubat. Tapi bohong,”. Manusia ini mempermainkan taubat. Itulah termasuk tipu daya setan.

BINCANG SYARIAH

Wapres Luncurkan Vaksin “Kita Jaga Kiai”

Wakil Presiden Ma’ruf Amin, resmi meluncurkan program vaksinasi “Kita Jaga Kiai”, yang diusung oleh Badan Amil Zakat Nasional dan Kementerian Agama RI, Senin (02/08/2021). Menurut Wapres, program vaksinasi tersebut merupakan komitmen pemerintah dalam memelihara kesehatan para kiai dan ulama.

“Saya mengapresiasi inisiatif Baznas dan Kementerian Agama yang mendesain program “Kita Jaga Kiai”. Ini salah satu bentuk penghargaan negara atau pemerintah dalam menjaga dan memelihara kesehatan para Kiai dan pengasuh pesantren yang telah berjasa bagi masyarakat, bangsa dan negara,” ujar Wapres Ma’ruf Amin dalam sambutannya dikutip KBRN.

Wapres mengatakan,  para ulama yang wafat di tengah pandemi Covid-19 hingga awal Juli 2021, jumlahnya tergolong tinggi. “Per tanggal 7 Juli 2021, berdasarkan data Kementerian Agama sudah ada 605 orang Kiai dan ulama serta pengasuh pesantren yang dipanggil untuk kembali menghadap Allah. Selain itu, cukup banyak santri terpapar virus Covid-19 di lingkungan pesantren selama pandemi menerpa Indonesia,” paparnya.

Wapres mendorong seluruh pihak untuk peduli dalam berupaya menanggulangi pandemi Covid-19. “Musibah, apapun bentuknya harus kita sikapi secara cepat dan tepat. Seluruh pihak harus memiliki kepedulian untuk secara aktif dalam ikhtiar pencegahan dan penanggulangan penyebaran virus ini,” ucap Wapres.

Dikatakan apresiasi terhadap Baznas yang mengoptimalkan pemanfaatan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) untuk penanggulangan Covid-19. “Di kesempatan terbaik ini, saya juga ingin mengapresiasi Baznas yang telah mengoptimalkan pemanfaatan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) serta Dana Sosial Keagamaan lainnya (DSKL) untuk kemaslahatan umat, terutama pada saat penanganan korban pandemi Covid-19. Menurut laporan tahun 2020 yang lalu, dana ZIS untuk penanggulangan covid-19mencapai 1,5 triliyun,” jelas Wapres.

Selain mengapresiasi berbagai ormas yang turut mengedukasi masyarakat untuk menerapkan 5M. Wapres juga menyebut langkah pemerintah dengan meneraplan PPKM Darurat maupun PPKM Level 4 adalah sebagai upaya untuk menyelamatkan masyarakat dari pandemi Covid-19.

“Semoga PPKM yang kita jalani ini benar-benar berdampak positif dalam rangka menurunkan tingkat penularan sehingga secara bertahap kehidupan sosial ekonomi mayarakat dapat kembali seperti sedia kala,” pungkasnya.

Adanya pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020, diikuti dengan Majelis Ulama Indonesia yang telah menerbitkan  fatwa MUI No. 14/2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi terjadi Wabah Covid-19.*

HIDAYATULLAH