Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 6)

Kiat Kesembilan: Serius dan Mengulang-ulang dalam Berdoa Serta Tidak Tergesa-gesa Ingin Dikabulkan

Dari Abu Hurairah , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يُعَجِّلْ يَقُوْلُ: دَعَـوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ

“ Doa seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa sehingga  mengucapkan: “Aku telah berdoa, namun doaku belum terkabulkan.” (HR. Bukhari)

Di antara adab doa yang agung adalah memohon dengan serius, mengulang-ulang bacaan doa, terus-menerus berdoa, serta mencari waktu yang utama untuk berdoa.  Barangsiapa yang terus menerus mengetuk pintu-pintu doa akan semakin dekat kemungkinan dibuka pintu untuknya.

Barangsiapa merenungkan doa ulil albaab yang Allah sebutkan di akhir surat Ali Imran tentang bagaimana mereka mengulangi ucapan “Rabbanaa” sebanyak lima kali dalam doa mereka, maka akhirnya  Allah sebutkan di akhir surat  :

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ

“ Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya  “  (Ali Imran : 195)

Hendaknya seorang hamba tidak tergesa-gesa ingin dikabulkan doanya, karena sikap tergesa-gesa adalah  di antara hal merusak yang  merupakan penghalang terkabulnya doa. Sesungguhnya sikap tergesa-gesa akan memperlambat pengkabulan doa. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menekankan dalam perkataan beliau :

و الحّ عليه في المسألة, و تملّقه

“ Bersikap serius dalam meminta, dan penuh adab dalam berdoa

Yang dimaksud adalah bersikap tamalluq adalah pelan dan lemah lembut dalam meminta. Beliau rahimahullah mengisyaratkan dengan hal ini bahwasanya berdoa hendaknya pelan-pelan, penuh adab, dan menampakkan rasa butuh kepada Allah Rabbul’ aalamin.

Kiat Kesepuluh: Berdoa Disertai dengan Penuh Harap dan Takut

Menggabungkan antara raghbah (rasa harap) dan rahbah (rasa cemas/takut) merupakan perkara penting untuk mendapat keberhasilan dalam berdoa dan ibadah yang lainnya. Seorang mukmin seyogyanya dalam ibadahnya menggabungkan antara harap dan takut. Ketika Allah menyebutkan kisah para nabi dalam surat Al Anbiya’ dan bagaimana mereka selamat dari berbagai kesulitan dan ujian, di akhir ayat Allah menyebutkan :

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“ Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.  “ (Al Anbiya’:90)

Mereka menggabungkan dalam doa mereka antara takut dan harap. Raghbah adalah berharap dengan apa yang ada di sisi Allah, maka orang yang berdoa meminta kepada Rabbnya dalam keadaan berharap dengan keutamaan dan nikmat dari_nya. Adapun rahbah adalah rasa takut dari azab-Nya dan pedihnya hukuman dari-Nya.

Di antara sifat orang mukmin yang sempurna adalah :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ

“ Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut. “ (Al Mukminun : 60)

Mereka bersungguh-sungguh dalam ibadah berharap pahala dari Rabbul ‘alamin, namun hati mereka disertai kekhawatiran tidak diterimanya amal-amal mereka. Mereka senantiasa menggabungkan dalam ibadah mereka  antara raghbah dan rahbah.

Contoh lain adalah doa Nabi Ibrahim khalilur rahman ketika Allah memerintahkan beliau untuk membangun Baitullah al Haraam, maka beliau berdoa :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (Al Baqarah :127)

Beliau adalah termasuk rasul ‘ulul azmi yang juga merupakan kekasih Allah yang dijuluki khalilur rahman. Beliau pula lah yang melakukan amalan yang paling mulia yaitu membangun dan memakmurkan Baitullah. Meskipun begitu, beliau masih tetap berdoa kepada Allah dengan berharap Allah menerima darinya amal tersebut.

Oleh karena itu Wuhaib bin Ward rahimahullah tatkala membaca ayat ini beliau menangis seraya berkata :

يا خليل الرحمٰن ترفع قوائم بيت الرحمٰن وأنت مُشفق أن لا يتقبّل منك

“ Wahai khalilur rahman, engkau membangun baitur rahman, namun engkau sangat khawatir Allah tidak menerima amalmu 

Insyaallah bersambung dengan penjelasan kiat-kiat lainnya agar doa dikabulkan. Semoga bermanfaat.

[Bersambung]

***

Sumber : Ad Duaa alladzii Laa Yurod  karya  Syaikh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr hafidzahullah yang diunduh dari : https://www.al-badr.net/ebook/192

Penulis: dr. Adika Mianoki, Sp.S

Sumber: https://muslim.or.id/67535-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-6.html

Jangan-Jangan Kita Terkena Penyakit Waswas, Ini Cara Mengobatinya

Bagaimana cara mengobati penyakit waswas?

Ada orang yang sudah kencing sebelum shalat. Dalam shalat, ia ada perasaan seperti ada yang menetes. Ketika selesai shalat, ia periksa, ternyata tidak ada apa-apa, tidak ada pula bau kencing. Kejadian ini terus berulang.

Kejadian di atas termasuk waswas.

Waswas atau waswasah adalah bisikan jiwa dan setan yang tak mengandung manfaat dan kebajikan.

Bedakan antara syakk dan waswasah. Syakk merupakan kebimbangan antara terjadi atau tidaknya sesuatu yang kemungkinan keduanya seimbang, dan merupakan keyakinan keseimbangan yang sama kuat antara keduanya, tak ada kelebihan yang satu atas yang lain. Sedangkan waswasah adalah bisikan jiwa dan setan yang tidak dilandaskan pada keyakinan dasar. Lain hal dengan syakk yang dilandasi suatu keyakinan dasar.

Waswasah merupakan penghilang khusyuk paling dominan. Maka bila hamba selamat dari penyakit berbahaya ini, berarti ia selamat dari banyak keburukan. Al-waswas (yang selalu membisikkan gangguan) adalah setan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ayat,

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.” (QS. An-Naas: 4)

Sebab-Sebab Munculnya Waswasah

  1. Minimnya ilmu syari, yaitu pengetahuan tentang Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ajaran para sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka.
  2. Lemahnya keimanan, dan setan itu hanya mampu menguasai ahli maksiat, bukan menguasai orang yang kuat imannya.
  3. Lalai dari mengingat Allah, sebab dzikir itu mampu mengusir setan dan gangguan-gangguannya.
  4. Kelemahan akal, sebab yang memiliki akal sempurna akan selamat dari waswasah, dengan karunia Allah.
  5. Tidak bergaul dengan orang-orang yang memiliki ilmu dan iman sempurna.
  6. Tidak mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Gejala-Gelaja Waswasah pada Orang yang Mengidapnya

  1. Lama dalam melakukan istinjak, wudhu, atau mandi.
  2. Mengulang-ulang wudhu, thaharah, atau shalat, berlebih-lebihan dalam menggunakan air untuk bersuci dan mengulangi ibadah-ibadah ini karena menganggapnya tidak sah.
  3. Mengulang-ulang huruf dalam melafalkan bacaan-bacaan Al-Qur’an, doa-doa shalat dan lainnya.
  4. Mengganti baju karena menyangkanya terkena najis.
  5. Bisikan yang terkait dengan hal akidah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِى الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ ، وَلْيَنْتَهِ

Setan datang pada salah seorang kalian lalu mengatakan, siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan ini? Hingga ia mengatakan, siapa yang menciptakan Rabbmu? Bila ia sampai pada yang demikian itu hendaknya ia berlindung kepada Allah dan segera berhenti darinya.” (HR. Bukhari, no. 3276 dan Muslim, no. 134)

Dalam redaksi riwayat Muslim, “Tak henti-hentinya manusia saling bertanya, hingga dikatakan, ini Allah telah menciptakan semua makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Siapa mendapati sesuatu dari hal ini hendaknya ia mengatakan, aku beriman kepada Allah.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, “Setan mendatangi salah seorang kalian lalu mengucapkan, siapa yang menciptakan langit? Siapa yang menciptakan bumi? Maka ia menjawab, “Allah ….”

Muslim menyebutkan riwayat di atas dan menambahkan, “(Aku beriman kepada Allah) dan rasul-rasul-Nya.”

Mengobati Waswasah

  1. Menuntut ilmu syariat (mendalami ilmu agama).
  2. Memperkuat keimanan dengan mengerjakan amal-amal ketaatan dan ibadah-ibadah sunnah.
  3. Senantiasa ingat pada Allah di segala kondisi.
  4. Bergaul dengan orang saleh dan orang-orang yang dapat memberi manfaat.
  5. Mengetahui bahwa kebenaran itu hanya apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  6. Mengakui bahwa waswasah adalah kebatilan yang paling batil.
  7. Memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.
  8. Tidak lama-lama berada di dalam kamar mandi atau WC melebihi kebutuhan. Karena jamban dan WC adalah tempat setan dan ruh-ruh yang jahat.
  9. Memercikkan air pada kemaluan setelah istinjak dan celana untuk mengantisipasi waswasah dari jiwa.

Dalam hadits Al-Hakam bin Sufyan Ats-Tsaqafi, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا بَالَ يَتَوَضَّأُ وَيَنْتَضِحُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila kencing, beliau berwudhu dan memercikkan air pada kemaluan.” (HR. Abu Daud, no. 166; Ibnu Majah, no. 461; An-Nasai, no. 134. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Apabila seseorang yakin telah melakukan thaharah (baik wudhu atau lainnya), kemudian ragu telah berhadats ataukah belum, ia boleh shalat dengan thaharahnya itu. Sebab, ia dalam keadaan suci. Sebaliknya bila ia yakin telah berhadats kemudian ragu telah bersuci ataukah belum, ia tidak perlu mempedulikan keraguan itu, kecuali bila ia yakin telah bersuci. Kemudian bila banyak keraguan yang muncul, maka ia tidak perlu mempedulikannya.

Baca juga: Kaidah Fikih, Ragu Tidak Bisa Mengalahkan yang Yakin

Semoga Allah beri taufik dan hidayah kepada penulis dan setiap yang membaca tulisan ini.

Referensi:

Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah fii Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1434 H. Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani.

Darush Sholihin, 12 Dzulhijjah 1442 H

Muhammad Abduh Tuasikal 

Sumber https://rumaysho.com/28887-jangan-jangan-kita-terkena-penyakit-waswas-ini-cara-mengobatinya.html

Salah Paham Tentang Memahami Tawakal

Sebagian orang ada yang salah paham dengan tawakal. Sebelumnya, perlu diketahui ada dua rukun tawakal:

1. Menempuh dan melakukan sebab/usaha

2. Berdoa memohon bantuan kepada Allah dan menyerahkan hasilnya kepada Allah serta ridha dengan apapun yang Allah takdirkan nanti

Ada dua sikap ekstrim (berlebihan) terkait tawakal:

Pertama: Tidak melakukan sebab atau usaha sama sekali

Inilah yang sering salah dipahami oleh sebagian orang, yaitu memahami tawakal dengan “pasrah” saja. Tidak melakukan sebab atau usaha dengan apapun.

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Berikut pembahasannya:

Pertama: Tidak melakukan sebab sama sekali

Hal ini tidak dibenarkan, karena Allah telah menciptakan sebab dan akibatnya. Manusia harus menempuh sebab dan melakukan usaha untuk mendapatkan hasilnya nanti.

Perhatikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai “tawakalnya burung”.

ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ

“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)

Seekor burung tidak tahu letak di mana biji-bijian dan makanan yang akan didapatkan, bisa jadi di tempat kemarin yang ia dapatkan, sekarang telah habis persediaan biji tersebut.

Yang penting bagi burung adalah:
1. Berusaha keluar sarang dulu, yang penting berusaha (tidak meninggalkan sebab dan usaha)
2. Tidak stress dulu di sangkar terlalu lama memikirkan nasibnya
3. Optimis dengan rezeki dari Allah, untuk memenuhi kebutuhannya

Syaikh Abdurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan,

ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻜﺴﺐ ﺑﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ

“Hadits ini tidak menunjukkan bahwa kita harus meninggalkan usaha (menempuh sebab), akan tetapi menunjukkan agar melakukan usaha untuk mencari rezeki (Tuhfatul Ahwadzi, syaikh Al-mubarakfury)

Jadi, menempuh sebab (melakukan usaha) itu juga penting dan diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya ? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

إِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

“Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal !” (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan)

Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah

Kita adalah seorang hamba Allah dan jangan sampai melupakan Allah sebagai pencipta kita dan yang memberikan kita kemampuan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

فالإلتفات الى الأسباب شرك فى التوحيد و محو الأسباب أن تكون أسبابا نقض فى العقل و الأعراض عن الأسباب المأمور بها قدح فى الشرع فعلى العبد أن يكون قلبه متعمدا على الله لا على سبب من الأسباب و الله ييسر له من الأسباب ما يصلحه فى الدنيا و الأخرة

“Mengandalkan (terlalu memperhatikan) sebab atau usaha itu menodai kemurnian tauhid. Tidak percaya bahwa sebab adalah sebab adalah tindakan merusak akal sehat. Tidak mau melakukan usaha atau sebab adalah celaan terhadap syariat (yang memerintahkannya). Hamba berkewajiban menjadikan hatinya bersandar kepada Allah, bukan bersandar kepada usaha semata. Allahlah yang memudahkannya untuk melakukan sebab yang akan mengantarkannya kepada kebaikan di dunia dan akherat” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/528)

Orang yang terlalu mengandalkan sebab atau usaha sangat berpotensi untuk stres dan depresi ketika ia tidak bisa mencapai target atau hasil yang ia inginkan, padahal ia sudah giat dan bersusah payah. Seorang yang bertawakal tidak akan stres atau depresi karena ia berbaik sangka kepada Allah. Apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi seorang hamba. Inilah menakjubkannya urusan seorang muslim sebagaimana dalam hadits.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya” (HR. Muslim)

Demikian semoga bermanfaat

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/42819-salah-paham-tentang-memahami-tawakal.html

Benarkah Berhubungan Intim pada Malam Jumat Sunah Rasul?

BincangSyariah.Com –  Jamak diketahui oleh masyarakat kita bahwa berhubungan intim malam jumat merupakan sunah rasul, Benarkah demikian?

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, tidak ditemukan dalam nash baik Alquran ataupun hadis yang menunjukkan secara jelas akan kesunahan berhubungan intim pada malam jumat. Kecuali mungkin hadis yang menyinggung tentang mandi janabah berikut ini

قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Barang siapa yang mandi pada hari jumat seperti mandi janabah kemudian dia berangkat shalat jumat di waktu pertama, maka seperti berkurban unta.. (HR. Bukhari & Muslim)

Imam Nawawi mengartikan bahwa hadis ini menerangkan tentang cara mandi jumat dilakukan seperti mandi junub, akan tetapi ada juga sebagian ahli fikih mengartikannya dengan barang siapa yang mandi jumat bertepatan dengan mandi junub lalu pergi jumatan fadhilahnya seperti berkurban unta. Namun menurut mayoritas ulama, pemahaman hadis pertama yang lebih benar.

Karena itu Imam Nawawi menegaskan

وَقِيلَ: فِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى الْجِمَاعِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِيَغْتَسِلَ فِيهِ مِنَ الْجَنَابَةِ، وَالْحِكْمَةُ فِيهِ: أَنْ تَسْكُنَ نَفْسُهُ فِي الرَّوَاحِ إِلَى الصَّلَاةِ ، وَلَا تَمْتَدُّ عَيْنُهُ إِلَى شَيْءٍ يَرَاهُ، وَفِيهِ حَمْلُ الْمَرْأَةِ أَيْضًا عَلَى الِاغْتِسَالِ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَهَبَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا إِلَى هَذَا، وَهُوَ ضَعِيفٌ أَوْ بَاطِلٌ، وَالصَّوَابُ الأول. انْتهى

Dan ada yang berpendapat bahwa dalam hadis tersebut terdapat isyarat agar berhubungan intim pada hari jumat dan mandi junub pada hari itu. Hikmahnya agar jiwanya tenang menuju shalat dan matanya tidak jelalatan pada apa yang ia pandang, dan wanita juga disunahkan mandi pada hari itu. Sebagian saudara kita berpendapat demikian, pendapat itu lemah dan tidak benar, yang benar adalah pendapat yang pertama. Selesai.

Demikian pula menurut Ibnu hajar, bahwa tasybih atau penyamaan yang dimaksud dalam hadis di atas adalah penyaman dalam hal taat cara mandi, bukan penyamaan dalam hal hukum, demikian menurut mayoritas ahli fikih.

Jadi hadis tentang mandi junub di atas, menerangkan kesunahan mandi di hari jumat serta keutamaan orang yang bersegera pergi shalat jumat. Hadis itu tidak ada kaitannya dengan kesunahan berhubungan intim pada hari jumat atau malam jumat. Wallahu’alam.

BINCANG SYARIAH

Cerita Pequrban Cilik Hani, Upah Kupas Bawang dan Celengan

Hani merupakan contoh pequrban cilik yang menginspirasi

Semangat berqurban ternyata tidak hanya dimiliki orang dewasa, tetapi juga anak-anak, meski mereka belum terkena hukum kesunnahan melaksanakan qurban.  

Hal itu dicontohkan seorang bocah perempuan berusia delapan tahun bernama Hanifa Insani, yang masih duduk di bangku kelas tiga Madrasah Ibtidaiah Negeri (MIN) 4 Solok, Sumatra Barat. Hani, panggilan Hanifa,mampu berqurban pada hari Raya Idul Adha 1442 Hijriyah dari uang hasil tabungan dari celengannya, yang dikumpulkannya selama tiga tahun.

Uang untuk berqurban tersebut sudah ditabungnya sejak tiga tahun berturut-turut, tepatnya sejak Hani masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) atau sejak berusia lima tahun.

Beberapa tahun terakhir ini, Hani rajin menabung dalam celengan yang dibelikan oleh orang tuanya. Setiap hari, dia selalu menyisihkan uang jajannya Rp1.000 hingga Rp5.000.

Sedikit demi sedikit uang tabungan Hani terus bertambah. Bahkan, tabungannya meningkat drastis pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri yang diterima Hani dari mamak (paman) dan etek (tante)dan kerabat lainnya langsung ditabung dalam celengan.

Selain itu, uang tabungannya juga diperoleh dari hasil mengupas bawang (maurek bawang) selama mengisi waktu libur sekolahnya. Mengupas bawang atau maurek bawang merupakan pekerjaan unik dan sangat mudah sehingga bisa dilakukan siapa saja termasuk ibu-ibu, bahkan anak-anak di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar. 

Bawang yang sudah dibersihkan itu akan diupah Rp1.500 per kilogramnya oleh sang pemilik bawang.”Biasanya Hani mampu membersihkan bawang hingga 15 kilogram per hari atau Rp22 ribu hingga Rp25 ribu per harinya, lalu uang itu ditabungnya dalam celengan,” ujar orang tua Hani, Roza Linda (38).

Di tambah lagi sejak pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) proses belajar mengajar (PBM) tatap muka dipindahkan ke rumah atau belajar secara daring(online). Sehingga Hani lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. “Dia tidak terlalu suka bermain. Malah mengisi waktunya dengan bekerja mengupas bawang petani yang ada di sini, lalu upahnya ditabung dalam celengan,” kata dia.

Niat yang Tulus Hani sejak awal memang sudah berniat menggunakan uang tabungannya untuk berqurban. Setelah membongkar celengan, tanpa berpikir lagi dia langsung meminta kedua orang tuanya untuk menyerahkan uang itu ke panitia qurban di Masjid Nurul Iman, Batu Bagiriak, Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar.

Kedua orang tuanya pun kembali menanyakan keinginan Hani itu karena mengingat usianya yang masih kecil. Namun Hani tetap kukuh dengan pendiriannya. Linda sebagai orang tua sangat bangga dengan ketulusan hati anaknya yang masih kecil sudah ikut berqurban.

Kedua orang tuanya pun kembali menanyakan keinginan Hani itu karena mengingat usianya yang masih kecil. Namun Hani tetap kukuh dengan pendiriannya. Linda sebagai orang tua sangat bangga dengan ketulusan hati anaknya yang masih kecil sudah ikut berqurban.

“Bahkan saya sendiri sampai saat ini masih belum ikut berqurban, semoga tahun depan bisa ikut,” kata dia. Ibu dengan tiga orang anak itu berharap ke depannya Hani terus menjadi anak yang shalehah dan tetap peduli terhadap sesama.

“Saya selalu berpesan pada Hani setelah berqurban harus ditingkatkan lagi ibadahnya, seperti sholat lima waktu tidak boleh bolong-bolong, baca Alquran dan puasa,” kata Linda.

Hani ikut berqurban satu ekor sapi bersama tujuh orang lainnya yang dilakukan secara patungan atau senilai Rp2,5 juta per orangnya. Kemudian daging qurban atas nama Hani ini diserahkan ke kerabat dan tetangga dekat rumah.

Hani termasuk yang paling kecil usianya di antara orang-orang yang ikut berqurban di Masjid Nurul Iman. Di antara mereka ada yang sudah berkeluarga, sebagai mahasiswa, pedagang, dan petani.

“Saat membuka celengan, uang tabungan Hani hanya ada Rp2,1 juta, sedangkan untuk qurban Rp2,5 juta. Namun melihat Hani begitu bersemangat untuk berqurban. Kami pun menambahkan Rp500 ribu dan sisa tabungannya Rp100 ribu untuk keperluan Lebaran,” ujar Linda.

Qurban Tahun DepanBocah yang bercita-cita ingin menjadi seorang polisi wanita (polwan) itu mengaku senang karena bisa ikut berqurban pada Lebaran Idul Adha tahun ini. Dia berharap tahun depan bisa berqurban lagi dengan uang tabungannya sendiri.

Salah seorang tokoh agama Kabupaten Solok, Alizar Chan, mengapresiasi Hani yang masih kecil namun sangat bersemangat ikut berqurban. “Berqurban merupakan amalan yang disunnahkan saat merayakan Hari Raya Idul Adha. Meski begitu, berqurban diwajibkan bagi mereka yang mampu,” kata Alizar yang juga sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Solok.

Namun menurut Alizar anak yang belum akil balig berarti belum mukallaf atau belum terbebani aturan dan kewajiban dalam agama. Misalnya, belum dibebankan sholat, puasa, termasuk berqurban.

Meskipun anak belum diwajibkan berqurban, namun jika si anak memang mampu membeli hewan qurban dan berkeinginan untuk berqurban maka diperbolehkan ikut berqurban atas nama anak itu sendiri dan qurbannya itu sah.

“Menurut saya ini merupakan salah satu bentuk pola asuh yang bagus bagi orang tua terhadap anak tentang nilai-nilai ibadah berqurban,” kata dia.

Dia menyebutkan dalam hukum fikih terdapat ketentuan hewan ternak yang boleh digunakan untuk berqurban diantaranya sapi, unta, kerbau, dan kambing. Namun di Kabupaten Solok lebih banyak menggunakan sapi dan kambing.

Satu ekor kambing untuk satu orang, sedangkan seekor sapi bisa untuk tujuh orang. Namun satu ekor sapi juga untuk satu orang, tergantung tingkat kemampuan ekonomi seseorang. Selain itu, di sebagian kalangan masyarakat termasuk di Kabupaten Solok sering ditemui memilih qurban satu kambing per orangan atau satu sapi untuk tujuh orang yang dilakukan secara patungan. Salah satu alasan banyaknya orang yang melakukan qurban secara patungan adalah kondisi keuangan. 

Jika memang tidak mampu berqurban seekor hewan ternak per orangan, maka ada pilihan tujuh orang mengurbankan satu ekor sapi sebagai solusinya.

Selain itu, kata qurban berasal dari kata qurb atau qurban yang berarti ‘dekat’. Sedangkan penulisan qurban dengan imbuhan alif dan nun bermakna ‘kesempurnaan.’Sehingga qurban berarti kedekatan yang sempurna atau dalam makna lainnya, qurban berarti menyembelih hewan untuk melaksanakan perintah Allah SWT sekaligus mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.

Tentu apa yang dilakukan Hani tidak harus diikuti anak seusianya. Namun bagi orang dewasa yang sudah mampuberqurban, setidaknya dapat menjadi penyemangat untuk terusberbagikepada sesama. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Nasihat Kematian di Tengah Pandemi

INNALILLAHI WA ILAIHI RAJIUN. Sebulan terakhir ini seringkali kita mendapatkan berita dukacita dari media sosial, online, televisi, dan pengumuman lewat pengeras suara di masjid atas meninggalnya seseorang. Sebenarnya ada ataupun tidak ada pandemi, bahwa kematian itu akan senantiasa ada. Berita tersebut sejatinya sebagai sebuah nasihat tentang kematian.

Kematian akan menyambangi siapa saja yang bernyawa (QS Ali Imran [3]:185), tidak ada tawar menawar, dan masing-masing memiliki batasan waktunya (QS al-A’raf [7]: 34).  Kematian datang bersifat memaksa dan menghampiri setiap manusia meskipun berusaha menghindarinya (QS Ali Imran [3]: 154), mengejar siapapun meski berlindung di balik benteng yang kokoh (QS an-Nisa [4]: 78), mengejar siapapun meskipun lari menghindar (QS al-Jumu’ah [62]: 8), datang secara tiba-tiba (QS Luqman [31]: 34), dan tidak dapat ditunda dan dipercepat (QS al-Munafiqun [63]: 11).

Kematian tidak mengenal syarat, misalnya, yang paling tua, atau yang paling lama sakit, atau yang sudah menikah. Seringkali kita melayat orang yang meninggal dunia, usianya masih muda, atau dalam keadaan tidak sakit, dan atau belum menikah.

Tidak seorang pun tahu kapan datangnya kematian. Manusia dituntut mempersiapkan diri menghadapinya. Nabi ﷺ bersabda;

“Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR Tirmidzi).

Ketika Nabi ﷺ ditanya oleh seorang dari Anshar, “Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan siap menghadapinya. Mereka orang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat.” (HR Tirmidzi).

Terkait dahsyatnya kematian (sakaratul maut), Nabi ﷺ bersabda, “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi). Dalam hadis lain, “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang tersobek?” (HR Bukhari).

Dalam atsar (pendapat) para sahabat Nabi ﷺ. Seperti Ka’ab al-Ahbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Lalu, seorang laki-laki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.”

Kemudian, Imam Ghozali berpendapat: “Rasa sakit yang dirasa kan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke selu ruh anggota tubuh sehingga bagi orang yang sedang sekarat merasa kan dirinya ditarik-tarik dan dicerabuti dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.”

Karena itu, kita berharap agar saat menghadapi kematian dalam keadaan tunduk dan patuh kepada-Nya. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imran [3]: 102).

Tidaklah terlalu penting kita akan mati, tetapi yang terpenting adalah sejauh mana persiapan menghadapi kematian itu. Rasulullah ﷺ mengingatkan agar kita bersegera untuk menyiapkan bekal dengan beramal saleh. Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan. (HR Tirmidzi).

Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan tentu akan kesulitan dalam mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu, berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Semoga saudara-saudara kita yang meninggal dunia, baik sebab Covid-19 maupun tidak, diampuni salah dan dosanya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Amin.

*/H. Imam Nur SuharnoPengurus Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH

Hukum Minta Didoakan Setelah Memberi Daging Kurban

Di antara kebiasaan masyarakat ketika memberi sedekah adalah minta untuk didoakan, termasuk ketika memberi daging kurban. Ketika seseorang berkurban dan memberikan daging kurban, ia meminta kepada penerima daging kurban agar dirinya didoakan. Doa yang diminta biasanya agar dirinya sehat, rizekinya dilancarkan dan beragam permintaan doa lainnya. Sebenarnya, bagaimana hukum minta didoakan setelah memberi daging kurban, apakah boleh?

Dalam Islam, meminta didoakan kepada orang lain, terutama setelah memberi daging kurban dan sedekah lainnya, hukumnya adalah boleh. Tidak masalah bagi seseorang meminta didoakan kepada penerima daging kurban dan penerima sedekah agar dikaruniakan kesembuhan dari penyakit, terkabulnya hajat dan lain sebagainya.

Ini sebagaimana disebutkan dalam Darul Ifta’ Al-Mishriyah berikut;

السؤال: إذا تصدق شخص على فقير، سواء كان يعرفه أو لا، وطلب منه أن يدعو له بحاجة معينة، فهل يجوز ذلك؟

الجواب: لا حرج في طلب المسلم الدعاء من غيره، فقد قال النبي عليه الصلاة والسلام: دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Pertanyaan: Jika seseorang bersedekah kepada orang fakir, baik dia mengetahuinya atau tidak, dan dia meminta kepada orang fakir tersebut agar dirinya didoakan untuk terkabulnya hajat tertentu, apakah hal itu boleh?

Jawaban: Tidak masalah seorang muslim meminta didoakan kepada orang lain. Nabi Saw bersabda; Doa seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat setiap kali dia berdoa kepada saudaranya dengan kebaikan. Malaikat tersebut berkataAmin, engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.

Selain itu, meski tidak diminta oleh pemberi daging kurban, penerima daging kurban memang dianjurkan untuk mendoakannya. Dalam Islam, ketika seseorang menerima sedekah dari orang lain, maka dia dianjurkan untuk mendoakan pemberi sedekah, baik diminta atau tidak.

Nabi Saw ketika menerima sedekah dari orang lain, maka beliau langsung mendoakan orang tersebut tanpa diminta terlebih dulu. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata;

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أُتِيَ بِصَدَقَةٍ قَالَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ. وَإِنَّ أَبِي أَتَاهُ بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ: اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى

Jika sedekah dibawa ke hadapan Nabi Saw, beliau pun berdoa; Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada mereka. Ayahku pernah membawa sedekahnya kepada Nabi Saw, maka beliau pun berdoa; Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada keluarga Abu Aufa.

BINCANG SYARIAH

Pengakuan Mengejutkan Kafir Usai Dengar Nabi Baca Alquran

Ayat Alquran mampu membuat orang kafir tertegun hingga masuk Islam

Ayat-ayat suci Alquran memiliki keindahan dalam setiap rangkaiannya. Hal ini telah banyak dibuktikan sebagian besar orang hingga mereka memeluk Islam.  

Dikutip dari buku “Jangan Takut Hadapi” Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, pernah suatu ketika orang-orang kafir mendengar Rasulullah ﷺ melantunkan ayat suci Alquran. 

Mereka terpesona dan mengakui keindahan rangkaian kalimat dalam Alquran. Mereka pun akhirnya menutup kedua telinganya karena takut terpengaruh dengannya.  

Thufail bin Amr lalu mendatangi sumber suara itu dan berkata, “Pada saat aku masih kafir, aku sempat menutup kedua telingaku dengan kapas, ketika aku mendekati Rasulullah dan beliau memulai membaca Alquran. Lalu aku pun berkata pada diriku sendiri, ‘Sungguh menakjubkan sekali’ Aku adalah seorang penyair dan sastrawan, tapi mengapa aku tidak mendengar ucapannya sehingga aku dapat menikmati keindahan kata-katanya, atau paling tidak aku mengetahui bahwa kata-katanya adalah sihir’? 

Thufail berkata, ‘Aku masih ragu, lantas aku mengambil kapas yang aku taruh di telingaku dan membuangnya. Setelah itu, dengan leluasa aku dapat mendengarkan bacaan Muhammad. Kemudian aku mendatangi beliau dan berucap, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu annaka Rasulullah” (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan-Nya).” (Lihat, Bidayah wa An-Nihayah). 

Jabir bin Muth’im salah seorang pembesar kota Makkah telah berjanji tidak akan mendengarkan bacaan Alquran. Tapi, pada saat Allah SWT menginginkan ia terbebas dari neraka, Allah pun menunjukkan jalan kepadanya. 

Suatu ketika dia mendengarkan bacaan Alquran dari Rasulullah ﷺ  dengan suara yang melengking di saat beliau sedang melaksanakan sholat Magrib.  

وَالطُّوۡرِۙ, وَكِتٰبٍ مَّسۡطُوۡرٍۙ, فِىۡ رَقٍّ مَّنۡشُوۡرٍۙ, وَالۡبَيۡتِ الۡمَعۡمُوۡرِۙ, وَالسَّقۡفِ الۡمَرۡفُوۡعِۙ‏ “Demi bukit. Dan kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Ma’mur . Dan atap yang ditinggikan (langit) …” (QS Ath Thur ayat satu sampai akhir ayat) 

Jabir berkata, “Hatiku bergetar hebat hingga seakan-akan aku terbang ke angkasa”. Seketika itu, Jabir menyatakan dirinya masuk ke dalam agama Islam.  

KHAZANAH REPUBLIKA

3 Manfaat Sedekah yang Diungkap Rasul ke Ali bin Abi Thalib

Rasulullah SAW berwasiat kepada Ali bin Thalib ihwal keutamaan sedekah

Banyak keterangan dalam Alquran dan hadits tentang keutamaan bersedekah. 

Dalam Alquran surat As Saba ayat 39 Allah SWT menegaskan akan mengganti harta orang-orang yang berinfak dijalan Allah. 

مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Dalam sejumlah hadits nabi Muhammad SAW juga dijelaskan orang yang bersedekah akan terhindar dari bala, dilipatgandakan rezekinya, hingga dijauhkan penyakit-penyakit.  

Namun dalam tulisan ini akan dipaparkan tiga fadilat sedekah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Wasiyat Al Musthafa yaitu kitab turats berisi wasiat-wasiat Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib yang di antaranya juga ada yang berkaitan dengan sedekah. 

Kitab ini disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi’i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syarani. 

1. Menolak bala

يَا عَلِيُّ، صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَجْلِبُ الْبَرَكَةَ وَالرِّزْقَ الْكَثِيْرَ وَبَاكِرْ بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ الْبَلَاءَ يَنْزِلُ قَبْلَ الْبُكُوْرِ فَتَرُدُّ الْقَضَاءَ فِي الْهَوَاءِ

“Wahai Ali, sedekah dengan cara sirri (tak diperlihatkan pada orang lain) itu bisa memadamkan kemarahan Allah, dan bisa menarik berkah serta rezeki yang banyak. 

(Wahai Ali) bersegeralah (pagi-pagi sekali) bersedekah, karena sesungguhnya bala itu turun sebelum pagi buta. Maka dengan sedekah itu menolak qadha buruk di udara.”

2. Sedekah meski sedikit akan dicintai Allah 

يَا عَلِيُّ، إِذَا تَصَدَّقْتَ فَتَصَدَّقْ بِأَحْسَنِ مَا عِنْدَكَ فَإِنَّ صَدَقَةَ لُقْمَةٍ مِنْ حَلَالٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ مِائَةِ مِثْقَالٍ مِنْ حَرَامٍ، وَصَدَقَةٌ تُقَدِّمُهَا قَبْلَ مَوْتِكَ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ مِثْقَالٍ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا بَعْدَ مَوْتِكَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى “يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ”

“Wahai Ali, ketika kamu bersedekah maka sedekahlah dengan harta yang terbaik yang ada padamu. Karena sesungguhnya sedekah sesuap dengan harta yang halal itu lebih disenangi Allah SWT dari pada 100 mitsqal dari barang yang haram, atau sedekah yang kamu berikan sebelum mati itu lebih utama daripada 100 mitsqal yang diberikan setelah matimu. Allah SWT berfirman :

إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ “Pada hari manusia apa yang telah diperbuat oleh kedua tanganya”) (QS an Naba 40). 

Maksudnya, manusia di hari pembalasan akan melihat amal-amal yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia. Bila seseorang senang bersedekah selama hidup di dunia maka pahala sedekahnya akan diperoleh ketika di hari pembalasan. 

3. Sedekah membuat bahagia orang yang telah meninggal

يَا عَلِيُّ، تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي الدُّنْيَا وَيَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَنْ نَوَّرَ قَبْرَنَا وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ كَمَا بَشَّرَنَا بِهَا

“Wahai Ali, bersedekah lah engaku untuk orang-orang yang telah mati. Maka sesungguhnya Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk menyampaikan sedekahnya orang yang hidup kepada orang-orang yang telah mati. Sehingga orang-orang yang telah mati itu bahagia, bahkan lebih bahagia  daripada ketika di dunia. Dan orang-orang yang mati itu bedoa:

Ya Allah ampunilah untuk orang yang menerangi kubur kami. Dan berikanlah kebahagiaan padanya dengan surga seperti dia telah membahagiakan kami dengan sedekahnya.” 

Keterangan ini sekaligus menjadi penguat bahwa bersedekah dengan niat agar pahala sedekahnya untuk orang yang meninggal merupakan kesunahan yang diajarkan Rasulullah SAW. 

Sebab itu tidak perlu mempertentangkan bila ada orang-orang yang bersedekah ke masjid, ke panti yatim piatu atau lainnya dengan tujuan agar pahala sedekahnya untuk anggota keluarganya yang telah meninggal.     

KHAZANAH REPUBLIKA

10 Keutamaan Memuliakan Bulan Dzulhijjah

Di dalam Islam, terdapat hari-hari dan bulan-bulan tertentu yang memiliki keistimewaan dibanding hari-hari dan bulan-bulan lainnya. Di antara bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam adalah bulan Dzulhijjah, dan di antara hari-hari yang dimuliakan adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Karena sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah termasuk hari-hari yang dimuliakan dalam Islam, maka kita sebagai umat muslim sangat dianjurkan untuk memuliakannya dengan cara memperbanyak ibadah, puasa, zikir, shalat malam dan amalan-amalan lainnya.

Dalam kitab Dalil Al-Falihin disebutkan sebuah riwayat mengenai keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini dan keutamaan beramal shaleh di dalamnya. Riwayat tersebut bersumber dari sahabat Sa’id bin Jubair dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah Saw bersabda;

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ، يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ وَاِنَّ صِياَمَ يَوْمٍ فِيْهَا يَعْدِلُ صِيَامَ سَنَةٍ وَالعَمَل فِيْهَا يُضَاعَفُ سَبْعمِائَةِ ضِعْفٍ وَقِيَامَ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ القَدْر

Tidak ada hari-hari yang mana beramal sholeh pada hari tersebut lebih dicintai oleh Allah daripada di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan pahala berpuasa sehari saja dari awal bulan Dzulhijjah sama dengan puasa sunnah setahun, dan beramal pada hari tersebut akan dilipatkan hingga 700 kali lipat serta shalat malam pada hari tersebut pahalanya sebanding dengan shalat sunnah pada malam lailatul qadar.

Selain itu, dalam kitab Al-Ghunyah, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyebutkan perkataan sebagian ulama bahwa terdapat sepuluh keutamaan yang akan diperoleh oleh orang yang memuliakan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Yaitu, keberkahan umur, bertambahnya harta, keluarga dilindungi oleh Allah, kesalahan dan dosa dihapus dan diampuni, amal kebaikan dilipatgandakan, mendapatkan kemudahan dalam sakratul maut, mendapat cahaya di alam kubur, timbangan amal diberatkan, selamat dari derajat yang rendah, dan derajatnya ditinggikan.

Dalam kitab Al-Ghunyah, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyebutkan sebagai berikut;

وقيل: من أكرم هذه الأيام العشرة أكرمه الله تعالى بعشر كرامات: البركة في عمره، والزيادة في ماله، والحفظ لعياله، والتكفير لسيئاته، والتضعيف لحسناته، والتسهيل لسكراته، والضياء لظلماته، والتثقيل لميزانه، والنجاة من دركاته، والصعود على درجاته.

Dikatakan bahwa barang siapa memuliakan sepuluh hari Dzulhijjah, maka Allah akan memberikan kemulian dengan sepuluh kemuliaan; Yaitu, keberkahan umur, bertambahnya harta, keluarga dilindungi, kesalahan dan dosa dihapus dan diampuni, amal kebaikan dilipatgandakan, mendapatkan kemudahan dalam sakratul maut, mendapat cahaya di alam kubur, timbangan amal diberatkan, selamat dari derajat yang rendah, dan derajatnya ditinggikan.

BINCANG SYARIAH