Alquran Jawab Semua Masalah Hidup, Jaime Brown Jadi Mualaf

Jaime Brown menjadi mualaf karena Alquran menjawab semua masalah hidup.

Seorang wanita Amerika Serikat membagikan kisahnya ketika memutuskan menjadi mualaf dengan memeluk Islam dan mengenakan hijab. Ia merasakan banyak perbedaan dalam hidupnya. Begitupun, dengan menggunakan hijab. Bukan saja membuat perasaannya menjadi nyaman, ia juga merasa dimuliakan. Wanita itu adalah Jaime Brown. Ia membagikan kisahnya dalam sebuah sesi tanya jawab sebagaimana dilansir Iqna.ir pada Selasa (2/2).

Brown memeluk Islam dengan melafazkan dua kalimat syahadat pada Desember 2010 ketika dirinya berada di Kota Casablanca, Maroko. Namun, sebenarnya, Brown sudah mendapatkan cahaya hidayah Islam ketika dirinya tinggal di Hollywood, Los Angeles, Kalifornia. Saat itu, Brown menyadari dirinya sangat ingin berhijrah, melafazkan syahadat di suatu negara Muslim. Karena itulah, ia memilih Maroko.

“Saya hanya ingin memulai hidup saya dari awal lagi sebagai seorang Muslim. Saya tahu, saya tidak bisa melakukannya tinggal di LA dengan pekerjaan yang sama, teman yang sama, suasana yang sama, dan situasi yang sama. Saya tahu bahwa saya akan menjadi seperti orang baru segera setelah saya mengucapkan syahadat. Jadi, saya ingin memulai hidup saya di negara Muslim di mana saya bebas menjadi seorang Muslim,” kata Brown.

Brown menceritakan, ketika pesawat yang dinaikinya mendarat di Maroko, hal yang pertama dilakukannya adalah pergi ke kamar mandi bandara dan untuk pertama kalinya ia mengenakan hijab. Meski Brown mengaku cara mengenakan hijabnya kala itu belum cukup baik, sejak itu, ia tidak pernah melepasnya.

Brown juga mengakui alasan dirinya memeluk Islam adalah karena membaca Alquran. Brown menemukan setiap jawaban dari persoalan-persoalan hidupnya dalam Alquran. Dan baginya, Alquran merupakan kitab yang dapat dipahami.

“Saya tahu, sebagian dari (agama yang sebelumnya dia anut) tidak masuk akal, jadi saya selalu mencari jawaban  tidak berhasil. Ketika saya membaca Quran, itu masuk akal. Saya tahu semua jawaban yang saya cari ada di kitab itu,” kata Brown.

Sejak itu, Brown yang berprofesi sebagai manajer produksi film, video, dan musik memutuskan meninggalkan kehidupan glamornya di Beverly Hills. Dan ia pun memilih mengemas barang-barangnya dan pergi ke Maroko yang belum pernah dikunjunginya sama sekali. “Tapi, alhamdulillah, semuanya berhasil dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat,” katanya.

Brown sangat merasa spesial ketika masuk Islam dan mengenakan hijab. Bagi Brown, hijab bukan sekadar syal atau kerudung. Namun, hijab menurut Brown adalah menunjukkan cara seorang wanita berperilaku, membawa dirinya sendiri, memancarkan kebijaksanaan, penuh kesopanan, dan melindungi kehormatannya. Bertepatan dengan peringatan hari hijab internasional pada Senin (1/2), Brown menilai, sangat penting untuk mengakui bahwa menggunakan jilbab merupakan cara hidup yang harus dianggap normal dalam masyarakat modern.

“Sejujurnya, memakai hijab adalah perasaan terbaik. Tentu, suatu hari, Anda akan merasa panas atau mungkin frustrasi, tetapi perasaan itu berlalu dengan cepat. Benar-benar memberdayakan berada dalam jilbab, baik secara internal maupun eksternal. Ini bukan hanya sepotong kain, ini lebih dari itu,” katanya.

Brown juga mengomentari gerakan Islamofobia dan antihijab yang terjadi di Eropa. Menurut Brown, Prancis menjadi negara paling radikal dalam gerakan antihijab. Menurut Brown, Prancis merupakan contoh terburuk memperlakukan Muslim.

“Setiap pemerintah, memiliki kewajiban melindungi warganya untuk tidak menciptakan kebencian dan kebijakan yang tidak perlu dan tidak adil terhadap kelompok tertentu yang diasingkan,” katanya. 

KHAZANAH REPUBLIKA

3 Amalan Sederhana Sehari-hari untuk Lancarkan Rezeki

Terdapat tiga amalan sederhana untuk melancarkan rezeki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jika rezeki sedang tersendat, ada baiknya menjalankan beberapa amalan yang bisa mempermudah datangnya rezeki.

Dijelaskan dalam buku Amalan-Amalan Pembuka Pintu Rezeki oleh Nasrudin Abdulrohim, Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’allim menulis beberapa amalan yang dapat mendatangkan rezeki.

1. Sholat khusyuk dengan menyempurnakan rukun, wajib, sunnah, dan adab-adab sholat. Sholat merupakan ibadah yang paling penting dan utama. Dengan mendirikan sholat, seseorang berarti telah menjalankan salah satu perintah Allah. Orang-orang yang menjalankan perintah Allah itu adalah mereka yang bertakwa. Allah menjanjikan mereka akan memberikan rezeki dari berbagai arah yang tidak pernah diduga. Allah berfirman dalam surat ath-Thalaq ayat 2-3:

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Fa iżā balagna ajalahunna fa amsikụhunna bima’rụfin au fāriqụhunna bima’rụfiw wa asy-hidụ żawai ‘adlim mingkum wa aqīmusy-syahādata lillāh, żālikum yụ’aẓu bihī mang kāna yu`minu billāhi wal-yaumil-ākhir, wa may yattaqillāha yaj’al lahụ makhrajā. Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja’alallāhu likulli syai`ing qadrā.

“Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.

Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”

2. Melaksanakan sholat Dhuha

Selain sholat khusyuk, sholat Dhuha juga dianjurkan untuk mempermudah rezeki. Sebab, salah satu keutamaan sholat Dhuha adalah mendatangkan dan mencukupkan rezeki. Rasulullah SAW bersabda:

يابنَ آدَمْ اركْع لِي أربَع ركَعَاتٍ من أوَلِ النَهارِ أكْفكَ آخرَه  “Wahai anak Adam janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya aku cukupi untukmu (kebutuhan) di akhir hari itu.” (HR Ahmad).

Adapun jumlah rakaat sholat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal 12 rakaat yang dikerjakan mulai matahari sudah naik dan habis waktunya saat matahari tepat berada di tengah langit. Di akhirat nanti orang yang sering sholat Dhuha akan dimasukkan ke surga melalui Babudh Dhuha atau pintu Dhuha.

3. Membaca surat al-Insyirah

 Surat al-Insyirah juga dikenal sebagai surat yang memiliki manfaat untuk membuka rezeki dan mempermudah urusan. Ada beragam cara pengamalan surat ini, di antaranya, dibaca setiap selesai sholat fardhu satu kali. Bisa juga dibaca sembilan kali setelah sholat fardhu atau 40 kali usai sholat fardhu selama tujuh hari berturut-turut. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Menuju Kesempurnaan Ibadah Shalat (Bag. 1)

Salat merupakan rukun Islam kedua setelah rukun pertama syahadat, dan ini merupakan perkara yang sangat mendasar bagi seorang muslim. Mendirikan ibadah salat adalah kewajiban atas seorang muslim yang telah mencapai usia balig dan berakal, kecuali bagi wanita dalam kondisi tertentu seperti haid dan nifas. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. an-Nisa’: 103).

Kewajiban salat atas seorang muslim berlaku di setiap keadaan. Kondisi seperti sakit, dalam perjalanan/safar, dan lainnya tidak menjadi uzur bagi seorang muslim untuk tidak melaksanakan salat. Hanya saja, ada keringanan dalam beberapa hal seperti dalam gerakan dan jumlah rakaat (qashar, jama’, tayamum, dan sebagainya). Oleh karena itu, hal ini menjadikan salat sebagai kewajiban yang istimewa bagi seorang muslim yang harus dia prioritaskan setiap waktu.

Kedudukan salat amat penting dalam perkara ibadah yang diwajibkan atas seorang muslim. Sebab salat merupakan amalan yang pertama kali dihisab (dihitung) pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَوّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.

“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Apabila salatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila salatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk” (HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath 2: 512, no. 1880 dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan salat sebagai wasiat terakhir sekaligus penyejuk mata bagi beliau sebagaimana hadis dari Ummu Salamah Radhiallahu ‘anha. Beliau mengatakan bahwa wasiat yang terakhir kali disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salat,

الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“(Jagalah) salat, (jagalah) salat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian” (HR. Ahmad no. 585, Abu Daud no. 5156, dan Ibnu Majah no. 2698).

Dari sahabat Anas Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا حُبِّبَ إِلَـيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ: اَلنِّسَاءُ وَالطِّيْبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِـيْ فِـي الصَّلَاةِ

“Sesungguhnya apa yang aku cintai di antara kesenangan dunia kalian adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan penyejuk mataku terletak di dalam salat” (HR. Ahmad 3: 128, 199).

Artikel sederhana ini mencoba untuk mengambil sebuah inti sari dari kitab Shalatul Mu’min karya Syekh Sa’id ‘Ali bin Wahf al-Qahthani yang insyaallah akan kami sampaikan secara serial.

Adapun topik yang akan disampaikan dalam artikel serial ini nantinya insyaallah dimulai dari pembahasan seputar taharah, najis, sunah-sunah fitrah, adab buang hajat, wudu, mengusap khuff, mandi, tayamum, haid (nifas), hingga pembahasan inti salat yang meliputi aspek, hukum, kedudukan, keistimewaan, syarat, sifat, rukun dan sunah, jenis serta tata cara sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadis,

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي

“Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku (melaksanakan) salat” (HR. Bukhari).

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kami dalam menyampaikan dakwah melalui tulisan ini dan Allah Ta’ala memudahkan kita semua dalam memperoleh ilmu-Nya untuk mencapai kesempurnaan ibadah yang kita inginkan bersama.

[Bersambung]

***

Penulis: Fauzan Hidayat, S.STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

5 Ciri Generasi Terbaik Didikan Nabi

Generasi didikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mampu menjadi generasi terbaik karena cinta mereka pada Allah dan Rasulnya sedemikian mendalam.

Demikian salah satu khutbah Dr Adian Husaini di AQL Islamic Center, Jum`at (29 Januari 2016) dengan tema  “5 Ciri Generasi Terbaik”.

Bercermin pada Surah al-Maidah: 54, peneliti nstitute for the Study of Islamic Thought and Civilization  (INSIST) ini menyebutkan ada 5 ciri generasi terbaik yang disebut al-Quran.

Pertama, mereka mencintai Allah, dan Allah mencintai mereka

“Mencintai Allah dengan setulus-tulusnya. Bukti cinta mereka kepada Allah adalah dengan mengikutu RasulNya. Maka tak mengherankan, generasi didikan Rasul ini mampu menjadi generasi terbaik karena cinta mereka pada Allah dan Rasulnya sedemikian mendalam,” ujarnya.

Kedua, berkasih sayang antar sesama mukmin

“Bereka tidak angkuh, tidak sombong, dan saling mengasihi. Bila terjadi perselisihan masalah ijtihadi di antara mereka, tidak saling mencaci-maki dan saling menjaga persatuan. Mereka mencintai saudaranya, sebagaimana mencintai dirinya sendiri.”

Ketiga, mempunyai `izzah (keterhormatan) atas orang kafir

“Dengan semangat `izzah ini mereka dibimbing rasulullah menjadi umat terbaik. Maka tak mengherankan jika selama delapan abad mereka mampu menegakkan peradaban terbaik.”

Dengan `izzah, mereka mempelajari ideologi Yunani dan lain sebagainya untuk di sesuaikan dengan semangat dan cara pandang Islam. Dampaknya jelas, mereka mampu melahirkan ilmu yang disebut islamic science. Uniknya, ilmu sains yang mereka ciptakan, mampu mendekatkan manusia dengan Tuhan. Akan tetapi, ketika sains beralih ke tangan Barat yang sekular, maka sains mala menjadikan manusia jauh dari Tuhan, ujar Adian.

Keempat, berjihad di jalan Allah

Mereka berjihad dengan segenap daya dan tenaganya dari berbagai aspeknya. Jihad yang diklafikasikan oleh Ibnu Qayyim dengan: “Jihad melawan hawa nafsu, setan, orang kafir dan munafik, serta pelaku-pelaku kedaliman dan kemunkaran.”

Dengan jihad sesuai batas kemampuan, mereka menjadi umat hebat yang berkontribusi besar bagi peradaban dunia.

Kelima, tidak takut celaan orang yang mencela

Mereka berjuang karena Allah dan Rasulnya. Membangun basis dakwahnya adalah dengan keridhaan Allah. Walaupun dalam perjalanan ada banyak hambatan, dan tantangan mereka bisa tetap tegar. Maka tak mengherankan jika dalam al-Qur`an mereka disebut sebagai sebaik-baik umat.

Di akhir khutbah, Cendikiawan Muslim jebolan ISTAC ini menuturkan, “Kalau kita ingin melahirkan genarasi terbaik, maka kita harus menyiapkan generasi tangguh sebagaimana kelima ciri tadi. Kalau sekarang kita kalah, jangan sampai generasi setelah kita juga kalah.”/Mahmud B

HIDAYATULLAH

Cara Menjadi Muslim Terbaik Menurut Rasulullah

Menjadi Muslim terbaik pasti menjadi dambaan setiap orang yang menganut agama Islam. Oleh karena itu, mereka hanya bisa berusaha untuk senantiasa melakukan perintah ajaran Islam dan menjauhi apa yang dilarang. Namun, sebenarnya terdapat hadis yang menunjukkan cara menjadi Muslim terbaik menurut Rasulullah saw.

Di dalam literatur hadis setidaknya ada dua teks hadis yang secara gamblang menyebutkan cara menjadi Muslim terbaik sebagaimana berikut.

Pertama, memberikan makanan dan mengucapkan salam untuk orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Teks hadis ini diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Amru.

أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ ؟ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. رواه البخاري ومسلم وابو داود والنسائي وابن ماجة.

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., “Islam bagaimanakah yang terbaik?” Beliau menjawab, “Hendaknya engkau memberi makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun tidak engkau kenal.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).

Berdasarkan teks hadis tersebut menunjukkan bahwa, muslim terbaik menurut Rasulullah saw. adalah yang membiasakan memperlakukan orang lain dengan baik. Yakni ia yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Rasulullah saw.  menggambarkan seorang Muslim yang tidak pelit untuk membagi makanan yang ia miliki kepada orang lain, baik ketika menjamu tamu, mengadakan tasyakuran atau berbagi dengan kaum duafa, fakir, dan miskin.

Selain itu, Rasulullah saw. juga mengapresiasi umat Muslim yang mau menyebarkan kedamaian kepada siapapun, baik yang ia kenal maupun tidak. Di dalam teks hadis tersebut beliau menggambarkan Muslim terbaik adalah yang tidak enggan mengucapkan salam kepada koleganya maupun bukan. Imam At-Thibi mengatakan bahwa menyebarkan salam merupakan faktor pendorong timbulnya rasa cinta. Dan rasa cinta itu simbol dari sempurnanya iman seseorang. Dan menyebarkan salam yang dapat menimbulkan rasa cinta itu dapat mendorong timbulnya rasa cinta antarsesama muslim. Dan hal tersebut dapat mengokohkan persatuan agama Islam.

Muslim terbaik itu bukan muslim yang gengsi menyapa sesama Muslim lainnya baik satu partai maupun beda partai, baik satu pendapat maupun berbeda. Bukan pula yang ada masalah atau gesekan sedikit langsung emosi, tidak mau saling sapa dan duduk bersama. Kalau dengan sesama saudara Muslimnya seperti itu, apalagi kepada saudara yang tidak seiman. Maka sekali lagi, Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. adalah yang mau menyebarkan salam atau kedamaian baik kepada yang ia kenal maupun tidak.

Kedua, Muslim terbaik adalah yang ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Hal ini sebagaimana riwayat Abu Musa r.a. sebagai berikut

قَالُوا يا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الإِسْلامِ أَفْضَلُ قَالَ: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسانِهِ وَيَدِهِ أخرجه البخاري.

Mereka bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, Islam bagaimanakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang lisan dan tangannya selamat (tidak menyakiti) orang-orang Muslim lainnya.” (HR. Al-Bukhari).

Pernyataan Rasulullah saw. di dalam teks kedua ini juga masih seputar ranah sosial, di mana Rasulullah saw. memberikan apresiasi kepada umatnya yang bisa menjaga ucapan dan tindakannya sebagai umat Muslim terbaik.

Demikianlah Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. yakni mereka yang mau membagi makanannya, menyebarkan salamnya kepada orang yang dikenal maupun tidak, serta mereka yang dapat menjaga lisan dan tindakannya untuk tidak menyakiti hati orang lain. Jadi, Muslim yang terbaik bukanlah Muslim yang hanya mementingkan ibadah individualnya, tetapi Muslim yang dapat memberikan cinta dan manfaat kepada orang lain. Semoga kita dapat menjadi Muslim terbaik menurut Rasulullah saw. ini. Aamiin. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

BINCANG SYARIAH

Bangga Menjadi Seorang Muslim

Bahaya suka mengikuti kebiasaan khas non-muslim

Di antara penyakit berbahaya di tengah kaum muslimin, yang bisa menggerogoti akidah dan akhlak kaum muslimin adalah penyakit suka meniru-niru dan ikut-ikutan terhadap kebiasaan orang-orang non-muslim. Dan ini telah dikabarkan dan diwanti-wanti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi sa sallam, beliau bersabda,

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَن كانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا شِبْرًا وذِراعًا بذِراعٍ، حتَّى لو دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ، قُلْنا: يا رَسولَ اللَّهِ، اليَهُودُ والنَّصارَى؟ قالَ: فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti perilaku-perilaku umat-umat terdahulu. Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke lubang dhab (semacam biawak), kalian pun akan mengikuti mereka.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Nabi menjawab, “Siapa lagi?” (HR. Bukhari no. 7320 dan Muslim no. 2669).

Dan mengikuti kebiasaan orang-orang non-muslim ini hukumnya terlarang dan akan membahayakan akidah seseorang. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah dia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud no. 4031, dinilai hasan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10: 282, dan dinilai sahih oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1: 152).

Maksudnya, orang muslim yang ber-tasyabbuh itu jadi tidak bisa terbedakan dengan orang kafir, sehingga seolah-olah bagian dari mereka. Sebagian ulama juga mengatakan bahwa tasyabbuh yang dilakukan tersebut lama-kelamaan akan menyeretnya kepada kekafiran sehingga keluar dari Islam.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullah dalam Syarhul Mumthi’ menjelaskan,

“Bukan maksudnya orang yang ber-tasyabbuh itu kafir. Namun, dia memiliki penampilan dan bentuk yang serupa dengan orang kafir. Sehingga hampir-hampir orang muslim yang bertasyabbuh dengan orang Nasrani itu tidak bisa dibedakan dengan orang Nasrani betulan. Maka, orang Muslim tersebut menjadi bagian dari mereka dalam perkara lahiriyah.

Para ulama juga mengatakan, sisi lainnya, tasyabbuh kepada orang kafir secara lahiriyah akan membawa kepada tasyabbuh dalam perkara batin. Dan memang demikian keadaannya. Jika seseorang ber-tasyabbuh dengan orang kafir dalam perkara lahiriyah, dia akan merasa bahwa dia sejalan dengan orang kafir, dan dia tidak benci kepada orang kafir, dan ini membawa dia untuk ber-tasyabbuh dalam perkara batin. Sehingga dia menjadi orang yang rugi agama dan dunianya.”

Bangga menjadi seorang muslim

Sesungguhnya kaum muslimin adalah kaum yang tinggi dan mulia. Maka seharusnya kita bangga menjadi muslim, bukan malah ingin ikut-ikutan dengan kaum yang lain. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Katakanlah, ‘Wahai Ahlul Kitab! Mari kami mengajak kalian untuk meyakini suatu kalimat yang sama antara kami dengan kalian. Yaitu, hendaknya kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak berbuat kesyirikan sedikit pun. Dan tidak menjadikan makhluk di antara kita sebagai tandingan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka ucapkanlah, ‘Kami bersaksi bahwa kami adalah kaum muslimin’’ (QS. Ali Imran: 64).

Perhatikan, dalam ayat ini Allah Ta’ala perintahkan kita untuk mengajak Ahlul Kitab untuk mentauhidkan Allah dan menjauhkan diri dari kesyirikan. Jika mereka enggan, maka biarkan mereka, dan tetaplah berbangga menjadi seorang muslim dan istikamah berpegang pada akidah Islam.

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan janganlah kalian lemah dan janganlah kalian bersedih hati. Padahal kalian adalah kaum yang tinggi, jika kalian beriman” (QS. Ali Imran: 139).

Perhatikan, dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa kaum mukminin adalah orang-orang yang tinggi. Maka wajib kita berbangga menjadi seorang Mukmin dan tidak perlu kita ikut-ikutan kebiasaan kaum yang lain.

Allah Ta’ala juga berfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah, ‘Inilah jalanku! Aku mengajak manusia ke jalan Allah di atas ilmu. Yaitu, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha Suci Allah! Aku bukanlah orang yang berbuat kesyirikan’” (QS. Yusuf: 108).

Dalam ayat ini juga Allah Ta’ala mengajarkan kita untuk bangga menjadi seorang muslim, dengan mengatakan, “Inilah jalanku!”

Dan tidak ragu lagi bahwa Islam ini adalah agama yang sempurna. Sempurna dalam akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dalam semua aspek kehidupan, terdapat tuntunan dan bimbingan yang lengkap dalam agama Islam. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, semua sudah ada tuntunan dan bimbingan yang paling sempurna. Mulai dari awal bulan hingga akhir bulan, mulai dari awal tahun hingga akhir tahun, semua sudah ada tuntunan dan bimbingan yang paling sempurna.

Maka hendaknya kita berbangga menjadi seorang muslim, bukan malah bangga ikut-ikutan kebiasaan umat yang lain.

Jangan malu menjalankan ajaran Islam!

Kita berada di zaman yang kaum muslimin sendiri malu dan minder ketika menjalankan ajaran Islam. Bukannya mereka merasa bangga dengan Islam, namun malah malu dan minder! Bahkan mereka merasa malu menjalankan ajaran Islam di tengah masyarakat muslim sendiri. Karena ajaran Islam itu asing bagi mereka. Allahul musta’an!

Ini juga telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda,

بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ

“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing)” (HR. Muslim no. 145).

قيل ومَنِ الغُرَباءُ قال الَّذينَ يَصلُحونَ إذا فسَد النَّاسُ

“Ada yang bertanya, siapakah orang ghuraba (orang asing) itu? Nabi menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika orang-orang umumnya sudah rusak’” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Wasith, 3: 250).

Kata طوبى dalam hadis ini maknanya surga. Dalam sebuah hadis disebutkan,

طوبى شجرةٌ في الجنَّةِ ، مسيرةُ مائَةِ عامٍ

“Tuba adalah pohon di surga, tingginya sepanjang perjalanan 100 tahun” (Dinilai hasan oleh Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 3918).

Maknanya, orang yang mendapatkan tuba” ini pasti ia masuk surga. Karena tidak mungkin bisa mendapatkan tuba” ini kecuali orang yang masuk surga.

Oleh karena itu, tetaplah istikamah dan bersabar untuk terus mengamalkan ajaran-ajaran Islam, selama itu benar berdasarkan Alquran dan Assunnah dengan pemahaman salafus shalih, tidak perlu merasa malu dan minder. Justru seharusnya kita merasa bangga. Dan orang yang tetap istikamah menjalankan Islam di tengah keterasingan, dia adalah orang yang selamat dan beruntung.

Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah dan taufik kepada kita semua untuk terus berada dalam jalan kebenaran.

***

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom

Artikel: Muslim.or.id

6 Langkah Menjaga Keikhlasan

Amal kebaikan yang tidak didasari keikhlasan hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka

Hidayatullah.com–Keikhlasan dalam beramal merupakan perbuatan yang teramat penting dan akan membuat hidup seseorang menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna. Amal kebaikan yang tidak didasari keikhlasan hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan ia bisa mendatangkan azab Allah. Sebuah amal yang dilakukan bukan karena-Nya termasuk perbuatan syirik yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia segera bertaubat.  Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui hal-hal yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kepada Allah semata. Di antara hal-hal tersebut adalah:

Pertama, Banyak Berdoa

Rasulullah SAW sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan. Padahal beliau orang yang paling jauh dari kesyirikan.

Di antara doa yang sering dipanjatkan:  “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Riwayat Ahmad)

Kedua, Menyembunyikan Amal Kebaikan

Menyembunyikan amal dapat mendorong seseorang berbuat ikhlas. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain hasilnya lebih ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah SWT semata. Rasulullah SAW bersabda:

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (Riwayat Bukhari Muslim).

Ketiga, Memandang Rendah Amal Kebaikan

Memandang rendah amal kebaikan dapat mendorong kita berbuat ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.

Semakin ujub dalam beramal, akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.

Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Beliau menjawab, “Seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah SWT dan Allah SWT pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut. Maka ia pun bertemu Allah SWT dalam keadaan demikian, maka Allah SWT pun memasukkannya ke dalam neraka.”

Keempat, Takut Tidak Diterima Amalnya

Allah berfirman,  “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Menurut  Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah senang memberi, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut.

Kelima, Tidak Terpengaruh Perkataan Orang Lain

Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah SAW pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya.

Beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (Riwayat Muslim)
Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia.

Namun yang perlu disadari bahwa pujian atau celaan yang menyebabkan seseorang beramal shaleh, bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan ketika beramal shaleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal shaleh, tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah SWT.

Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut. Tidak ada pujian yang dapat bermanfaat bagi seseorang, demikian pula celaan tidak dapat membahayakan seseorang karena kesemuanya itu berasal dari Allah.

Keenam, Menyadari Pemilik Surga dan Neraka Adalah Allah SWT

Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah.

Mereka juga sama-sama berdiri di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang. Sama-sama akan menunggu keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Karena tidak ada satu pun dari mereka yang dapat menolong lainnya untuk masuk surga ataupun menyelamatkannyadari neraka. Karena itu tidak layak kita bersusah-payah melakukan amal untuk manusia.

Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, “Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“

Nabi bersabda, “Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril, apakah ikhlas itu? Lalu Jibril berkata, “Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab, “Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“ (Riwayat Al-Qazwini)

Dari hadits di atas nampaklah bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita bisa menggalinya dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama kekasih Allah./ Bahrul Ulum/Hidayatullah.com

HIDAYATULLAH

Kemenag Terbitkan Regulasi Umrah di Masa Pandemi

Kementrian agama menerbitkan regulasi umrah di masa pandemi yang disampaikan oleh Plt Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Oman Fathurahman melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019.

Oman Fathurahman menyatakan bahwa regulasi umrah di masa pandemi KMA No. 719 Tahun 2020 tersebut ditandatangani oleh Menteri Agama Fachrul Razi setelah dibahas bersama dengan stakeholder. Ia menjelaskan bahwa regulasi penyelenggaraan umrah di masa pandemi telah siap.

Substansi kebijakan umrah di masa pandemic juga sudah dibicarakan dengan Komisi VIII. Regulasi tersebut kemudian dibahas dengan para pihak terkait, termasuk Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) serta Kementerian dan Lembaga terkait, antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, dan pihak penerbangan.

KMA berisi pedoman penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah di masa pandemi. Semangat dari regulasi tersebut adalah kehadiran negara dalam memberikan perlindungan jemaah umrah sesuai amanat UU No 8 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Regulasi tersebut tidak hanya mengatur jemaah yang tertunda keberangkatannya sejak 27 Februari disebabkan oleh pandemi. Regulasi tersebut juga mengatur masyarakat yang baru akan mendaftar dan ingin beribadah umrah di masa pandemi.

Menteri Agama sudah memberi arahan bahwa mitigasi penyelenggaraan umrah di masa pandemi ini harus disiapkan sebaik-baiknya. Berikut ini adalah sejumlah pedoman yang diatur dalam KMA No. 719 tahun 2020:

Persyaratan Jemaah

  1. Usia sesuai ketentuan Pemerintah Arab Saudi (18 – 50 Tahun)
  2. Tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid (wajib memenuhi ketentuan Kemenkes RI)
  3. Menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut pihak lain atas risiko yang timbul akibat Covid-19
  4. Bukti bebas Covid-19 (dibuktikan dengan asli hasil PCR/SWAB test yang dikeluarkan rumah sakit atau laboratorium yang sudah terverifikasi Kemenkes dan berlaku 72 jam sejak pengambilan sampel hingga waktu keberangkatan atau sesuai ketentuan Pemerintah Arab Saudi).

Protokol Kesehatan

  1. Seluruh layanan kepada jemaah wajib mengikuti protokol kesehatan.
  2. Pelayanan kepada jemaah selama di dalam negeri mengikuti ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan Kemenkes.
  3. Pelayanan kepada jemaah selama di Arab Saudi mengikuti ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
  4. Protokol kesehatan selama di dalam pesawat terbang mengikuti ketentuan protokol kesehatan penerbangan yang berlaku.
  5. PPIU bertanggung jawab terhadap pelaksanaan protokol kesehatan jemaah selama di tanah air, selama dalam perjalanan, dan selama di Arab Saudi demi pelindungan jemaah.

Karantina

  1. PPIU bertanggung jawab melakukan karantina terhadap jemaah yang akan berangkat ke Arab Saudi dan setelah tiba dari Arab Saudi
  2. PPIU bertanggung jawab melakukan karantina terhadap jemaah setelah tiba di Arab Saudi sesuai ketentuan Pemerintah Arab Saudi.
  3. Karantina dilaksanakan dalam rangka proses pemeriksaan sampai dengan keluarnya hasil tes PCR/SWAB.
  4. Selama jemaah berada dan meninggalkan tempat karantina mengikuti protokol kesehatan.
  5. Jemaah wajib mengikuti protokol kesehatan yang diperuntukkan bagi pelaku perjalanan dari luar negeri.
  6. Pelaksanaan karantina dapat menggunakan asrama haji atau hotel yang ditunjuk oleh Satgas Covid-19 Pusat dan Daerah.

Transportasi

  1. PPIU bertanggung jawab menyediakan sarana transportasi sejak lokasi karantina, bandara keberangkatan, pesawat terbang pergi pulang, dan transportasi di Arab Saudi.
  2. Transportasi udara dari Indonesia ke Arab Saudi dan dari Arab Saudi ke Indonesia dilaksanakan dengan penerbangan langsung.
  3. Dalam hal jemaah telah mendaftar dan tertunda keberangkatannya yang telah memiliki tiket transit dikecualikan dari ketentuan pada poin 2 (dua).
  4. PPIU bertanggung jawab terhadap kesehatan, keamanan, dan keselamatan jemaah di negara transit.
  5. Transportasi dari Indonesia ke Arab Saudi, selama di Arab Saudi, dan dari Arab Saudi ke Indonesia wajib dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.
  6. Pemberangkatan dan pemulangan jemaah hanya dilakukan melalui bandara internasional yang telah ditetapkan Menkumham sebagai bandara internasional pada masa pandemi Covid-19, yaitu:
  7. Soekarno-Hatta, Banten
  8. Juanda, Jawa Timur
  9. Sultan Hasanuddin, Sulawesi Selatan
  10. Kualanamu, Sumatera Utara

Akomodasi dan Konsumsi

  1. PPIU bertanggung jawab menyediakan sarana akomodasi jemaah, baik di dalam negeri dan di Arab Saudi.
  2. PPIU bertanggung jawab menyediakan konsumsi jemaah baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi.
  3. Pelayanan akomodasi dan konsumsi jemaah dilakukan sesuai ketentuan Pemerintah Arab Saudi.

Kuota Pemberangkatan

  1. Pemberangkatan Jemaah selama masa pandemi COVID-19 diprioritaskan bagi jemaah yang tertunda keberangkatan tahun 1441H dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi.
  2. Penentuan jumlah Jemaah yang akan diberangkatkan mengacu pada kuota yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi.

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah

  1. Biaya penyelenggaraan ibadah umrah mengikuti biaya referensi yang telah ditetapkan oleh Menteri Agama.
  2. Biaya sebagaimana dimaksud pada poin 1 dapat ditambah dengan biaya lainnya berupa pemeriksaan kesehatan sesuai dengan protokol Covid-19, biaya karantina, pelayanan lainnya akibat terjadinya pandemi Covid-19.

Pelaporan

  1. PPIU wajib melaporkan rencana keberangkatan, kedatangan di Arab Saudi, dan kepulangan jemaah kepada Menteri Agama secara elektronik.
  2. Laporan rencana keberangkatan jemaah disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum keberangkatan.
  3. Laporan kedatangan di Arab Saudi disampaikan paling lambat 1 (satu) hari setelah jemaah tiba di Arab Saudi.
  4. Laporan pemulangan disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari setelah jemaah tiba di tanah air.
  5. PPIU wajib melaporkan jemaah yang sudah mendaftar ibadah umrah pada tahun 1441H yang membatalkan keberangkatannya.

Ketentuan Lain-Lain

  1. Dalam hal jemaah telah membayar Biaya Perjalanan Ibadah Umrah sebelum KMA ini ditetapkan, PPIU dapat menetapkan biaya tambahan.
  2. Bagi jemaah yang tidak bersedia membayar biaya tambahan, diberikan hak sebagai berikut:
  3. mengajukan penjadwalan ulang keberangkatan; atau mengajukan pembatalan keberangkatan.
    Bagi Jemaah yang membatalkan keberangkatannya berhak mengajukan pengembalian biaya yang telah dibayarkan.
  4. Pengembalian biaya umrah sebagaimana dimaksud pada poin 3 adalah sebesar biaya paket layanan setelah dikurangi biaya yang telah dibayarkan oleh PPIU kepada penyedia layanan yang dibuktikan dengan bukti pembayaran yang sah.
  5. PPIU wajib mengembalikan biaya paket layanan kepada Jemaah setelah penyedia layanan mengembalikan biaya layanan yang telah dibayarkan kepada PPIU.

(Humas Kemenag)

BINCANG SYARIAH

Mengenal Ilmu Hadis dan Peletak Pertama Fondasinya

Hadis merupakan referensi otoritatif hukum islam setelah Alquran.

Abu Bakar Muhammad bin Syihad az-Zuhri (51-124 H) adalah peletak pertama kaidah dasar ilmu hadis. Ia adalah orang pertama yang mengumpulkan hadis Rasulullah SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Azis.

Hadis sebagai referensi otoritatif hukum Islam setelah Alquran memegang peranan penting dalam perkembangan Islam. Dari hadis lahirlah berbagai ilmu, termasuk ulumul hadis. Ilmu tentang hadis ini banyak dibahas para ulama dalam berbagai kitab ulumul hadis. Baik yang membahas hadis secara umum maupun pada aspek tertentu, seperti perawi dan matan.

Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan penulisan kitab ulumul hadis dimulai sejak awal abad ke-2 Hijriyah. Saat itu para ulama sudah mengklasifikasi hadis dalam beberapa derajat, seperti shahih, hasan, daif, maupun palsu.

Kondisi sosial politik saat itu membuat hadis palsu bertebaran. Sebabnya, para pangusaha sengaja mengeluarkan hadis palsu untuk mengukuhkan kekuasaannya. Maka diperlukan sebuah ilmu khusus untuk meneliti bagaimana derajat sebuah hadis.

Ilmu tentang hadis yang pertama kali muncul adalah al-jarh wa at-ta’dil (ilmu yang membahas dan meneliti secara khusus keadaan para perawi hadis). Abu Bakar Muhammad bin Syihad az-Zuhri (51-124 H) adalah peletak pertama kaidah dasar ilmu hadis. Ia adalah orang pertama yang mengumpulkan hadis Rasulullah SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Azis.

Saat itu penulisan hadis belum dipisahkan dalam kitab hadis tersendiri, namun terintegrasi dengan pembahasan tema lain. Misal, kitab Imam Syafi’i berjudul Risalah yang membahas tentang hadis sekaligus ushul fikih.

Baru pada abad ke-3 dan 4, ulumul hadis mencapai masa keemasannya. Penulisan hadis secara mendiri sudah dilakukan dengan intensif. Pada masa ini ulama-ulama hadis, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban banyak menghasilkan karya.

Pada akhir abad ke-3, Imam Abu Bakar Ahmad bin Harun bin Rauj al-Bardiji menyusun berbagai kitab mengenai ilmu hadis. Di antaranya Ma’rifah al-Muttasil min al-Hadis wa al-Mursal wa al-Maqtu, wa Bayan at-Turuq as-Sahihah, dan Ma’rifah Usul al-Hadis.

Penyusulan ilmu hadis secara lengkap dilakukan sejak pertengahan abad ke-4 sampai awal abad ke-7. Pada masa ini mulai muncul kitab-kitab yang meringkas serta memberi komentar dan penjelasan terhadap kitab-kitab hadis yang lebih dulu muncul. Di antara kitab hadis yang muncul pada masa ini adalah Al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’i karya ar-Ramahurmuzi.

Masa penyempurnaan ilmu hadis terjadi pada abad 7 hingga 10 H. Kitab-kitab yang muncul pada masa ini adalah al-Irsyad karya Imam Nawawi dan Tadrib ar-Rawi Syarh Taqrib an-Nawawi karya as-Suyuti. Masa kemunduran ilmu hadis terjadi pada abad 10 hingga 14 H. Tidak banyak karya ulama hadis yang lahir pada masa ini.

Masa abad ke-14 hingga saat ini disebut sebagai kebangkitan kembali ilmu hadis. Para ulama kontemporer juga menerbitkan kitab ulumul hadis, seperti al-Manhaj al-Hadis fi Ulum al-Hadis karya Syekh Muhammad as-Simahi dan Qawa’id at-Tahdis karya Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi.

KHAZANAH REPUBLIKA

Pesan Umar bin Khattab Jika Ingin Masuk Surga

Umar bin Khattab memberikan pesan agar masuk surga

Saat berada di Jabiyah (di wilayah Suriah), Umar bin Khattab berdiri menyampaikan khutbah bagi warga Muslim di sana. 

Hal ini sebagaimana riwayat Ahmad Syakir dari jalur Abdullah bin Umar dengan sanad sahih, dalam Musnad Ahmad. Saat itu Umar bin Khattab menyampaikan pidato seperti berikut ini:

استوصوا بأصحابي خيراً ثمّ الذين يلونهم ثمّ الذين يلونهم، ثمّ يفشو الكذب حتى إنّ الرّجل ليبتدىءُ بالشهادة قبل أنْ يُسألها، فمن أراد منكم بحبوحة الجنّة فليلزم الجماعة؛ فإنّ الشيطان مع الواحد، وهو من الاثنين أبعد، لا يخلون أحدكم بامرأةٍ فإنّ الشيطان ثالثهما، ومن سرّته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن

“Wasiatkanlah kebaikan untuk para sahabatku, kemudian kepada generasi berikutnya. Lalu setelah itu akan tersebar kedustaan sampai seorang laki-laki ketika dia belum diminta untuk bersaksi tetapi dia malah terlebih dulu bersaksi.

Maka siapa saja dari kalian yang ingin mencium aroma Surga, hendaknya dia memegang komitmen terhadap jamaahnya. Karena sesungguhnya setan bersama orang yang sendirian dan dia lebih jauh dari yang berdua.

Dan tidaklah salah seorang dari kalian berdua-duaan atau berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali setan akan menjadi yang ketiga. Dan siapa yang berbahagia dengan kebaikannya dan merasa gundah dengan keburukannya, maka dia adalah mukmin.”

Untuk diketahui, pidato Umar tersebut ada di dalam kitab Musnad al-Faruq karangan Ibnu Katsir terbitan 1991, pada halaman 553, bab kedua. 

KHAZANAH REPUBLIKA