Tak Ingin Perceraian, Bacalah Kitab Zadu Az-Zaujayn

Kitab Zadu Az-Zaujayn mengulas tentang masalah rumah tangga, termasuk perceraian.

Setiap pasangan suami-istri atau calon pengantin yang ingin membangun rumah tangga yang sakinah tentu tidak ingin pernikahannya berujung pada perceraian. Jika tidak ingin hal itu penting kiranya membaca dan memahami Kitab Zadu Az-Zaujayn.

Kitab ini ditulis oleh putri sulung KHR As’ad Syamsul Arifin, Nyai Zainiyah As’ad. Penulis buku biografi Kiai As’ad, Syamsul A. Hasan dalam tulisannya mengatakan, kitab ini kerap diajarkan Nyai Zainiyah As’ad kepada santriwati di kawasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, terutama ustazah yang akan melangsungkan pernikahan.

Menurut Syamsul, Nyai Zai menjelaskan bahwa banyak pasangan suami-istri yang gagal menggapai rumah tangga sakinah karena tidak mengetahui syarat-syarat dan tata krama dalam berumah tangga. Karena itu, hendaknya setiap calon atau pasangan suami-istri mengembangkan karakter kepribadian yang ideal dalam rumah tangganya.

Syamsul menjelaskan, Kitab Zadu Az-Zaujayn dinukil dari kitab Uqud al-Lujjayn. Kitab aslinya ini terdiri dari lima pasal namun dalam kitab yang ditulis Nyai Zai ini hanya dua pasal, yaitu pasal tentang hak-hak seorang istri (kewajiban suami) dan pasal tentang hak-hak suami (kewajiban istri).

Selain itu, kitab Zadu Az-Zaujayn juga dilengkapi dengan syair berbahasa Indonesia yang memuat sopan santun suami, sopan santun istri, dan tentang mendidik anak. Dalam perspektif konseling, menurut Syamsul, kitab setebal 86 halaman ini dapat dikatagorikan sebagai salah satu materi dalam konseling perkawinan.

Menurut Syamsul, di dalam kitab Zadu Az-Zaujayn juga terdapat beberapa nilai kepribadian yang harus ditumbuhkembangkan oleh calon dan pasangan suami-istri dalam membentuk keluarga sakinah. Misalnya, karakter kesabaran dan penampilan diri yang harus menarik dan selalu berseri-seri di hadapan pasangannya.

Dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, maka kitab warisan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah ini sangat layak untuk dikaji lebih lanjut. Apalagi, isinya dinilai sangat relevan dengan konseling perkawinan dan konseling keluarga.

KHAZANAH REPUBLIKA

Hati-hati Prasangka!

SIAPAPUN yang menegakkan tauhid, sudah menjadi sunnatullah, dibenci oleh orang yang bertentangan visinya. Kita lihat Rasulullah, luar biasa akhlaknya, tidak ada cacatnya. Bicaranya benar, janjinya selalu ditepati, gelarnya al-Amin.

Ketika mulai menyuarakan Laa ilaaha illallah, semua berbalik. Yang suka menjadi murka, kawan menjadi lawan, yang dekat menjadi jauh.Ketika tauhid ditegakkan, maka akan timbul reaksi. Siapa yang reaksinya paling kuat? Yaitu orang yang tidak bertauhid, yang menuhankan dunia; harta, jabatan, kedudukan.

Lalu bagaimana sikap Rasulullah? hanya satu hal, yaitu istiqamah, konsisten dengan apa yang disampaikannya. Tidak gentar, tidak terpengaruh oleh apa pun. Karena Rasulullah menyampaikan risalah tauhid bukan supaya ditaati orang, tapi membuat orang taat pada Allah.

Tapi karena prasangka dan kecintaan pada dunia, semua kesempurnaan yang ada pada Rasulullah seolah menghilang dari orang-orang yang menentangnya.

Ada prasangka, ada fakta. Prasangka itu dilarang oleh Allah. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa,” (QS. al-Hujurat [49]:12). Orang yang berprasangka, juga Allah hujamkan kegelisahan di hatinya. Orang yang berprasangka menjadi buta dan tuli terhadap kenyataan. Yang dia cari bukan kebenaran, tapi pembenaran atas prasangkanya.

Makanya, setelah prasangka, orang menjadi tajassus, mencari-cari yang bukan hak atau pun kewajibannya, mengorek-ngorek hal yang bukan tanggungjawabnya di dunia dan akhirat.

Setelah tajassus, berlanjut menjadi suatu hal yang paling dibenci Allah, paling hina dan menjijikkan, yaitu ghibah, sesuatu yang dalam al-Quran diumpamakan seperti manusia kanibal.

Berprasangka buruk melahirkan banyak hal buruk. Gara-gara suudzhan terhadap seseorang, tertutup pintu untuk kita mengambil ilmu dan hikmah dari orang tersebut. Gara-gara suudzhan, jadi buruk hati, tajasus, ghibah, dan terhina. Makanya suudzhan disebut sebagai seburuk-buruk perkataan. Yang Allah senangi itu fakta. Berbuat berdasarkan fakta tidak akan berat, akan tenang hatinya.

Dengan husnuzhan, kita bisa melihat banyak hikmah. Kalau suudzhan, dibimbingnya oleh syetan. “Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah, kami biarkan syetan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. az-Zukhruf [43]: 36-37).

Jadi bagaimana membedakan kita berada di jalan Allah atau tidak? Kalau benar-benar berada dalam kebenaran, ada hadiah dari Allah, yaitu keyakinan. Orang yang yakin, tenang hatinya, mantap, dan istiqamah. Orang yang sok tahu, hatinya tidak tenang. Bisikan setan tidak akan pernah membuat hati tenang meski menyangka dirinya ada dalam kebenaran. Ciri dosa itu ada dua, gelisah dan takut ketahuan. Karena hidup tidak akan tenang dengan maksiat. Hidup akan tenang dengan marifat.[*]

INILAH MOZAIK

Sudahkah Mengerti Maknanya?

Sedari kecil ummat Islam umumnya diajari untuk membaca Qur’an oleh kedua orangtua mereka. Untuk keperluan ini berbagai metode belajar baca Qur’an tersedia, sebut saja seperti metode al-Baghdadi (klasikal), Iqro, Ummi, Kibar, Tilawati dan lain sebagainya. Ada banyak sekali metode pembelajaran baca Qur’an yang tersedia di masyarakat.

Semua hal tersebut memiliki satu fokus yang sama, yakni mengajari masyarakat untuk dapat membaca Qur’an dengan baik dan benar. Bukan tanpa alasan hal tersebut dilakukan, ini dikarenakan memang seorang muslim sangat perlu untuk bisa membaca Qur’an yang merupakan kitab suci mereka. Alhasil, dari kerja keras berbagai pihak tersebut Allah karuniakan masyarakat Indonesia kemampuan untuk dapat membaca Qur’an.

Yang jadi masalah, biasanya kita berhenti hanya sebatas dapat membaca Qur’an saja. Merasa puas dengan dapat membaca ayat-ayat Qur’an yang tersusun indah di dalam mushaf. Padahal, hendaknya kita tidak berhenti sampai di sana saja. Selain bisa membaca Qur’an alangkah baiknya jika kita pun berlanjut kepada level selanjutnya, yakni mempelajari tafsirnya dengan baik. Ini tidak lain dan tidak bukan agar pemahaman kita terhadap apa yang kita baca menjadi benar dan terarah.

Yang jadi masalah, umumnya kitab-kitab tafsir ditulis dalam bahasa Arab. Ini tentunya menjadi kendala bagi kita yang umumnya tidak bisa berbahasa Arab. Selain itu, umumnya kitab-kitab tafsir memiliki jumlah halaman yang banyak, sehingga menjadi tebal dan mahal harganya. Semua hal ini tentunya mempersulit akses kita untuk dapat belajar tafsir dengan komprehensif.

Untuk mengatasi masalah-masalah itulah situs TafsirWeb hadir. Pada situs TafsirWeb insyaaAllah berbagai masalah tersebut bisa diatasi, dengan menghadirkan koleksi tafsir ringkas yang gratis dan diakses kapanpun dan di manapun. Tentunya dalam bahasa Indonesia agar bisa membawa manfaat yang luas untuk ummat Islam pada umumnya.

Dengan visi menjadi pusat rujukan tafsir terpercaya, maka bukan sembarang tafsir yang disediakan di website ini. Akan tetapi tafsir-tafsir yang dikeluarkan oleh lembaga terpercaya seperti yang dikeluarkan Kementrian Agama RI, dari Kementrian Agama Saudi Arabia, Tafsir al-Mukhtashar yang disupervisi Dr. Shalih Humaid (Imam Masjidil Haram) dan lain sebagainya.

Yang Mana Yang Didahulukan Untuk Dibaca?

Membaca tafsir Qur’an ringkas di situs TafsirWeb insyaaAllah sangat mudah dan cepat. Selain itu juga gratis, sehingga tidak akan memakan biaya. Yang menjadi masalah berikutnya adalah, surat dan ayat apa saja yang sebaiknya lebih dahulu dibaca?

Menurut hemat kami, yang terbaik adalah membaca tafsir dari surat dan ayat yang sering dibaca/didengar terlebih dahulu. Agar saat kita kembali membaca/mendengarnya, kita langsung dapat memaknainya dengan baik dan benar. Dengan kriteria seperti itu, berikut surat-surat yang kami rekomendasikan untuk dipelajari terlebih dahulu sebelum berlanjut ke surat lainnya:

  1. Surat Al Fatihah. Tidak bisa tidak, ini adalah surat yang pertama-tama harus kita pahami tafsirnya. Sebagai surat yang kita baca minimal 17 kali dalam sehari, tentu sudah sepantasnya kita prioritaskan untuk mempelajari surat yang satu ini.
  2. Surat Al Baqoroh. Surat selanjutnya setelah al-Fatihah juga sebagai surat yang selanjutnya kami rekomendasikan untuk dipelajari tafsirnya. Temukan ratusan faidah dalam perkara aqidah, ibadah, syari’ah, hingga muamalah di dalam tafsir surat ini.
  3. Surat Yasin. Terlepas dari kontroversi fiqih dalam mengkhususkan membaca surat ini, sudah sepantasnya surat yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia ini dipahami dengan baik maknanya dan tafsirnya.
  4. Surat Al Kahfi. Sungguh kisah ashabul kahfi sangat sarat mutiara faidah yang tidak selalu bisa kita dapatkan dalam kisah-kisah lainnya, pelajari lebih detail tentang mereka pada tafsir surat ini. Cermati juga kisah perjalanan Nabi Musa dalam menuntut ilmu, masih dalam tafsir surat yang sama.
  5. Surat Al Waqiah. Jika telah datang al-Waqiah (hari kiamat), … begitulah tema besar dari surat yang satu ini. Sebuah surat yang menggetarkan hati orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
  6. Surat Ar Rohman. Surah yang menjadi favorit banyak orang untuk dibaca dan didengarkan, dikarenakan indahnya susunan kalimat di dalamnya. Akan tetapi tidak sekedar indah susunan katanya, ternyata indah juga berbagai pelajaran yang terdapat di dalamnya.
  7. Surat Al Mulk. Surat singkat tiga puluh ayat ini perlu untuk dipahami maknanya dengan baik. Agar kita semakin mengenal tentang kekuasaan Allah, melalui tafsir dan tadabbur atas ayat-ayat Allah.
  8. Surat Ad Dhuha. Waktu yang sudah ribuan kali kita lalui dalam hidup yang singkat ini. Bukan sembarang waktu, karena ada banyak faidah dalam waktu tersebut. Apa saja? Silakan simak tafsirnya.
  9. Surat An Naba. Inilah surat yang berisikan gambaran beberapa kejadian di akhirat, surat yang berisikan berita besar yang dipersilisihkan kebenarannya oleh orang-orang yang tidak beriman. Simak dengan baik penjelasan tentangnya.
  10. Surat Yusuf. Bagaimana kisah kesabaran nabi Yusuf atas musibah dan ujian yang menimpanya? Bagaimana kesabaran nabi Ya’qub dalam menerima musibah yang menderanya? Apa saja hikmat yang terdapat dalam panjangnya kisah mereka? InsyaaAllah di sini ada jawabannya.

Demikian di antara surat-surat yang kami rekomendasikan untuk dibaca terlebih dahulu sebelum yang lainnya, berdasarkan popularitas surat-surat tersebut di tengah-tengah ummat Islam. InsyaaAllah bermanfaat untuk dipelajari terlebih dahulu sebelum berlanjut ke surat yang lainnya.

Moga bisa menjadi langkah awal untuk membantu kita tertarik untuk membaca tafsir Qur’an, lalu berlanjut membaca tafsir surat lainnya hingga tamat seluruh surat dalam al-Qur’an. Wallahu waliyyut taufiiq.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55101-sudahkah-mengerti-maknanya.html

Mengenal Nama Allah “As-Samii’”

Dalil-dalil yang menunjukkan nama Allah As-Samii’

Allah Ta’ala berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah As-Samii’ (Dzat yang Maha mendengar) dan Al-Bashiir (Dzat yang Maha melihat).” (QS. Asy-Syura [42]: 11)

Demikian pula Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah As-Samii’ (Dzat yang Maha mendengar) dan Al-‘Aliim (Dzat yang Maha Mengetahui).” (QS. Al-Baqarah [2]: 127)

Juga firman Allah Ta’ala,

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah As-Samii’ (Dzat yang Maha mendengar) dan Al-’Aliim (Dzat yang Maha mengetahui).” (QS. Fushilat [41]: 36) 

Dan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang sangat banyak sebagai dalil ditetapkannya nama Allah As-Samii’.

Kita pun mendapati dalil dari As-Sunnah, misalnya salah satu doa ta’awudz yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ

“Aku berlindung kepada Allah, As-Samii’ (Dzat yang Maha mendengar), dan Al-‘Aliim (Dzat yang Maha mengetahui) dari setan yang terkutuk, dari gangguannya, dari tiupannya dan dari semburannya.” (HR. Abu Dawud no. 775, At-Tirmidzi no. 242, dan Ahmad 18: 51, shahih)

Makna As-Samii’

Nama Allah Ta’ala As-Samii’ memiliki dua makna,

Pertama, mendengar dalam arti merespon (mengabulkan) permohonan hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. 

Makna ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua-(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (mengabulkan) doa.” (QS. Ibrahim [14]: 39)

Ke dua, mendengar dalam arti menangkap suara. Makna ke dua ini memiliki beberapa makna turunan. Turunan pertama adalah menunjukkan bahwa tidak ada satu suara pun kecuali pasti didengar oleh Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 1) 

Ayat ini menunjukkan kesempurnaan sifat mendengar Allah Ta’ala. Oleh karena itu, ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَسِعَ سَمْعُهُ الْأَصْوَاتَ

“Segala puji bagi Allah yang pendengarannya meliputi semua suara.” (HR. Ahmad 40: 228)

Turunan ke dua adalah mendengar dalam arti memberikan pertolongan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

“Allah berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir. Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thaaha [20]: 46)

Turunan ke tiga adalah mendengar dalam arti memberikan ancaman dan peringatan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ

“Apakah mereka mengira, bahwa kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) kami selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 80)

Demikianlah pembahasan ini, semoga bermanfaat agar kita semakin mengenal Allah Ta’ala. Juga agar kita semakin takut kepada Allah Ta’ala karena Dia mendengar semua perkataan yang kita ucapkan.

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 134-135 (cetakan ke empat tahun 1427, penerbit Daar Ibnul Jauzi KSA).

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55004-mengenal-nama-allah-as-samii.html

Tangkal Virus Corona, Menyambut Kematian

KINI semua orang membicarakan virus Corona. “Barakah” masuknya Youtube ke kampung-kampung, orang kampung terpencil pun ikut terlibat hiruk pikuk diskusi virus ini. Masker sebagai pencegahan penularan virus laris manis di mana-mana. Harga mahal bukanlah masalah, yang penting ada barang ada pasti diburu.

Berita hebohnya virus corona ini mengalahkan hebohnya isu yang lain, termasuk perang, politik dan keterpurukan ekonomi. Menariknya, sesama orang yang takut terjangkit virus corona, masik sempat bertengkar dan menjadikannya sebagai isu perang urat leher yang tak pernah usaibdi negeri ini.

Sungguh banyak yang sangat panik dengan isu virus Corona, walau itu belum tentu tertimpa kepada dirinya. Bermacam persiapan penanggulangan dan mengobatan dilakukan. Diskusi, seminar dan bahkan perdebatan juga digelar. Beberapa narasumber berbicara dengan meggunakan masker. Saya tak meneliti masker merk/cap apa yang dipakainya.

Tak salah mempersiapkan diri menanggulangi atau mencegah tertularnya virus itu. Namun sudahkan kita mempersiapkan diri untuk kematian yang pasti datang kepada kita? Apa saja yang telah kita lakukan agar terhindar dari su’ul khatimah?

Sudahkan kita wudlu yang benar dan shalat yang benar sehingga bisa selamat dunia akhirat? Sudahkah kita mengkonsumsi makanan yang halal dzatnya dan halal mendapatkannya demi bebas dari beragam siksa dan derita? Sudahkah kita bahagiakan orang tua kita, guru kita, kerabat dan semua makhluk yang Allah ciptakan? Mari kita muhasabah, merenung. Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Potret Mereka yang Berjiwa Hanif

Pengertian “hanif”

Salah satu ciri hamba Allah Ta’ala yang didambakan oleh orang-orang yang beriman adalah memiliki jiwa yang hanif. Hanif (حنيف) dalam bahasa Arab artinya adalah “maa’il” (مائل), yaitu “condong”. 

Dalam bahasa Arab, kata “maa’il” bisa tersambung dengan dua huruf jarr, yaitu ‘an dan ila. (مائلا عن) artinya adalah condong menjauh; sedangkan (مائلا إلى) adalah condong mendekat.

Oleh karena itu, agama Ibrahim ‘alaihis salaam disebut dengan agama yang hanif (hanifiyyah), karena condong menjauh dari segala bentuk kemusyrikan kemudian mendekat kepada tauhid yang murni, yaitu memurnikan dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala. 

Allah Ta’ala berfirman,

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi berserah diri (kepada Allah). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS. Ali ‘Imran [3]: 67)

Di dalam Tafsir Jalalain disebutkan ketika menjelaskan hanif,

مَائِلًا عَنْ الْأَدْيَان كُلّهَا إلَى الدِّين الْقَيِّم

“Condong menjauhi segala agama (kekafiran) seluruhnya, dan mendekat kepada agama yang lurus (tauhid).” 

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

أَيْ متحنفا عن الشرك قاصدا إلى الإيمان

“Yaitu menjauh dari kemusyrikan dan condong mendekat kepada keimanan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2: 49)

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif” dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. An-Nahl [16]: 123)

Kita diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim, yaitu agama hanifiyyah, agama yang Allah Ta’ala perintahkan untuk kita ikuti dan konsisten di atasnya.

Kemusyrikan adalah pangkal semua keburukan dan kebatilan, sedangkan tauhid adalah inti dari kebenaran. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki jiwa yang hanif akan condong menjauh dari semua bentuk kebatilan, maksiat dan kedurhakaan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian sungguh-sungguh untuk senantiasa dekat dengan jalan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Potret mereka yang berjiwa hanif

Syaikh ‘Abdurrazaq Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala berkata,

“Hanif adalah condong menjauh dari semua kebatilan dan mendekat kepada kebenaran, hidayah, tauhid, dan istiqamah. Condong menjauh dari kemusyrikan dan mendekat kepada tauhid. Condong menjauh dari kesesatan dan mendekat kepada hidayah (petunjuk). Condong menjauh dari kebatilan dan mendekat kepada kebenaran. Juga  condong menjauh dari buruknya amal dan mendekat kepada amal yang sesuai dengan ilmu yang shahih. Inilah yang dimaksud dengan hanif.” (Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, hal. 30)   

Mereka yang berjiwa hanif pada zaman sekarang ini, mereka sama sekali tidak memiliki minat, selera, dan keinginan untuk berbuat kemaksiatan atau perbuatan buruk lainnya. Jangankan keinginan, hanya sekedar mimpi atau angan-angan untuk berbuat maksiat pun tidak. 

Ketika ajakan berbuat maksiat itu datang, atau sebetulnya ada kesempatan untuk berbuat maksiat, mereka yang berjiwa hanif sama sekali tidak tergoda, dan tidak ada dorongan sama sekali dari dalam jiwanya untuk menyambut ajakan maksiat tersebut. Bahkan jiwanya merasa jijik dan tidak butuh terhadap ajakan maksiat tersebut. Berbeda halnya dengan kondisi sebagian di antara kita yang justru merasa sedih, menyesal, dan meratapi setiap maksiat yang terluput dari diri kita. Kemudian berharap-harap agar ajakan dan kesempatan untuk berbuat maksiat akan datang lagi di waktu yang akan datang.

Mereka yang berjiwa hanif, fokus perhatian mereka, keinginan, dan cita-cita mereka adalah kebaikan dan segala sarana yang mengantarkan kepada kebaikan. Itulah fokus kesibukannya, yaitu menyibukkan diri dalam perkara kebaikan dan diperintahkan oleh syariat. Jiwanya tidak akan merasa berat dan siap menyambut setiap peluang dan ajakan kebaikan yang datang kepada dirinya. 

Mereka yang berjiwa hanif, mereka adalah orang-orang yang ikhlas dalam ibadahnya. Tidaklah mungkin seseorang itu berjiwa hanif, namun tidak mukhlis (orang yang berhati ikhlas). Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/55016-potret-mereka-yang-berjiwa-hanif.html

Makkah dan Madinah Makin Serius Tangani Virus Corona

Pemerintah Arab Saudi makin memperketat penyebaran virus conona di tanah suci. Bahkan, Arab Saudi pada hari Kamis lalu (5/3) telah mengumumkan bahwa Masjidil Haram  di Makah dan Masjid Nabawi di Madinah ditutup satu jam setelah sholat Isya dan akan dibuka satu jam sebelum sholat Subuh (subuh) pada setiap harinya.

Ini adalah tindakan pencegahan terbaru untuk mencegah penyebaran coronavirus di Arab Saudi.

Seperti dilansir Arab News, pihak Kerajaan Sadui itu telah menangguhkan semua ziarah umrah pada hari Rabu lalu itu karena adanya kekhawatiran akan penyebaran virus corona. Maka pihak berwenang pun telah membersihkan Masjidil Haram sebagai persiapan untuk sterilisasi, setelah penangguhan kunjungan Umrah baru-baru ini.

Seorang pejabat Saudi mengatakan operasi pembersihan tersebut merupakan “tindakan pencegahan sementara” yang “belum pernah terjadi sebelumnya.” Pada bagian lantai atas tetap terbuka untuk sholat. Namun, dalam video yang diposting secara online pada hari Kamis lalu ternyata menunjukkan area mataf tampak sepi dari kerumunan jamaah yang mengelilingi Ka’bah.

Daerah di sekitar Ka’bah linny, misalnya tempat para peziarah melalukan Sa’i yakni berjalan mengelilinginya tujuh kali dan di antara bukit Safa dan Marwah malah akan tetap ditutup sampai larangan Umrah dicabut. Shalat hanya akan dilakukan di dalam Masjidil Haram.

Selain itu membawa makanan dan minuman ke masjid sekarang dilarang’ Akses jamaah yang ingin minum ke wadah Zamzam sementara akan dihentikan.

Arae makam di Masjid Nabawi Madinah yang menampung kuburan Nabi Muhammad dan dua sahabatnya, Abu Bakar Siddiq dan Umar ibn Al-Khattab, juga akan ditutup untuk jamaah.

Perubahan kebijakan terhada pengawasan di Dua Masjid Suci ini terjadi ketika Kerajaan Saudi menuduh Iran meningkatkan ancaman global dari virus corona dengan tidak mendokumentasikan dengan baik kedatangan dan keberangkatan pengunjung asing ke negerinya.

Ini terjadi setelah kementerian Kesehatan sebelumnya mengumumkan lima orang Saudi yang dinyatakan positif COVID-19 setelah kembali dari Iran, melalui Bahrain dan Kuwait. Mereka berusaha masuk ke Saudi tanpa mengungkapkan bahwa mereka pernah berada di Iran.

Sebuah sumber resmi di Kerajaan Saudi mengecam tindakan tidak bertanggung jawab terhadap pihak pemberi izin warga Saudi bisa masuk ke Iran tanpa membubuhkan paspor. Arab Saudi khawatir mereka akan membawa wabah virus di negara itu.

Sikap ini, lanjut sumber di pihak pemerintah Arab Saudi, sebagai bukti tanggung jawab langsung pihak Iran untuk tidak meningkatkan tingkat infeksi dan penyebaran virus di seluruh dunia. Menurutnya, perilaku semacam itu menimbulkan ancaman kesehatan publik yang serius bagi komunitas global, melemahkan upaya penahanan internasional, dan menempatkan komunitas pada risiko yang lebih besar.

Pejabat itu mendesak semua warga Saudi yang telah mengunjungi Iran baru-baru ini untuk menghubungi nomor bebas pulsa Kementerian Kesehatan. Ini harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan adanya gangguan kesehatah akibat virus corona. Warga Saudi yang saat ini berada di Iran juga didesak untuk melaporkan kunjungan mereka segera setelah kembali.

Virus Corona di Palestina

Dalam perkembangan lain, tujuh warga Palestina yang bekerja di sebuah hotel di Betlehem tempat turis Yunani dites positif mengidap virus corona. Pemerintah telah menyatakan larangan dua minggu pada turis.

Bahkan di Italia, negara itu  telah menutup semua sekolah setidaknya selama 10 hari, dan Iran pun menutup lembaga pendidikannya hingga April. California telah menyatakan keadaan darurat setelah kematiannya yang pertama coronavirus, dan kapal pesiar dengan 3.500 orang di dalamnya ditahan di lepas pantai.

IHRAM


Ka’bah Ditutup Karena Virus Corona, Yashir Qadhi: Subhanallah Thawaf Berhenti

Kerajaan Arab Saudi telah menutup sementara kompleks Masjid al-Haram dan beberapa situs suci lainnya. Termasuk penutupan Ka’bah karena disterilkan dari kemungkinan adanya virus Corona baru, Covid-19. Momen bersejarah penutupan Ka’bah ini dimulai setelah setelah shalat Isya, Kamis (7/3/2020) malam.

Masjid al-Haram akan dibuka lagi satu jam sebelum shalat Jumat hari ini (6/3/2020). Sedangkan penutupan halaman Kakbah belum ditentukan sampai kapan.

Selain halaman di sekitar Kabah, situs Mas’a—jalur antara bukit Safa dan bukit Marwah juga ditutup selama periode larangan umrah untuk sementara. Pelaksanaan ibadah hanya diperkenankan di dalam Masjid al-Haram saja.

Mengutip laporan Gulf News, sumur air Zamzam juga ditutup. Jamaah umrah tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman di sekitar situs suci Mekah. Mereka juga tidak akan diizinkan tinggal di masjid untuk Itikaf.

Tak hanya itu, langkah-langkah pencegahan masuknya virus corona juga mencakup penutupan Masjid Nabawi di Madinah, situs pemakaman Al Baqi—yang tertua dan salah satu dari dua makam Islam paling penting yang terletak di Madinah. Di Al-Baqi itulah keluarga Nabi Muhammad SAW dan banyak sahabat Nabi dimakamkan.

Sebelumnya pada Rabu (4/3/2020), kerajaan Saudi telah melarang untuk sementara umroh ke kota-kota suci Mekah dan Madinah bagi warga Saudi dan penduduk asing karena kekhawatiran terhadap Covid-19. Kerajaan menegaskan kebijakan ini hanya sementara dan akan ditinjau sesuai dengan kondisi.

Terkait langkah Saudi tersebut, Cendekiawan Muslim, Yasir Qadhi, berbagi video tentang momen bersejarah penutupan Ka’bah untuk sementara. “Subhanallah, Ka’bah kosong, thawaf telah berhenti ketika pihak berwenang membersihkan (Masjid al-) Ḥaram karena ketakutan akan virus Corona. Semoga Allah melindungi kita semua!,” tulis Qadhi via akun Twitter-nya, @YasirQadhi.

ISLAM POS

Ini Jejak Wabah yang Pernah Menghampiri Makkah

Pemerintah Arab Saudi menutup sementara Makkah untuk kegiatan umrah. Bahkan pada Jumat (6/3), Masjidil Haram dan Ka’bah ditutup, sehingga pusat peribadatan umat Muslim dunia itu tampak lengang.

Penutupan itu merupakan langkah lanjutan dari pemerintah Arab Saudi dalam mencegah penyebaran Virua Covid-19 alias Corona. Tanah suci pun disterilkan. Ka’bah kosong dari keseharian para jamaah yang melakukan tawaf.

Sebelum virus Covid-19 membayangi Makkah, sebelumnya berbagai wabah juga pernah ‘mampir’ di Makkah. Wabah penyakit bahkan menimbulkan kematian dengan angka yang tinggi pada para umat muslim dunia yang menyelenggarakan Ibadah Haji.

Awal dekade 2010-an, tepatnya pada 2012 keluarga virus Corona muncul di Arab Saudi, yakni virus CoV, di mana penyakitnya disebut sebagai Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Mekkah sebagai pusat ibadah umat Islam tak lepas dalam penyebaran virus ini.

Hingga saat ini, terdapat dugaan kuat bahwa unta Arab atau dromedaris adalah spesies kunci dari penyebaran wabah MERS ke manusia. Sejak muncul pertama kali pada 2012, ia telah ditularkan ke ribuan orang di lebih dari 26 negara.

WHO menyebut, hingga November 2019, sekitar 2494 kasus dilaporkan terkait MERS, di mana 858 di antaranya sudah meninggal dunia. Sebagian besar kasus MERS terjadi di Saudi Arabia.

Namun, jauh sebelum MERS, sejumlah wabah juga sempat membayangi Tanah Suci. Menurut Encyclopedia of Plague and Pestilence from Ancient Times to the Present (2008) yang ditulis George Childs Kohn, Kolera menjadi wabah langganan yang selalu datang ke Mekkah.

Kolera kerap kali dibawa oleh jamaah haji dari luar Arab Saudi, yang kemudian menularkan penyakit diare akibat infeksi bakteri itu ke para jamaah haji dari berbagai belahan dunia lainnya. “Makkah (kota suci Islam di Arab Saudi) adalah pusat difusi yang paling rawan dalam penyebaran kolera, epidemi Kolera di sana pecah sebanyak 33 kali antara 1830 dan 1912,” tulis Kohn.

Menurut catatan Kohn, Makkah dan ritual ibadah haji tahunannya kerap memiliki ‘peran’ dalam penyebaran Kolera ke berbagai belahan dunia. Para jamaah yang tertular di Mekkah, kemudian menularkan Kolera ke kampung halamannya. Indonesia pun tidak luput dari Kolera yang tertransmisikan di Ibadah Haji.

Kasus wabah yang salah satu penyebarannya diperbesar oleh aktivitas Ibadah Haji di Makkah di antaranya kasus Wabah Kolera Asia 1826 – 1837. Dua tahun terparah Kolera yang menjangkiti Makkah adalah tahun 1831 dan 1865.

“Epidemi kolera paling parah di Makkah meletus pada tahun ritual tahunan haji. Ritual keagamaan mempercepat penyebaran kolera di seluruh benua Afrika dan Eropa di sepanjang rute transportasi para jamaah,” tulis Kohn. 

Pada 1865 – 1875, wabah Kolera yang kerap dibawa jamaah muslim India bahkan menular ke 90 ribu jamaah. Sebanyak 30 ribu di antaranya meninggal. Para jamaah yang tertular berasal dari Irak, Suriah, Palestina, Turki, dan Mesir. Dari Mesir, Kolera ditularkan ke sebagian wilayah Eropa.  Kasus Kolera serupa terus terjadi, misal pada 1902 hingga periode 1961 – 1975.

Selain Kolera, Makkah juga pernah dibayangi wabah Asia Afrika Accute hemmorhagic conjunctivist (AHC) pada 1969 – 1971. Pada tahun 1970an, penyakit mata yang dibawa jamaah haji itu bahkan menular ke Jawa Bali dan menjadikannya episentrum kedua wabah selain tanah Arab. 

Mundur ke tahun 1348 – 1349, Makkah juga terdampak Wabah Hitam Maut atau Black Death yang melenyapkan nyawa dua per tiga populasi Eropa saat itu (75 juta). Menurut Kohn, para beberapa warga Eropa berusaha melarikan diri dari wabah mematikan ini ke timur tengah. Namun mereka yang terjangkit kemudian menular ke jamaah haji di yang mereka temui dalam perjalanan menuju Makkah, dan menyebabkan kematian di Makkah. 

IHRAM

Sepanjang Sejarah Islam Sudah 40 Kali Haji Umroh Diliburkan

Pemerintah Arab Saudi menghentikan sementara aktivitas ibadah umroh yang terpusat di Makkah. Penghentian ibadah umroh itu demi mencegah virus Corona menyebar kepada jamaah umrph yang datang dari seluruh dunia. 

Komisaris Taqwa Tours Rafiq Jauhary mengatakan, penutupan haji maupun umroh oleh Kerajaan Arab Saudi bukan hal baru. Selama ini pihak kerajaan juga sudah sering menutup aktivitas ibadah haji demi keamanan semua pihak. 

“Sepanjang sejarah Islam ini sudah 40 kali penyelenggaraan haji diliburkan,” kata Rafiq saat berbincang dengan Republika, Jumat (6/3).

Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan pihak Kerajaan Arab Saudi ketika itu terpaksa harus menutup aktivitas ibadah umrah dan rukun Islam ke lima itu. Penutupan selama ini hanya sementara demi keamanan para tamu-tamu Allah yang datang dari belahan dunia. “Penyebabnya ada yang karena kondisi politik, keamanan, wabah dan lainnya,” katanya.

Terakhir kata Rafiq Jauhary yang juga pembimbing ibadah haji dan umroh ini mengatakan, kerajaan Arab Saudi juga menutup aktivitas ibadah haji. Dan penutupan itu terjadi pada tahun 1987 karena terjadi kasus meningitis yang mengenai 10.000 jamaah sehingga membuat haji diliburkan.

Rafiq mengatakan, mengenai sterilisasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang dilakukan kemarin, kata dia, jika memang cara seperti ini yang harus ditempuh untuk menekan penyebaran corona virus. “Maka insyaAllah ummat Islam dan travel penyelenggara umroh akan memahami dan menghormati kebijakan Arab Saudi,” katanya.

Rafiq mengatakan, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa kota Madinah tidak akan dimasuki Tha’un, dalam beberapa hadits lain juga disebutkan bahwa hal serupa juga pada Makkah. “Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Di setiap gerbang masuk Madinah akan ada Malaikat yang menjaga masuknya Tha’un dan Dajjal.” (HR Bukhari 1880 dan Muslim 1374).

Namun, kata dia, perlu diketahui bahwa wabah penyakit pernah terjadi di Madinah di zaman pemerintahan Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari: 2643 dari Abul Aswad ia berkata: “Aku tiba di Kota Madinah, di sana sedang terdapat penyakit, banyak penduduknya yang mati mendadak, kemudian aku duduk menemui Umar Radhiyallahu Anhu.”

Ulama lain juga menjelaskan bahwa di tahun 749 H di Makkah pernah terdapat wabah Tha’un. Namun, pernyataan ini dibantah oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa di tahun tersebut yang menimpa Makkah bukanlah Tha’un, melainkan wabah lain yang tidak berbahaya layaknya Tha’un. 

Lantas bagaimana dengan Corona?

Mengacu dari penjelasan di atas, memang benar bahwa Makkah dan Madinah adalah dua Tanah Suci yang aman (al-Baladul Amin), dua kota ini terhindar dari berbagai bahaya termasuk di antaranya wabah penyakit Tha’un. Tha’un adalah penyakit yang pernah merebak di Syam. Kabarnya dahulu berasal dari Kota Amwas, Palestina. Penyakit ini berasal dari hewan ternak, kemudian menjalar ke manusia menjadi penyakit kulit, lepra, dan sangat mematikan

Belum diketahui apakah Corona virus termasuk dalam kategori Tha’un. Menurut dia, jika Corona Virus adalah Tha’un maka ini termasuk di antara yang dijamin dalam hadits bahwa penyakit ini tidak akan masuk Tanah Suci Makkah dan Madinah. 

Namun jika Corona virus bukanlah termasuk dalam Tha’un, maka sangat mungkin wabah penyakit ini bisa masuk dan menyebar di Tanah Suci sebagaimana yang pernah terjadi di tahun ke 17 H di Madinah, begitupun juga pernah terjadi di tahun 749 H di Makkah. 

“Apa yang menjadi kebijakan Arab Saudi menangguhkan keberangkatan umroh termasuk di antara bentuk pencegahan agar penyebaran virus ini tidak meluas sampai ke Tanah Suci. Wallahu a’lam bish shawab,” katanya. 

IHRAM